Share

BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 2)

"Yang Mulia Harrison. Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya sosok vampir dewasa sambil memberikan hormat yang diikuti oleh sepuluh orang pria di belakangnya.

"Bukankah itu kepala keamanan Kastel Haltz, Vero de Haltz!?" ucap para vampir penyerang menyadari siapa yang datang.

"Ah... rupanya kau, Vero. Hampir saja aku membunuhmu karena mengganggu waktu bermainku," jawab Rai seraya menoleh, membuatnya Vero yang melihatnya langsung gemetar.

Bagaimana tidak? Dia sangat tahu arti dari iris merah darah ini, aura membunuh ini, dan seringai yang menakutkan. Saat ini, Rai sedang benar-benar marah. Senyuman di wajahnya bukan senyuman yang hangat. Itu adalah senyuman kematian.

"Maafkan hamba, Yang Mulia," balas Vero membungkuk hormat diikuti oleh para prajuritnya yang juga terlihat gemetar.

"Aku jadi kehilangan selera untuk bermain," ujar Rai.

"Ck! Kenapa aku harus bertemu dengannya saat seperti ini," batin Vero menyadari nyawanya yang terancam.

"Bisa kau bereskan ini, Vero?" Rai menunjuk dua tubuh vampir tanpa kepala.

Vero mengangkat wajahnya, namun seketika ia langsung terkejut. "Ada apa ini Yang Mulia, kenapa ada...? Apa Anda diserang, Yang Mulia!?" tanyanya panik.

"Aku? Diserang? Yang benar saja," balasnya angkuh. "Anak ini yang diserang. Aku hanya sedang bermain," tambahnya seraya menunjuk ke arah Al.

Vero langsung mengedarkan pandangannya dan melihat sosok Albert dengan tubuh penuh luka-luka.

"Anak itu!" serunya. "Yang Mulia, jangan dekat-dekat dengan anak itu! Dia vampir hibrida! Dia menjijikkan! Dia aib bagi bangsa vampir! Yang Mulia harus membunuhnya! Vampir hibrida ini pantas ma—“

"Sshhh... kau banyak bicara," sela Rai yang kini sudah duduk di pundak Vero, dan menggoreskan kuku tajam miliknya ke lehernya.

"Berapa kali kau menyebutnya, hmm? Vampir... hibrida...?" tanya Rai sambil menggoreskan kuku miliknya lebih dalam.

"D-d-dua... kali," balas Vero gemetar.

Para prajurit yang melihatnya hanya bisa memejamkan mata dan mengalihkan pandangan. Ini benar-benar akhir bagi Vero. Vampir ini sudah lancang dan dia akan mati.

"Kau tahu benar siapa aku, tapi lancang sekali kau menyuruhku untuk membunuhnya," ucap Rai.

"Ini adalah kesalahanku, Yang Mulia. Aku bersalah," ucap Vero.

Rai langsung meloncat turun dan menghampiri Albert. "Tentu ini kesalahanmu. Memang kau kira ini kesalahan vampir kecil itu?" ujarnya menunjuk Al.

"Ingat baik-baik, Vero. Hanya aku yang boleh memanggilnya vampir hibrida, dan dia adalah milikku sekarang. Tidak ada yang boleh memerintahnya selain aku. Untuk kali ini, aku memaafkanmu," tambahnya.

Albert melihat Rai dengan wajah kebingungan. Dia menerka-nerka siapa sebenarnya vampir kecil di hadapannya ini. “Vampir kecil ini, dia sepertinya bukan vampir biasa,” batin Al.

"Suruh anak buahmu menangkap ketiga vampir itu dan bereskan dua tubuh menjijikkan yang ada di sana. Bawa mereka semua!” perintahnya.

Rai berbalik pergi namun ia kemudian berhenti dan menoleh, “Oh... dan katakan pada keluarga mereka untuk mengambil tubuh vampir itu di kastelku," tidak lupa dengan senyum yang mengerikan.

"Baik, Yang Mulia," balas Vero segera melaksanakan perintah.

"Kau, ikut mereka ke kastelku," kata Rai ke Albert.

"Ke kastelmu? Untuk apa?"

"Kau sekarang adalah vampir Klan Haltz. Kau tidak punya siapa-siapa dan kau tidak bisa menolakku. Mulai sekarang, aku adalah tuanmu. Kau harus menuruti apa yang aku katakan jika kau tidak mau menyusul ibumu saat ini juga," jelasnya kemudian meninggalkan tempat ini dalam hitungan detik.

"Apa? Kenapa dia terus memerintahkan vampir-vampir untuk melakukan ini dan itu. Dan kenapa juga aku harus melakukan apa yang dia katakan? Siapa dia?" batin Al.

"S-sebenarnya siapa vampir kecil ini? Kenapa dia...?" tanya salah satu vampir yang sedang ditangkap.

"Bodoh! Kau tidak mengenalnya?" tanya Vero dan vampir ini pun hanya menggeleng. "Dia adalah Yang Mulia Harrison. Raizel Harrison de Haltz. Dia adalah pemimpin Klan Haltz."

"APA!? Yang Mulia Harrison!? Kau bilang dia Yang Mulia Harrison? Vampir terkuat yang memimpin Klan Haltz!?"

Vero yang mendengarnya menoleh, “Vampir terkuat? Anak itu...?”

“Kau sangat, sangat, dan sangat.... bodoh karena telah berurusan dengannya. Kau dan keluargamu akan dihancurkan sampai ke akar. Bahkan, aku hampir kehilangan kepalaku tadi. Dia sangat kejam. Kau sangat bodoh berurusan dengannya.”

Para vampir ini pun hanya bisa terdiam, mereka tahu mereka akan mengalami hal yang mengerikan nantinya, karena Rai pasti tidak akan mengampuni mereka. Sedangkan Al terus memikirkan vampir kecil aneh yang sekarang berubah menjadi vampir yang menakutkan.

***

"Selamat datang, Yang Mulia Harrison," sambut para pelayan dan pengawal di kastel tersebut. Seperti biasa, Rai tidak menjawab sambutan tersebut. Dia langsung bergegas menuju ke tempat singgasananya berada.

"Yang Mulai Harrison," ucap Vero memberi hormat.

Rai langsung mengalihkan pandangannya ke para vampir dan juga Albert yang berada di belakang Vero.

"Kau, siapa namamu tadi?" tunjuknya ke Al.

"Saya... Albert Valentino," jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Oh... sekarang setelah tahu siapa aku, kau memutuskan untuk memberikanku hormat? Hmm... tidak buruk juga. Angkat kepalamu—“ Al menaati perintah tersebut, “—kau bisa memanggilku Rai."

"Yang Mulia!" protes Vero karena Rai menyuruh Albert memanggilnya hanya dengan nama.

"Kau ini banyak sekali berbicara, Vero. Mau aku bantu untuk menutup mulutmu ini?"

"Tidak, Yang Mulia," balasnya cepat seraya menutup mulutnya rapat-rapat.

Rai lalu mengalihkan pandangannya ke arah tiga vampir yang dibawa Vero ke hadapannya. "Kalian ketiga vampir menjijikkan akan aku hukum untuk menjadi budak di Klan Raltz," serunya, membuat ketiga vampir ini bernapas lega.

"Dan kirim keluarga mereka ke Klan Waltz!" tambahnya.

"A-apa? Yang Mulia! Kami mohon jangan kirim mereka ke Waltz! Kami...! Kami yang akan pergi ke sana!!" seru para vampir.

"Berani sekali kalian mengubah keputusanku!? Mau aku ubah hukuman kalian menjadi hukuman mati!?" dan para vampir ini langsung terdiam.

"Aku tidak menerima penolakan. Vero! Cepat laksanakan tugasmu!" perintahnya, dan Vero langsung membawa pergi ketiga vampir ini dari hadapannya.

Setelah kepergiannya, Rai beranjak dari singgasananya dan mendekati Albert. Dipandangnya lekat-lekat manik mata miliknya hingga membuat vampir hibrida ini menjadi salah tingkah.

"Ibumu biasa memanggilmu apa?”

"Al... Albert," jawabnya ragu-ragu.

"Mulai sekarang kau akan menjadi tangan kananku, orang kedua yang berpengaruh di klan ini. Kau akan tinggal di sini. Kau hanya akan menerima dan mematuhi perintahku," jelas Rai.

"Apa?!? Aku tidak mau!" tolaknya mentah-mentah.

Rai menarik paksa wajahnya. Lalu dia melukai jarinya sendiri dan meneteskan darahnya ke mulut Al. "Kau sudah meminumnya, darah vampir murni milikku. Sekarang kau bagian Klan Haltz dan tangan kananku."

Al langsung mengelap kasar mulutnya, "Kenapa kau semena-mena sekali!?" ucapnya kesal.

"Oh ya...? Memang begitulah aku," balasnya dingin.

#bersambung ke BAB 3 – Diabaikan (Bagian 1)

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
emang udah otoriter sejak dini ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status