Beranda / Fantasi / Pure Blood (DARAH MURNI) / BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 2)

Share

BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 2)

last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-07 10:37:52

"Yang Mulia Harrison. Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya sosok vampir dewasa sambil memberikan hormat yang diikuti oleh sepuluh orang pria di belakangnya.

"Bukankah itu kepala keamanan Kastel Haltz, Vero de Haltz!?" ucap para vampir penyerang menyadari siapa yang datang.

"Ah... rupanya kau, Vero. Hampir saja aku membunuhmu karena mengganggu waktu bermainku," jawab Rai seraya menoleh, membuatnya Vero yang melihatnya langsung gemetar.

Bagaimana tidak? Dia sangat tahu arti dari iris merah darah ini, aura membunuh ini, dan seringai yang menakutkan. Saat ini, Rai sedang benar-benar marah. Senyuman di wajahnya bukan senyuman yang hangat. Itu adalah senyuman kematian.

"Maafkan hamba, Yang Mulia," balas Vero membungkuk hormat diikuti oleh para prajuritnya yang juga terlihat gemetar.

"Aku jadi kehilangan selera untuk bermain," ujar Rai.

"Ck! Kenapa aku harus bertemu dengannya saat seperti ini," batin Vero menyadari nyawanya yang terancam.

"Bisa kau bereskan ini, Vero?" Rai menunjuk dua tubuh vampir tanpa kepala.

Vero mengangkat wajahnya, namun seketika ia langsung terkejut. "Ada apa ini Yang Mulia, kenapa ada...? Apa Anda diserang, Yang Mulia!?" tanyanya panik.

"Aku? Diserang? Yang benar saja," balasnya angkuh. "Anak ini yang diserang. Aku hanya sedang bermain," tambahnya seraya menunjuk ke arah Al.

Vero langsung mengedarkan pandangannya dan melihat sosok Albert dengan tubuh penuh luka-luka.

"Anak itu!" serunya. "Yang Mulia, jangan dekat-dekat dengan anak itu! Dia vampir hibrida! Dia menjijikkan! Dia aib bagi bangsa vampir! Yang Mulia harus membunuhnya! Vampir hibrida ini pantas ma—“

"Sshhh... kau banyak bicara," sela Rai yang kini sudah duduk di pundak Vero, dan menggoreskan kuku tajam miliknya ke lehernya.

"Berapa kali kau menyebutnya, hmm? Vampir... hibrida...?" tanya Rai sambil menggoreskan kuku miliknya lebih dalam.

"D-d-dua... kali," balas Vero gemetar.

Para prajurit yang melihatnya hanya bisa memejamkan mata dan mengalihkan pandangan. Ini benar-benar akhir bagi Vero. Vampir ini sudah lancang dan dia akan mati.

"Kau tahu benar siapa aku, tapi lancang sekali kau menyuruhku untuk membunuhnya," ucap Rai.

"Ini adalah kesalahanku, Yang Mulia. Aku bersalah," ucap Vero.

Rai langsung meloncat turun dan menghampiri Albert. "Tentu ini kesalahanmu. Memang kau kira ini kesalahan vampir kecil itu?" ujarnya menunjuk Al.

"Ingat baik-baik, Vero. Hanya aku yang boleh memanggilnya vampir hibrida, dan dia adalah milikku sekarang. Tidak ada yang boleh memerintahnya selain aku. Untuk kali ini, aku memaafkanmu," tambahnya.

Albert melihat Rai dengan wajah kebingungan. Dia menerka-nerka siapa sebenarnya vampir kecil di hadapannya ini. “Vampir kecil ini, dia sepertinya bukan vampir biasa,” batin Al.

"Suruh anak buahmu menangkap ketiga vampir itu dan bereskan dua tubuh menjijikkan yang ada di sana. Bawa mereka semua!” perintahnya.

Rai berbalik pergi namun ia kemudian berhenti dan menoleh, “Oh... dan katakan pada keluarga mereka untuk mengambil tubuh vampir itu di kastelku," tidak lupa dengan senyum yang mengerikan.

"Baik, Yang Mulia," balas Vero segera melaksanakan perintah.

"Kau, ikut mereka ke kastelku," kata Rai ke Albert.

"Ke kastelmu? Untuk apa?"

"Kau sekarang adalah vampir Klan Haltz. Kau tidak punya siapa-siapa dan kau tidak bisa menolakku. Mulai sekarang, aku adalah tuanmu. Kau harus menuruti apa yang aku katakan jika kau tidak mau menyusul ibumu saat ini juga," jelasnya kemudian meninggalkan tempat ini dalam hitungan detik.

"Apa? Kenapa dia terus memerintahkan vampir-vampir untuk melakukan ini dan itu. Dan kenapa juga aku harus melakukan apa yang dia katakan? Siapa dia?" batin Al.

"S-sebenarnya siapa vampir kecil ini? Kenapa dia...?" tanya salah satu vampir yang sedang ditangkap.

"Bodoh! Kau tidak mengenalnya?" tanya Vero dan vampir ini pun hanya menggeleng. "Dia adalah Yang Mulia Harrison. Raizel Harrison de Haltz. Dia adalah pemimpin Klan Haltz."

"APA!? Yang Mulia Harrison!? Kau bilang dia Yang Mulia Harrison? Vampir terkuat yang memimpin Klan Haltz!?"

Vero yang mendengarnya menoleh, “Vampir terkuat? Anak itu...?”

“Kau sangat, sangat, dan sangat.... bodoh karena telah berurusan dengannya. Kau dan keluargamu akan dihancurkan sampai ke akar. Bahkan, aku hampir kehilangan kepalaku tadi. Dia sangat kejam. Kau sangat bodoh berurusan dengannya.”

Para vampir ini pun hanya bisa terdiam, mereka tahu mereka akan mengalami hal yang mengerikan nantinya, karena Rai pasti tidak akan mengampuni mereka. Sedangkan Al terus memikirkan vampir kecil aneh yang sekarang berubah menjadi vampir yang menakutkan.

***

"Selamat datang, Yang Mulia Harrison," sambut para pelayan dan pengawal di kastel tersebut. Seperti biasa, Rai tidak menjawab sambutan tersebut. Dia langsung bergegas menuju ke tempat singgasananya berada.

"Yang Mulai Harrison," ucap Vero memberi hormat.

Rai langsung mengalihkan pandangannya ke para vampir dan juga Albert yang berada di belakang Vero.

"Kau, siapa namamu tadi?" tunjuknya ke Al.

"Saya... Albert Valentino," jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Oh... sekarang setelah tahu siapa aku, kau memutuskan untuk memberikanku hormat? Hmm... tidak buruk juga. Angkat kepalamu—“ Al menaati perintah tersebut, “—kau bisa memanggilku Rai."

"Yang Mulia!" protes Vero karena Rai menyuruh Albert memanggilnya hanya dengan nama.

"Kau ini banyak sekali berbicara, Vero. Mau aku bantu untuk menutup mulutmu ini?"

"Tidak, Yang Mulia," balasnya cepat seraya menutup mulutnya rapat-rapat.

Rai lalu mengalihkan pandangannya ke arah tiga vampir yang dibawa Vero ke hadapannya. "Kalian ketiga vampir menjijikkan akan aku hukum untuk menjadi budak di Klan Raltz," serunya, membuat ketiga vampir ini bernapas lega.

"Dan kirim keluarga mereka ke Klan Waltz!" tambahnya.

"A-apa? Yang Mulia! Kami mohon jangan kirim mereka ke Waltz! Kami...! Kami yang akan pergi ke sana!!" seru para vampir.

"Berani sekali kalian mengubah keputusanku!? Mau aku ubah hukuman kalian menjadi hukuman mati!?" dan para vampir ini langsung terdiam.

"Aku tidak menerima penolakan. Vero! Cepat laksanakan tugasmu!" perintahnya, dan Vero langsung membawa pergi ketiga vampir ini dari hadapannya.

Setelah kepergiannya, Rai beranjak dari singgasananya dan mendekati Albert. Dipandangnya lekat-lekat manik mata miliknya hingga membuat vampir hibrida ini menjadi salah tingkah.

"Ibumu biasa memanggilmu apa?”

"Al... Albert," jawabnya ragu-ragu.

"Mulai sekarang kau akan menjadi tangan kananku, orang kedua yang berpengaruh di klan ini. Kau akan tinggal di sini. Kau hanya akan menerima dan mematuhi perintahku," jelas Rai.

"Apa?!? Aku tidak mau!" tolaknya mentah-mentah.

Rai menarik paksa wajahnya. Lalu dia melukai jarinya sendiri dan meneteskan darahnya ke mulut Al. "Kau sudah meminumnya, darah vampir murni milikku. Sekarang kau bagian Klan Haltz dan tangan kananku."

Al langsung mengelap kasar mulutnya, "Kenapa kau semena-mena sekali!?" ucapnya kesal.

"Oh ya...? Memang begitulah aku," balasnya dingin.

#bersambung ke BAB 3 – Diabaikan (Bagian 1)

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
emang udah otoriter sejak dini ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Salam Perpisahan

    Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 3

    Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 2

    Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 2)

    Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 1)

    Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   [ T A M A T ] | BAB 62 - Aku Mencintaimu

    Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 61 - Tidak Ada Kehidupan

    Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 4)

    Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 3)

    Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status