“Aku nggak apa-apa kok. Iya, tenang aja,” ucap Asri sambil menelpon Tyas yang khawatir karena tiba-tiba dia dan Aryanaga menghilang di hadapannya seperti sulap. “Ya udah, besok aku telpon lagi deh.”
Asri meniup poni rambut yang menutupi dahi. Dia sedang berada di kamar kos dengan pintu terbuka. Dia memang baru saja kembali. Hari ini ia izin lagi tidak bekerja. Tentunya karena masalah yang tidak bisa ia ceritakan ke atasannya. Bagaimana mungkin dia bercerita kalau sekarang ini dia akan menghadapi persoalan keluarga para naga? Bisa-bisa diketawain orang sekantor.
Aprilia ikut ke tempat Aryanaga. Meskipun terlihat jagoan, ada sisi di dalam diri Aprilia yang dilihat oleh Asri sebagai perempuan feminim. Dari tatapan matanya, Asri bisa langsung mengetahui perempuan ini ada perasaan kepada Aryanaga, tetapi dengan keras Aprilia berusaha menyembunyikannya. Sebagai perempuan dia tah
“Kau mau kemana emangnya?” tanya Asri.“Besok kita berangkat ke Semeru,” jawab Aryanaga.“Heh? Buat apa?”“Latihan,” jawab Aryanaga. “O iya, kamu tak tahu latihannya seperti apa, ya. Kita latihan di puncak gunung, sekaligus aku ingin mengajakmu untuk menemui ibuku.”“Serius?” tanya Asri.“Serius,” jawab Aryanaga.Asri bingung untuk menghadapi hal ini. Ternyata mereka serius untuk latihan. Di puncak Gunung Semeru. Itu artinya pasti berat sekali latihannya. Apa dia bisa siap? Asri sendiri tak mempersiapkan hal ini.“Ya sudahlah, tapi makan dulu yuk?” ajak Asri. Ia ingin memberitahukan kepada Aryanaga kalau ia bisa jadi istri yang baik. Bisa memasak masakan yang paling enak.Semuanya kemudian me
Aprilia bukan orang yang pemilih dalam membeli baju. Dia hanya butuh baju-baju praktis dan gotik. Warnanya gelap semua. Aryanaga membebaskan perempuan itu memilih baju tanpa harus berkomentar. Bahkan, saat mereka berada di tempat pakaian dalam wanita pun, Aryanaga tak berkomentar. Aprilia langsung memakai baju yang ia beli. Kali ini bajunya adalah sweater warna oranye tanpa lengan, celana jins selutut. Tak lupa ia juga membeli sepatu, karena tentu saja ia butuh sepatu. Sejak dari pertama kali bertemu dengan Aryanaga, dia tak memakai alas kaki. Sekarang penampilan Aprilia lebih seperti ABG. Ras naga memang memiliki kemampuan untuk menipu usia. Aryanaga menelan ludah saat melihat bagaimana pesona Aprilia.“Kau tidak suka aku pakaian ini?” tanya Aprilia.“Suka kok,” jawab Aryanaga.Aprilia tersenyum. “Terima kasih.”“Oh ya, ngomong-ngomon
Pagi-pagi mereka berangkat ke Gunung Semeru. Rombongan menaiki mobil hardtop dengan Bandi sebagai sopirnya. Mereka membawa ransel besar dan berbagai peralatan untuk kamping. Perjalanan ini cukup panjang memakan waktu sekitar 3 jam untuk sampai ke Kabupaten Tumpang. Setelah itu mobil terus berjalan. Mereka juga melihat Gunung Bromo yang nampak di sepanjang perjalanan. Untuk sampai ke pos pertama di Ranupani mereka menempuh waktu dua jam perjalanan. Berada di dalam mobil tentu saja membuat badan Asri pegal-pegal.Mereka tiba di pos Ranupani pada pukul tujuh. Meskipun matahari sudah terbit dan cukup terang, tetapi suasana di tempat tersebut masih berkabut. Hawa dingin pun langsung menusuk, membuat napas orang-orang yang ada di sekitar tempat tersebut mengeluarkan uap dari mulut dan hidung mereka. Rombongan itu sudah turun berikut juga membawa barang-barang mereka. Asri cukup heran, karena barang yang dibawa oleh Aryanaga tak begitu banyak
Setelah Aryanaga dan Asri beristirahat sebentar, mereka lalu digiring Aprilia ke tanah lapang. Meskipun tanahnya sedikit miring, tetapi mereka bisa bergerak dengan bebas di tanah lapang ini. Aryanaga sudah berganti pakaian dengan baju training, demikian juga Asri. Di tempat yang sedingin ini mereka harusnya memakai baju tebal, tapi Aprilia melarang. Justru karena latihan, suhu tubuh mereka akan naik dan akan keluar keringat. Memakai baju tebal hanya akan membuat mereka cepat lelah.“Aku hanya ingin memberitahu satu hal, Pangeran. Karena Pangeran sudah jarang latihan sebagaimana cerita Bandi, aku akan menaikkan porsi latihan empat kali lipat dari yang seharusnya. Aku harap setelah latihan ini, kau akan menjadi lebih kuat. Sebagaimana pesan ayahku agar bisa melatihmu, maka aku akan melatihmu dengan cara ayahku,” jelas Aprilia.“E-empat kali porsinya?” tanya Aryanaga terkejut.&
Hari sudah menjelang sore saat Aryanaga sampai di Danau Ranu Kumbolo. Sungguh manusia biasa tidak akan mungkin mampu melewati rintangan seperti itu. Aryanaga langsung tahu di mana letak dupa tersebut, karena Bandi meletakkannya tepat di tengah danau dengan Alam Ikatan untuk melindungi dupa tersebut agar tidak terjamah oleh makhluk-makhluk lainnya. Aryanaga segera terjun ke danau untuk mengambil dupa tersebut. Ia masih ingat apa yang dipesankan oleh Aprilia, dupa itu jangan sampai padam. Bagaimana bisa terus menyala kalau harus kena air? Bedebah memang instruksinya.“Bodo amat, kalau nanti mati aku nyalain lagi,” ujar Aryanaga. Dia lalu mengambil dupa tersebut. Dan ternyata dupa itu hampir habis, tinggal sepertiga.Berhati-hati sekali Aryanaga berenang ke tepi. Syukurlah dupanya tidak padam, tetapi makin lama, makin cepat habis dupa itu. Aryanaga segera berlari untuk naik lagi ke atas. Napasnya mulai habis, tet
Aryanaga terbangun saat matahari muncul. Dia melihat abu dupa di genggaman tangannya. Artinya dia gagal. Dia terlalu lelah untuk bisa bangun. Badannya serasa sakit semua. Saat itulah dia melihat ke arah lain. Asri, Aprilia dan Bandi sudah berada di pondok sambil menikmati ayam panggang. Baunya membuat Aryanaga bersemangat untuk menghampiri mereka.“Nyenyak tidurnya, Pangeran?” ledek Aprilia.“Sialan, capek sekali aku. Ada minum?” tanya Aryanaga.Aprilia mengambil sebotol minuman, melemparkannya ke Aryanaga. Aryanaga menangkapnya dengan susah payah. Gelang beban itu membuatnya kesulitan gerak, tetapi ia mulai bisa beradaptasi. Aryanaga meminum habis air di botol minuman tersebut. Setelah itu ia mengambil tempat duduk di antara mereka.“Kau tak apa-apa? Aku tadi tidak membangunkanmu, katanya kau tak mau diganggu,” kata Asri sambil memperhatika
“Aku heran, kenapa Pangeran Aryanaga mau memilihmu menjadi ratunya? Kurasa pilihannya tak sekadar memilihmu. Tanda di punggung kita itu tidak muncul begitu saja,” kata Aprilia.Asri menatap Aprilia. Dia juga sebenarnya tak paham kenapa Aryanaga memilih dia. Hanya saja mungkin memang karena Aryanaga benar-benar mencintainya. “Aku tak tahu. Apa memang cinta itu butuh alasan untuk memilih?”“Tidak memang, hanya saja aku perlu alasan yang realistis,” ujar Aprilia.“Kau pernah mencintai seseorang sebelumnya?” tanya Asri penasaran, “kau pasti pernah mencintai seseorang.”Aprilia mengangguk. “Iya, aku pernah.”“Terus?” Asri mulai tertarik.“Cerita lama, saat aku tergila-gila kepadanya, tetapi dia lebih mencintai perempuan lain. Aku tidak bisa mengang
Aprilia kemudian menyudahi serangan Aryanaga dengan melayangkan satu tinju yang sangat keras ke wajah Sang Pangeran. Tinju itu membuat tubuh Aryanaga berputar sebelum jatuh ke tanah. Aryanaga sendiri tak percaya ada perempuan yang bisa memukul sekeras itu. Dia lalu berusaha bangkit, tetapi ambruk lagi. Napasnya terengah-engah, hingga perlahan-lahan tubuhnya kembali lagi ke wujud manusia.Asri lalu mendekatinya. Dia mencoba untuk menolong kekasihnya sambil memeriksa apakah ada bagian tubuh yang terluka. Asri menatap ke Aprilia. Aprilia menggeleng-gelengkan kepala. Asri mengangguk. Dia tak akan memberitahu Aryanaga tentang apa yang dikatakannya tadi siang.Pelipis Aryanaga berdarah, bibirnya juga robek. Darah tampak mengalir di dua luka itu. Asri kasihan kepada Aryanaga lalu mengusap luka itu. Ia bersihkan darahnya, lalu dengan usapan berikutnya luka itu mengering. Aprilia segera mendekati Asri, tiba-tiba Aprilia menahan ta