หน้าหลัก / Urban / Putra Sang Presdir / Bibi, Maukah Kau Memandikanku?

แชร์

Bibi, Maukah Kau Memandikanku?

ผู้เขียน: Azitung
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-10-18 10:50:28

Bab 3

Bibi Maukah Kau Memandikanku?

Pukul sepuluh presiden Zoku keluar dari ruangannya. Sesaat Lerina terlena, bosnya ini auranya begitu mendominasi, dia nyaris sempurna sebagai seorang pria, rasanya mustahil tidak ada wanita yang tertarik padanya.

Lerina tahu, Tuan muda generasi ketiga Zoku ini sudah berusia tiga puluhan tahun sekarang.

"Sampai kapan Kau akan mematung disitu?"

Suara Han mengagetkannya, bisa-bisanya dia memikirkan orang yang sedang berada di dekatnya dan entah sudah berapa lama pria itu menatapnya.

"Ah, maaf Tuan!" Lerina tak dapat menyembunyikan kegugupannya.

Mereka berada di lift yang sama, saat turun ke bawah, banyak yang menatap heran, bagi yang sudah mengenali Lerina mereka berpikir bahwa dia sedang libur ternyata dia bersama CEO mereka.

Bella yang kebetulan baru keluar dari ruangannya juga menatap tidak suka pada Lerina. Dia sudah lama mendambakan di dekat presdir namun dia tidak dipilih menjadi sekretaris, meskipun jabatannya sebagai kepala divisi keuangan juga sangat bagus, tapi dekat dengan presdir Zoku adalah impiannya sejak lama. Dia mengepalkan tangannya. Tuan Peng memberitahunya tadi pagi tentang kepindahan Lerina.

Han duduk di belakang, Lerina di samping sopir mereka. Mobil meluncur menuju Restauran Cherrybell. Satu jam perjalanan mereka tiba di tempat.

Laksa menyambut mereka ramah. Dia menjabat tangan Han ramah.

"Selamat datang Tuan Han, aku pikir Kau tidak akan bersedia memenuhi undanganku, tapi saat Tuan Peng menghubungiku, aku begitu tersanjung." Laksa berbasa-basi sedikit.

Han tidak berkata apapun bahkan tidak untuk tersenyum, dan Laksa sudah tahu itu.

"Oh, siapa Nona cantik ini? Apa dia sekretaris barumu, dan Josephine kemana dia?" Laksa bicara sambil melirik Lerina suka.

"Aku datang untuk bicara bisnis, bukan mendengar basa-basi darimu Tuan Laksa!" Han menatapnya dingin dia berkata tegas dan lugas.

Laksa seketika jadi gugup. Dia menyadari dia terlalu bersemangat. "Ba-baiklah, aku minta maaf! Silahkan, aku sudah memesan tempat!" katanya kemudian.

Mereka pun masuk kedalam, diruang khusus vvip. Mereka mengambil tempat masing-masing.

Mereka mengobrol setengah jam. "Aku rasa sudah cukup jelas, jadi aku akan segera pergi!" Han ingin undur diri.

"Maaf Tuan Han, sekiranya Kau bersedia makan siang bersama di sini, aku sudah memesan menu terenak disini!" Laksa mengatupkan tangannya. Dia sedang menunggu seseorang.

Han tadi sangat menghindari makan siang ini, tapi melihat Laksa yang sedikit memohon, dia jadi mengurungkan niat untuk pergi.

Tidak berapa lama, datanglah dua orang pelayan membawa trolli besar yang berisi berbagai hidangan. Mereka membungkuk hormat lalu mulai memindahkan wadah makanan itu ke meja tamu vvip. Setelahnya mereka undur diri.

"Silahkan di nikmati Presdir!" Laksa mempersilahkannya.

"Ayah! Aku harap aku belum terlambat! O ow, ada Presdir Zoku disini. A-aku minta maaf!" Dia kemudian akan berbalik pergi. Padahal hanya pura-pura agar dipanggil.

"Cathrine, tunggu!" Laksa memanggil putrinya. Cathrine tersenyum lalu segera berbalik.

"Iya Ayah!" jawabnya. Matanya melirik pada Han Zoku, pria dingin tak tersentuh yang ingin dia dapatkan sejak dulu.

"Makanlah bersama Kami. Bukankah Kau memiliki asam lambung, jadi tidak baik melewatkan jam makanmu!" Semua seperti sudah di atur dan Han mengerti itu.

Han dan Lerina tidak terusik, mereka terus menyantap hidangan yang memang tidak banyak mereka ambil.

"Ba-baiklah, Ayah!" Catrine langsung mengambil tempat duduk. Dia sengaja mengambil posisi di dekat Han.

Catrine sangat bersemangat, namun dia menjaga imagenya. Dia mulai mengambil makanannya sekaligus melirik piring Han yang sudah kosong.

"Presdir, apa Kau ingin menambah? Aku bisa mengambilkan untukmu!" Dia menawarkannya dengan senang hati.

Han mengangkat tangannya sebagai penolakan, dan Cathrine tersenyum malu.

"Padahal aku baru saja akan makan," katanya untuk menutupi rasa malu.

Han tidak menjawab. Tinggal Cathrine dan ayahnya yang makan. Han sebenarnya ingin pergi, namun sangat tidak sopan meninggalkan teman yang sedang makan.

"Ayah, ini sangat enak, tapi sayang kenapa presdir tidak memakannya?" Catrine menggunakan ayahnya untuk dapat berkomunikasi dengan Han.

Han terlalu muak dengan itu, dia sudah cukup bersabar duduk di situ, ayah dan anak ini terlalu mengulur waktunya.

"Apa Kau sekretaris baru Tuan Han?" Cathrine berbicara dengan Lerina, mulutnya sambil mengunyah.

Lerina tersenyum. "Iya, Nona."

"Cathrine, Kau bisa memanggilku Cathrine!" Catrine mengulurkan tangannya. Dia terlihat ramah.

"Lerina!" Lerina membalas uluran tangan itu.

"Maaf, Tuan Laksa, saya harus pergi sekarang!" Suara Han terdengar dingin. Dia bukanlah orang yang suka membuang-buang waktu.

Laksa jadi tidak enak. "Maaf, kami makan terlalu menikmatinya!"

"Tidak apa, lanjutkan saja, jangan sampai lambung kalian bermasalah!" ucap Han dingin. Kalimat itu bernada sindiran.

Dia kemudian beranjak. Lerina menatap kedua orang itu dan tersenyum sedikit membungkuk hormat. Meski dia melihat bosnya acuh, namun dia tetap harus sopan santun terhadap mitra perusahaan.

Cathrine langsung tidak berselera lagi, begitu tamu ayahnya tidak terlihat dia menjauhkan piringnya lalu membersihjan mulutnya dengan tissue.

"Kau datang terlalu lama," kata Laksa.

"Mau bagaimana lagi, jalanan sangat macet." Cathrine sangat kecewa, kenapa begitu sulit mendekati Han Zoku?

"Ayah! Dia sudah memiliki sekretaris baru, padahal aku sudah memasukkan lamaranku di sana. Kenapa susah sekali mendekatinya?" Cathrine mencebik kesal.

"Kau harus lebih bersabar. Kita masih punya peluang sekarang!" kata Laksa lagi.

"Apa maksud Ayah?" Catbrine penasaran.

"Han Zoku menerima tawaran kerja sama ini, dan Kau yang akan mengurus segala sesuatunya di kantornya, ini kesempatanmu berada di dekatnya, bagaimana?" Laksa menaik turunkan alisnya. Dia begitu senang.

"Ayah, Kau memang yang terbaik!" cup! Catrine begitu gembira, tidak jadi sekretaris, tapi dia masih punya kesempatan yang lain.

Di jalan.

"Tuan, apakah kita langsung menuju lapangan?" Sopir bertanya sangat sopan.

Han melirik jamnya. "Masih ada waktu satu setengah jam lagi. Sebaiknya kita ke rumah sebentar!"

"Baik Tuan!" jawab sang sopir.

Di depan ada simpang mengarah ke kanan, sopir pun membelokkannya. Ke dalamnya tempat itu sepi, hanya di tumbuhi pohon jati. Lerina menatap sekeliling. Lima ratus meter kemudian tampaklah bangunan megah, dia tersembunyi, kemewahannya tidak terlihat.

Pintu pagar terbuka dan mobil memasuki halaman. Sopir segera turun untuk membukakan pintu Tuannya.

Aaaaa

Aaaaa

"No, aku tidak mau!"

Jeritan terdengar dari dalam rumah. Han memutar bola mata malas. Putranya pasti membuat drama lagi hingga pelayan mungkin sedikit memaksanya.

Benar saja. Sean berlari dengan masih mengenakan piyama tidurnya tadi malam.

"Daddy! Kau sudah pulang?" Dia berlari dan minta di gendong. Han tidak menurutinya.

Dia berdiri dan menatap tajam Sean, namun anak itu tidak takut sedikitpun. "Kau bahkan belum mandi di jam segini! Dasar jorok!" ucap Han.

"Daddy, aku tidak harus mandi kan, aku selalu berada di rumah, memangnya siapa yang mau menciumku?"

Ck

"Alasanmu sangat tidak masuk akal. Pergi mandi dengan Nani!" perintah Han. Nani adalah pengasuh Sean sejak bayi.

Wajah Sean berubah, matanya berkaca-kaca, dia hanya ingin di gendong saat ini.

"Sean!" Suara daddynya terdengar dingin. Sean mengangkat kepalanya dan tidak sengaja menatap ke mobil sang daddy yang pintunya tengah terbuka.

Sean membulatkan matanya. Lerina baru saja akan turun, dia tidak tahan berada di dalam mobil.

"Bibi Lerin!" Ekspresi sedih tadi berubah ceria. Sean berlari menubruk kaki jenjang milik Lerina.

Han yang sudah berbalik pun menyipit. Sejak kapan putranya itu mengenal sekretaris barunya?

Lerina tentu saja terkejut. "Oh, hai anak tampan! Senang bertemu denganmu!" Lerina cepat menguasai keadaan dia mengusap rambut keriting Sean yang menggemaskan.

"Bibi! Maukah Kau memandikanku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja.

Semua yang menyaksikannya menatap heran, disaat semua penghuni rumah itu lelah mengajaknya mandi, dia malah meminta mandi dengan orang asing yang baru di temuinya.

Lerina tentu saja bingung. Apa lagi orang-orang menatapnya dalam diam. Kemudian dia menatap presdir dan Han sedikit mengangguk.

"Mmm, mandi? I-iya baiklah, ayo kita mandi!" jawabnya kemudian.

"Horeeee!"

Demi apa? anak itu begitu senang.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (6)
goodnovel comment avatar
Simah Sitepu
ceritanya bagus dan menarik untuk dibaca.
goodnovel comment avatar
Ita Manurung
cerita yang bagus dan mengasik kan mungkin aku sabar membaca nya
goodnovel comment avatar
Dewi Ansyari
Sean kalo kamu tau Lerina adalah ibu kandung kamu apa yg akan kamu lakukan,apa lagi Deddy kamu Han
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Putra Sang Presdir   Ending

    Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se

  • Putra Sang Presdir   Vin Dan Van Demam

    Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas

  • Putra Sang Presdir   Ada Apa Dengan Rain?

    Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal

  • Putra Sang Presdir   Sudah Pelayan Mesum Lagi

    Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per

  • Putra Sang Presdir   Nasib Pernikahan Luisa

    Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid

  • Putra Sang Presdir   Luisa Lari!

    Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status