Bab 2
Daddy, Aku Hanya Ingin Mommy!'Tuan muda!'Berarti dia adalah putra dari presiden direktur Han Zoku?Semua menoleh pada Bella, dia sudah dengan berani memarahi anak presdir bahkan ingin menamparnya."Ayo, kembali! Daddy mencarimu!" Paman Peng mendekat dan meraih tangan Tuan Muda Sean."No! Aku ingin bersama bibi ini. Daddy mengabaikanku!" Dia menolak dengan tegas, tangannya tetap memegang kaki Lerina.Lerina jadi sedikit tidak nyaman. "Mereka sedang bekerja, jangan di ganggu ya!" ucap Paman Peng Lagi."No, Bibi ini jahat, dia menyakiti bibi cantik ini, aku tidak akan membiarkannya," katanya dengan tegas sambil melirik Bella marah.Astaga, anak kecil ini. Gumam semua orang.Bella sudah sedikit pias, kalau Peng menyebutnya Tuan muda berarti dia adalah putra peresiden Zoku Holding.Lerina merasa lucu, bagaimana mungkin pria kecil ini ingin menjaganya, bahkan dirinyalah tadi yang menjaganya dari tangan kasar Bella.Peng menyipit. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya. Dia yakin ada sesuatu di sini.Bella menatap semua orang berharap tidak ada yang mengatakannya."Bibi jahat ini ingin menamparku Kakek Peng!" Kakek, begitulah Sean memanggilnya.Astaga! Matilah aku! Batin Bella.Peng maju selangkah ke arah Bella. "Benar itu Nona Bella!" Wajah Peng telah berubah dingin."Mmm, i-itu, aku tidak sengaja Tuan Peng. Aa-aku kira dia tadi anak karyawan disini!" Demi apa Bella begitu gugup."Kalau dia anak karyawan disini, apa pantas Kau menamparnya?" Peng makin tajam menatap Bella."Ma-maafkan aku Tuan Peng!" Bella menunduk berkali-kali.Semua menatapnya puas, biasanya Bella selalu angkuh dan merasa dialah karyawan yang paling bagus kerjanya di sini sehingga suka menindas yang lain.Ponsel di saku Asisten Peng berbunyi dia langsung mengambil dan mengangkatnya."Baiklah! Saya segera naik!"Dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku lalu menghampiri Sean. "Tuan muda, Daddy menyuruh kita ke atas sekarang!" kata Peng lembut pada Sean. Meski dia tau ini akan sulit. Karena Sean kalau sudah merajuk dengan Han maka akan menghindari Daddynya itu.Sean makin mengeratkan pegangannya di kaki Lerina. "No, Daddy sibuk, aku pasti di cueki olehnya. Daddy lebih suka menatap laptopnya dari pada wajah tampanku!" Bibir itu mengerucut.Lerina jadi gemes mendengarnya. Dia melepas tautan tangan Sean lalu mensejajarkan tubuhnya dengan pria kecil tampan itu."Sayang, pergilah ikut dengan Tuan Peng! Tidak baik membuat Daddy menunggu!" Dia berkata lembut sekali.Lerina sungguh tidak tahan melihat ketampanan itu, pipi putih kemerahan serta mata bulat dengan bulu lentik juga bibir yang merah alami, oh, dia tidak tahan ingin menciumnya."Baiklah, tapi boleh aku tau nama Bibi?" Dia bertanya manis sekali.Bella yang menatap itu sangat tidak suka, Lerina di anggap sedang cari perhatian anak presiden direktur."Tentu saja, nama Bibi Lerina!" kata Lerina sambil tersenyum."Baiklah, Bibi Lerin, lain kali aku akan mengunjungimu kesini!"CupLerina tidak percaya, anak itu mengecup pipinya dan berlalu dengan Tuan Peng. Lerina memegang pipinya sambil berdiri."Heh, jangan senang dulu, Kau selamat kali ini, tapi tidak lain kali!" Bella berlalu dia sangat tidak menyukai Lerina.Lerina tidak menanggapi, dia lebih baik pergi menuju meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya.Begitu masuk ruangan daddynya, Sean langsung naik ke atas sofa, dia tidak bicara dengan daddynya.Han mendengkus kesal melihatnya, namun dia lebih baik mendiamkannya, ada yang lebih penting saat ini."Paman Peng!" Begitulah ia memanggil pria itu."Ya, Han!""Sekretaris itu mengundurkan diri. Hrd baru memberitahuku hal ini. Tolong cari ganti secepatnya. Aku tidak bisa kalau tidak ada yang membantuku disini." Kalimat itu adalah perintah.Memang Josephine sudah dua hari tidak masuk karena cuti, baru tadi surat pengunduran dirinya datang."Baiklah, akan aku cari segera!" kata Paman Peng. Meskipun dia tahu ini akan sulit, tidak semudah itu mencari seorang sekretaris.Dia segera keluar sambil memikirkan bagaimana caranya mendapatkan sekretaris dalam waktu dekat."Kau marah pada Daddy?" Dia bertanya pada putranya. Han kini duduk di sisi bocah yang bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya itu."Daddy aku hanya ingin mommy!"Ah, Mommy lagi. Ini sudah yang kesekian kalinya Sean mengucapkan itu, setiap ada masalah dengan Han. Dia selalu meminta mommy. Bagaimana mungkin ada mommy? Menikah saja tidak pernah terlintas di pikiran presiden Zoku itu."Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, tapi tidak dengan mommy, paham!" Han memberi pilihan. Mungkin saja anaknya itu akan luluh.Han bisa mengabulkan keinginan anaknya itu, tapi kalau untuk mommy dia tidak akan sanggup."Kalau begitu aku tidak minta apapun!" Dia memalingkan wajahnya.Han mengusap wajahnya kasar. "Kau tahu, ada keluaran robot transformer terbaru, daddy akan mengajakmu membelinya bagaimana?" ucap Han. Dia berharap anaknya itu akan luluh."Benarkah daddy?"Berhasil! Mata itu langsung berbinar."Tentu saja, kita pergi sekarang!" Han berdiri bersiap akan pergi.Mata bulat Sean bersinar, dan senyumnya mengembang, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan gemes dan tidak bosan menatapnya.^^^^^^Peng tidak mendapatkan siapapun yang pantas saat ini untuk jadi sekretaris Presiden Zoku. Dia kemudian teringat dengan Nona Smith, dan merasa mungkin wanita itu pantas. Dia segera mendatanginya."Nona Smith, bisa kita bicara sebentar!""Tentu saja, Tuan Peng. Apa ada yang bisa kubantu?" Lerina memang sangat sopan, sehingga yang baru mengenalnya saja, bisa menilai kalau dia adalah gadis yang baik."Nona Smith, sekretaris presdir sudah mengundurkan diri saat ini dan butuh pengganti segera, jadi aku rasa Kau pantas untuk jabatan itu." Tuan Peng memberitahu maksudnya.Lerina terperangah. "A-aku, i-itu rasanya sangat tidak mungkin Tuan Peng, aku takut tidak bisa menjalankan tugas itu." Dia menolak dengan halus.Bukan Peng namanya kalau belum tahu tentang kehidupan Lerina. "Aku tahu Kau butuh uang yang banyak untuk membangun rumah kucing, bukan? Presiden akan menggajimu tiga kali lipat dari ini!"Lerina terdiam sesaat, dia memikirkan tiga kali lipat, saat ini gajinya seribu dolar, kali tiga, pasti tidak butuh waktu lama untuk membangun tempat tinggal kucing-kucing jalanan dan dia bisa memberikan mereka makanan yang baik tentunya."Kau setuju?""Baiklah, Tuan Peng, aku bersedia!" jawabnya cepat. Dia harus bisa beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru. Lerina butuh uang sekarang."Besok pagi, langsung datang ke ruangan direktur!""Baik Tuan Peng!" Lerina berdiri kemudian membungkuk sopan.Tuan Peng pun kembali ke atas. Satu masalah terselesaikan. Pikirnya. Dia tinggal mencari pengganti Lerina saja sebagai staff di divisi keuangan dan itu tidak terlalu sulit.Lerina akan memulai harinya dengan menjadi sekretaris, tentunya dia harus bergerak lincah. Karena pekerjaannya bukan hanya di balik meja saja, tapi harus siap melaporkan jadwal kegiatan bosnya. Dia juga harus siap bila sewaktu-waktu harus keluar untuk kunjungan kerja."Lerina memakai rok yang cukup sopan, sedikit di bawah lutut dan kemeja lengan panjang yang tidak pas di tubuhnya. Meski begitu dia tetap terlihat memukau, bodynya yang sintal tetap terlihat di balik bajunya yang masih terbilang sopan."Selamat pagi Tuan!" Lerina membungkuk saat Han akan memasuki ruangannya.Pria itu hanya menoleh sebentar tanpa menjawab salam dari sekretaris barunya. Lerina memang duduk di luar ruangan presiden direktur.Dia tidak terlalu ambil pusing, bukankah orang kaya memang begitu. Pikirnya.Tuan Peng mengacungkan jempolnya pada Lerina, gadis itu tersenyum dan kembali duduk. Peng mengikuti Han kedalam."Apa Kota Minnesota ini kehabisan orang untuk bekerja?" Han duduk di singgasananya.Tuan Peng tahu pertanyaan itu. "Sangat tidak mudah mencari sekretaris yang sesuai dengan kriteriamu, Han, kurasa dia bisa di andalkan, dan dia bukan seperti wanita penggoda tentunya." Tuan Peng menjelaskan.Han menarik napas pelan. "Semoga saja!" katanya singkat. "Paman Peng, apa jadwalku hari ini?" lanjutnya.Sesuai intruksi Paman Peng tadi. Setelah bos masuk lima menit maka Lerina akan menyusul dan membacakan jadwal presiden direktur."Maaf Tuan, saya akan membacakan jadwal Tuan hari ini!" ucap Lerina. Dia sudah siap dengan tablet di tangannya."Aku tidak suka basa-basi, katakan cepat!" Suaranya terdengar dingin.Lerina seketika menjadi tegang, padahal dia sudah mati-matian agar tidak grogi tadi.HufffhDia menghembuskan napas, "Jam sepuluh ada undangan dari Laksa Group di restaurant cherrybell, di lanjut dengan makan siang. Pukul dua memantau proyek lapangan, hal itu bisa di wakilkan. Selanjutnya kosong." Lerina sedikit menunduk setelah selesai."Baiklah, Kau boleh pergi!" Han mengusir dengan tangan tanpa menoleh pada Lerina."Haruskah aku menghadiri undangan dari Laksa?" Han bertanya."Tentu saja, bukankah Anda ingin menjalin kerja sama demi satu tujuan?" Tuan Peng mengingatkannya.Han memainkan pulpen di tangannya, "Tapi, aku sangat tidak menyukai Cathrine putrinya," jawabnya dingin."Mmm, soal itu, Kau sebaiknya mengatakan secara terang-terangan!" Tuan Peng memberi solusi."Aku sudah mengatakannya, tapi si Tua Laksa itu memang sengaja ingin mendekatkan putrinya padaku. Kalau saja bukan karena satu hal, aku bahkan tidak tertarik dengan kerja samanya."Tuan Peng tidak menjawab dia hanya menggedikkan bahunya.Tuan Peng keluar dari ruangan presdir. Dia menghampiri meja Lerina, "Nona Smith, Kau akan menemani presdir ke undangan Laksa Group!""A-aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri."Ya!""Tapi, aku belum pernah bekerja di luar seperti itu Tuan Peng," jawab Lerina polos."Mulai sekarang Kau harus terbiasa, paham!" titah pria nomor dua di perusahaan Zoku."Ba-baiklah!" Lerina tentu tak bisa menolak selain patuh meski tidak ada rasa percaya diri.HuffftEnding Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama