Kaisar jelas-jelas tidak percaya."Omong kosong! Andini adalah seorang tabib yang telah lama bertugas di dalam istana untuk merawat para selir dan permaisuri. Selama ini, kapan dia pernah melakukan kesalahan?""Lalu, kenapa tiba-tiba bisa tertinggal satu jarum perak yang begitu penting di kepala Yinara? Menurutku, ini jelas-jelas jebakan yang sengaja dirancang seseorang!" bentak Kaisar. Saat mengucapkan kata "seseorang", sorot matanya langsung tertuju pada Jarwo.Di samping, Kasim Harko juga ikut memperingatkan, "Tuan Jarwo, jangan bicara sembarangan. Apalagi, Nona Andini sangat berhati-hati dan tidak pernah menimbulkan masalah selama ini. Lagi pula, jarum perak seperti itu, semua orang yang belajar pengobatan memilikinya. Tidak ada ciri khusus. Bagaimana bisa Tuan menyimpulkan itu milik Nona Andini?"Dalam hati Kasim Harko pun merasa, cara Jarwo ini terlalu gegabah, bahkan bisa dibilang rendahan. Namun, justru karena begitu rendahan, jadi terasa mencurigakan.Di sisi lain, Surya tetap
Mana mungkin Kaisar menyangka, hari ini malam tahun baru, tapi malah harus mengurus kasus pembunuhan!Terlebih lagi, jenazah Yinara saat ini sedang terbaring tepat di luar ruang kerja kekaisaran!Kaisar melirik ke arah Jarwo yang masih tak sadarkan diri di lantai, lalu ke arah Surya yang berdiri dengan wajah muram. Akhirnya, Kaisar tidak tahan lagi dan berkata pada Kasim Harko di sampingnya, "Kenapa belum juga dibangunkan?!"Barulah Kasim Harko menjawab cepat dan segera mengambil cawan teh dari meja kerja Kaisar, lalu menyiramkannya langsung ke wajah Jarwo.Jarwo pun perlahan siuman. Begitu membuka mata, yang pertama dia lihat adalah wajah Kaisar. Belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, dia langsung merangkak dan memberi salam, "Hamba menghadap Yang Mulia Kaisar! Hidup Kaisar! Kaisar panjang um ...."Sebelum sempat menyelesaikan salamnya, dia melihat Surya berdiri tak jauh darinya. Dia langsung ketakutan. Dengan tubuh gemetar, dia berlutut dan merangkak ke arah Kaisar sambil berseru,
Mendengar perintah itu, para penjaga langsung pergi dan mengangkat si pembunuh bayaran yang terluka parah keluar dari dalam. Orang itu awalnya mengira dirinya sudah diselamatkan oleh Keluarga Wiryono dan akan tetap hidup. Namun siapa sangka, ternyata dia malah dibawa langsung ke hadapan Surya.Begitu membuka mata, yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Surya yang menunduk menatapnya dari atas. Tatapan itu ... membuatnya seakan kembali ke dua jam sebelumnya.Saat itulah dia sadar, dirinya tidak mungkin hidup lagi.Surya menoleh ke arah Kino. Kino langsung paham maksudnya. Bersama Uraga, dia segera maju dan membawa pergi si pembunuh itu.Dari dalam ruang baca, suara Jarwo pun terdengar, "Surya! Orang yang kamu cari sudah kami serahkan! A ... aku sudah mengirim orang ke istana! Pasukan penjaga akan segera datang! Kalau kamu nggak pergi sekarang, nanti kamu nggak akan bisa pergi lagi!"Namun, sebelum suara itu selesai bicara, pintu ruang baca langsung terbuka lebar dengan satu tendangan
Surya pun tidak memberinya kesempatan untuk menjawab. Suaranya dingin saat mengucapkan satu kata, "Bunuh."Begitu perintah itu keluar, kepala pelayan hanya sempat melihat sekilas kilatan cahaya dingin di hadapannya. Detik berikutnya, rasa nyeri yang tajam menyambar lehernya.Dia refleks mengangkat tangan untuk menekan luka di leher, tetapi darah sudah menyembur deras dari celah jarinya. Tak peduli sekuat apa pun dia menekannya, darah tetap tidak bisa dihentikan ....Mata kepala pelayan membelalak tidak rela, sebelum tubuhnya terjatuh ke tanah. Dia hanya bisa menatap satu per satu prajurit Pasukan Harimau melangkah melewati tubuhnya yang belum sepenuhnya dingin.'Nggak seharusnya begini ...,' batinnya.Baru saja tadi dia masih bersama tuannya merencanakan bagaimana cara memfitnah Andini, bagaimana membuatnya tidak bisa membela diri. Kenapa sekarang malah dia yang mati duluan?Dia berusaha membuka mulut, entah untuk memohon ampun atau berteriak minta tolong. Namun pada akhirnya, tak satu
Sebenarnya, Surya sudah bisa menduga bahwa Keluarga Wiryono tidak akan menyerahkan orangnya begitu saja.Bagaimanapun, waktu delapan tahun itu sudah terlalu lama. Saking lamanya, hingga orang-orang di istana pun nyaris melupakan siapa sosok Surya yang dulu berhasil meredakan Pemberontakan Lima Pangeran dan menstabilkan kekuasaan sang Kaisar dengan kekuatannya sendiri.Karena itu, dua jam kemudian, Surya kembali mendatangi kediaman Keluarga Wiryono.Penjaga di depan gerbang sudah mendapat perintah sedari tadi. Melihat kedatangan Surya, mereka hanya memberi salam singkat, lalu langsung mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Pangeran, Tuan kami ... aaaah!"Sebelum penjaga itu sempat menyelesaikan ucapannya, telah terdengar jeritan yang melengking. Entah dari mana asalnya muncul sebuah kilatan dan tangan penjaga itu pun sontak terlepas dari tubuhnya.Sementara itu, Surya tetap berdiri dengan tenang. Dia mengenakan jubah hitam yang panjang, kedua tangan disilangkan di belakang punggung t
Surya sebenarnya masih merasa khawatir. Namun melihat wajah serius tabib kediaman, dia akhirnya memutuskan untuk mundur.Bukankah dia datang ke sini karena percaya tabib istana mampu menyelamatkan Andini? Kenapa harus meragukannya sekarang?Begitu pintu kamar tertutup, Surya pun menoleh ke arah Laras. "Ceritakan semuanya, dari awal hingga akhir, apa saja yang terjadi setelah masuk ke kediaman Keluarga Wiryono."Laras yang tadi masih diliputi kecemasan karena kondisi Andini, sontak terjaga kembali saat mendengar suara Surya. Meski suaranya terdengar panik dan tergesa-gesa, dia tetap berusaha menjelaskan semua yang terjadi di kediaman Keluarga Wiryono secara lengkap dan jujur.Tak lama setelah itu, Kresna dan Abimana juga tiba setelah mendengar kabar. Begitu Laras selesai menceritakan semuanya, Abimana tak bisa menahan diri dan langsung berseru, "Bukankah ini jelas-jelas Keluarga Wiryono ingin menjebak Andini?"Air mata Laras pun tak terbendung lagi. "Benar, Tuan! Nona tidak terpancing j