Anne kembali masuk ke dalam kereta dibantu oleh Hans. Di dalam kereta mereka sama sekali tidak bersuara dan hanya berpegangan tangan, menunggu kabar dari Kent. Hans yang berjaga di luar juga tidak bersuara sama sekali.
Keheningan yang mencekam berlangsung cukup lama. Setiap suara yang terdengar membuat mereka semakin gugup, bahkan Anne sama sekali tidak merasa mengantuk. Mereka sangat terkejut tiba-tiba mendengar suara Kent dari luar.
“Hans mereka mengumpulkan semua warga di tengah desa dan mulai mengikat mereka satu persatu. Kita tidak mungkin ke sana.”
“Baiklah malam ini kita cari rumah kosong yang paling jauh dari desa. Kereta juga akan aku tinggalkan di tempat yang jauh agar aman.”
“Baik aku akan carikan rumah yang kira-kira bisa kita gunakan.”
Kent pergi lagi mencari tempat yang cocok untuk mereka bermalam.
Tok tok
“Apa semua baik-baik saja di dalam?” Hans membuka sedikit jendela kereta.
“Hans apa kau yakin kita bisa bermalam? Bisakah kita pergi tanpa harus berhadapan dengan mereka?”
“Untuk saat ini pasukan mereka pasti sedang sangat waspada mengumpulkan para warga. Sehingga jika kita bergerak sekarang, mereka akan dengan mudah menemukan kita. Sebaiknya kita menunggu mereka pergi dahulu atau ketika mereka lengah, mungkin kita bisa melewati mereka.”
“Semoga Kak Fricsia baik-baik saja ....”
“Iya nona tenang saja, sekarang nona harus istirahat yang cukup. Tas dan belatinya akan saya simpan dulu kalau begitu.”
“Tidak apa-apa Lyre, Anne akan tidur dengan tas dan belati ini.”
Tok tok
“Nanny, Kent sudah kembali. Kita akan segera berangkat lagi.”
“Baik, terima kasih Hans.”
Mereka mulai kembali berjalan dengan sangat berhati-hati. Rumah yang dipilih Kent sangat kecil, mungkin hanya seukuran kamar Anne. Untungnya rumah ini tidak hancur parah dan cukup bersih, sepertinya rumah ini masih ditinggali sebelum pasukan Wart datang.
Rumah ini terbuat dari kayu serta hanya memiliki satu kamar tidur dan ruang tengah. Pintu rumah ini sudah hancur, dan barang-barang berserakan ditanah.
Setelah mengantarkan mereka ke tempat yang dipilih Kent, Hans pergi membawa keretanya ke tempat lain. Sementara itu, Kent berjaga-jaga di sana dan mengikat kudanya di pepohonan sekitar.
“Nona, ini sudah saya siapkan roti. Sudah dari pagi nona belum makan.”
“Iya terima kasih Vena, kalian juga harus makan sesuatu.”
“Baik Nona. Tempat tidur nona sudah saya siapkan, katakan saja bila nona sudah ingin beristirahat.”
Anne duduk diam sambil memakan rotinya perlahan. Nanny dan yang lainnya juga hanya duduk diam di sekitarnya, mereka terlalu takut untuk bersuara.
--
“Hey Kent, tidak terjadi apa-apa kan?” Terdengar suara Hans dari luar.
“Yah, tidak ada apa-apa. Hari ini aku akan berjaga duluan, kau istirahat saja dulu. Vena juga sudah menyiapkan roti.”
“Hmm oke, baik. Aku akan tidur di luar saja, untuk berjaga-jaga.”
Hans masuk ke dalam rumah dan keluar dengan roti di kedua tangannya, yang langsung habis.
“Ah, kupikir kau mengambilkan untukku juga.” Kent mendesah dan masuk untuk mengambil roti.
“Hmm, maaf.” Hans berbicara masih dengan mulut penuh.
Setelah menghabiskan rotinya, Anne segera pergi tidur ditemani nanny. Malam itu terasa sangat sunyi dan mencekam, semoga Anne setidaknya bisa bermimpi indah.
--
Pagi itu Anne terbangun sebelum yang lainnya, ia menatap langit-langit sambil masih berbaring. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam dan sering terbangun sesekali. Ia bisa merasa sedikit tenang mengingat Hans dan Kent terus berjaga sepanjang malam.
Matahari mulai terbit dan cahayanya mulai memasuki kamar itu. Perlahan Anne duduk dan memanggil Lyre yang sepertinya sudah bangun juga.
“Lyre, tolong bawa Anne keluar.”
“Oh nona sudah bangun, apakah nona bisa tidur dengan baik?”
“Iya tenang saja Lyre, apakah semuanya baik-baik saja? Kapan kita akan berangkat lagi?”
“Untungnya tidak terjadi apa-apa semalam. Hans menyarankan untuk berangkat sepagi mungkin.”
“Selamat pagi nona. Ayo kita cepat sarapan dan segera pergi. Silahkan duduk di sini nona, saya akan bangunkan yang lainnya.”
Hans baru selesai memantau daerah sekitar, sepertinya masih aman. Kent terlihat sedang mempersiapkan kereta dan memberi makan kuda-kuda.
“Silahkan nona, ini kentang rebus dengan dendeng.”
“Terima kasih Lyre.”
--
Anne terlihat lebih diam dan gelisah sejak kemarin. Hans juga terlihat sangat serius, rasanya aneh ketika Hans diam. Mereka berencana untuk berangkat mengarah ke selatan untuk memutar jalan. Mungkin mereka memiliki kesempatan untuk memasuki Kekaisaran Terra melalui gerbang selatan.
“Kent, bolehkan Anne naik kuda saja?”
“Kent, sepertinya kita harus meninggalkan keretanya. Akan lebih aman bila kita menggunakan kuda saja.”
“Baiklah, Aku akan mengambil kuda-kuda di kereta dahulu. Kalian bisa siapkan perbekalan dan tas untuk kuda-kuda.”
Menggunakan kereta kuda ketika sedang bersembunyi memang bukan ide yang bagus. Pasukan Wart sudah berjaga semalaman dan mereka sudah tidak lagi berkeliling, tetapi kita harus berjaga-jaga untuk keadaan terburuk. Kent kembali dengan membawa kedua kuda di kiri dan kanannya.
“Ehmm, siapa yang akan menunggangi kuda ketiga?”
“Kita bisa mengikat kuda yang satu dengan yang lainnya, dan aku akan menuntun kuda ketiga.”
Anne dan Kent berkuda di depan untuk memeriksa apakah aman atau tidak. Hans dibelakang berkuda sambil menuntun kuda yang di tunggangi Nanny. Vena dan Lyre juga berjalan mengikuti perlahan di belakang mereka.
“Kent apakah kita sudah melewati pasukan Wart?”
“Belum nona, ini kita masih memutar.”
“Kent! Hans dan yang lain tidak kelihatan lagi, sepertinya mereka tertinggal jauh.”
Kent segera berbalik arah untuk mencari Hans dan yang lainnya.
“Oh tidak, sepertinya terjadi sesuatu kepada mereka.”
“Kent, kita harus menolong mereka Kent!”
“Kita lihat dulu keadaannya bila berbahaya, kita terpaksa harus meninggalkan mereka.”
Mereka berkeliling mencari-cari Hans dan yang lainnya, tetapi tidak menemukan siapapun. Tiba-tiba Kent memacu kudanya dengan sangat cepat.
“Kent ada apa?” Anne yang terkejut bertanya kepada Kent.
“Berpegang yang erat nona, sepertinya mereka melihat kita.”
Anne menarik jubah Kent menutupi tubuhnya, berusaha untuk bersembunyi sambil menutup mata dan menggenggam erat jubah itu.
--
Sudah lama mereka berderap kencang, apakah sudah aman? Anne menarik jubah Kent dan mengintip keluar. Mereka sudah mulai keluar dari hutan dan pohon-pohon sudah mulai jarang.
Sepanjang perjalanan, Anne terus menggenggam jubah Kent, ia tidak bisa merasa tenang sedikitpun. Pasukan Wart tidak mungkin mengejar kita sejauh ini, Kent juga mulai tenang dan tidak lagi memacu kudanya.
“Kent apakah sudah aman?”
“Nona sepertinya kita tidak bisa kembali lagi, kita akan langsung menuju gerbang selatan Terra.”
“Gerbang Selatan? bukankah Verdant hanya berbatasan dengan Gerbang Timur Terra?"
“Kita memang harus memasuki Kerajaan Crotta agar bisa pergi ke gerbang selatan. Tapi Pasukan Wart tidak akan bisa mengikuti kita memasuki Crotta karena mereka memiliki dinding sihir. Mereka akan mengijinkan kita masuk, Kerajaan Verdant dan Crotta adalah sekutu sejak lama.”
"Bagaimana dengan Hans dan yang lainnya?"
"Bila mereka berhasil kabur, mereka pasti akan mencari cara ke Terra."
"... Semoga mereka baik-baik saja."
“Saya akan memberitahu nona apabila kita sudah dekat, nona bisa beristirahat dahulu.”
“Tidak apa-apa, aku tidak bisa beristirahat dengan posisi seperti ini.”
"Maaf nona, bertahanlah sedikit lagi."
Anne memang sangat kelelahan dan ingin beristirahat, tetapi ia tidak bisa berhenti memikirkan keadaan kakak dan ibunya. Anne sangat tidak suka situasi ini, ketika ia tidak tahu dimana keluarganya, bagaimana keadaan mereka. Ini sangat membuatnya merasa frustasi dan bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa sendiri. Anne memejamkan matanya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
--
*Apakah mereka akhirnya akan aman, bila berhasil masuk ke Crotta?*
Matahari mulai terbenam ketika Anne menyadari bahwa perutnya berbunyi. Ini sangat memalukan dan sangat tidak anggun, Anne bisa merasakan mukanya mulai memerah karena malu. Sepertinya Kent tidak menyadarinya, karena ia masih fokus melihat sekeliling sambil melaju. Beberapa saat kemudian Kent melambat dan berhenti. Kent kemudian turun dan menurunkan Anne dari kuda. “Maaf nona, saya tidak menyadari bahwa nona belum makan sejak pagi.” “Aah, eh, tidak apa-apa Kent!” Anne tergagap, karena terkejut dan malu. “Saya sudah biasa tidak makan berhari-hari dalam perjalanan. Maafkan saya nona.” Kent membantu Anne untuk duduk kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Ini nona, saya ma
Tok tok “Permisi, ini saya sudah membawakan makanan dan air hangat.” “Baik, terima kasih.” Kent membuka pintu dan meletakkan nampan makanan di meja dan mengambil baskom berisi air hangat dan menaruhnya di meja lain. Kent memberikan sejumlah uang untuk membayar makanan dan sedikit tip untuk pegawai tersebut. “Nona, saya sudah siapkan air hangat. Ini handuk untuk membasuh.” “Iya, terima kasih.” Anne mengambil handuk tersebut dan membasuh mukanya dan setelah itu membasuh tangan dan kakinya. Kent merasa perlu membantu Anne, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya duduk dengan canggung menunggu Anne selesai. “Kent, bisa tolong bantu Anne melepas baju pelindung ini? Ikatannya sangat rumit dan sulit untuk di lepas.” “Oh, iya baik nona.” Kent dengan canggung membantu Anne. Kent kemudian membantu Anne untuk duduk dan menyuapinya makan. Anne memang bisa makan sendiri, tetapi karena pencahayaan di ruangan ini h
Jeremy menggenggam tangan Anne dan menuntunnya menuju kamar tamu, sedangkan Kent mengikuti dari belakang. “Kamu tenang saja Anne, disini kamu akan aman. Oh ya, tolong antarkan pengawal Anne untuk berbenah.” Melihat Kent yang terus mengikuti, Jeremy memerintahkan salah satu pelayan untuk mengantarkan Kent ke ruang para pelayan. “Tenang saja tuan pengawal, saya akan memerintahkan seseorang untuk membantu Anne.” Jeremy menambahkan melihat Kent yang tidak ingin meninggalkan Anne. “Saya akan segera kembali, nona.” Kent membungkuk dan akhirnya pergi. -- “Kamu yakin tidak ingin tinggal sedikit lebih lama?” “Tidak, kak Jeremy. Mengunjungi Kediaman Verlant adalah keputusan yang saya ambil sendiri. Sehingga keluarga saya akan khawatir apabila saya tidak segera tiba di Kekaisaran terra.” “Oh ya, bagaimana dengan kabar kakak-kakak mu? Apakah Verto sudah menjadi ksatria?” “Belum, Kak Ver
Ketika mereka selesai makan malam, Marquis mengundang Anne untuk berbicara di ruang kerjanya. Anne kemudian menceritakan kejadian yang dialaminya dan bagaimana ia bisa sampai ke Kerajaan Crotta. Tok, tok “Ayah mencariku?” “Oh Chris. Kita perlu membicarakan mengenai keadaan Kerajaan Verdant” Chris duduk di samping Anne dan mendengarkan dalam diam. Marquis menjelaskan bahwa ia sudah mendengar mengenai penyerangan tersebut dan para bangsawan Crotta sedang merundingkan bagaimana cara untuk membantu. Ia berjanji akan berusaha meyakinkan bangsawan lainnya untuk ikut membantu. “Saya juga sudah mendengar bahwa kamu akan segera berangkat ke Kekaisaran Terra. Biarkan Chris menemanimu bertemu dengan Kaisar Terra untuk meminta bantuan Terra. Apabila Terra bersedia untuk membantu, kita bisa merebut Verdant.” “Terima kasih banyak paman, saya sangat menghargai bantuan anda.” “Bagaimana Chris, apakah kamu bersedia membantu?” “Tid
Tak terasa malam sudah tiba, mereka berhenti sebentar untuk makan di sebuah restoran. Anne bisa mencium aroma berbagai makanan ketika berjalan masuk dituntun oleh Chris. Suasana di dalam restoran tidak terlalu ramai. Anne dan Chris kemudian duduk di meja dekat dengan jendela. “Kamu ingin memesan apa? Apa makanan kesukaanmu Anne?” “Aku suka apa saja kak.” “Baiklah, kamu sepertinya harus makan lebih banyak daging.” Chris akhirnya memesan steak dan semangkuk sup untuk Anne. Anne hanya duduk diam memikirkan sesuatu, sambil menunggu makanannya datang. Chris mencoba mengajak Anne berbicara, apa yang bisa ia bicarakan? “Hei Anne, apakah kamu pernah mencoba Cold Slime
“Wah, kamu sudah bisa mengumpulkan energi di tanganmu. Sekarang coba untuk melepaskannya keluar dari tubuhmu, sama seperti ketika sedang menghela nafas.” Anne tidak bisa membayangkan bagaimana bisa sesuatu yang ada dalam dirinya keluar begitu saja, tangannya tidak memiliki lubang seperti hidung! Anne hanya bisa membayangkan asap keluar dari tangannya. “Tidak Anne, jangan mengepalkan tanganmu semakin keras dan menegangkan ototmu, justru kamu harus merenggangkannya.” Anne takut bila ia merenggangkan tangannya, energi tersebut malah akan kembali menyebar. Perlahan ia mulai mencoba untuk rileks dan kembali membayangkan asap yang keluar dari tangannya. “Apa kamu bisa melihatnya Anne?” Chris memegang tangan Anne dan mencoba menyentuh energi tersebut. Perlahan Anne membuka matanya dan sekilas melihat sesuatu berwarna kuning di tangannya, dan segera hilang. Ia kembali mencoba mengeluarkannya dengan mata terbuka. Setelah mencoba selama setengah j
Anne sudah terbiasa sendiri sekarang. Walaupun ada para pelayan yang selalu menemaninya, mereka sangat diam. Bila Lyre dan Vena disini, mereka pasti sedang berebutan ingin menata rambut Anne.“Tolong kepang saja rambut saya dengan rapi.”“Baik nona”Lagi-lagi gaun yang digunakannya terlalu besar. Apakah ini gaun Kak Fricsia?“Tolong siapkan juga gaun dan aksesori yang pantas untuk bertemu dengan kaisar besok.”“Apakah nona menginginkan warna khusus untuk gaunnya?”“Merah. Saya akan tinggal disini untuk sementara, jadi tolong siapkan beberapa gaun lainnya.”“Baik no
Tok tok “Nona sudah siap?” Kent memanggil dari luar kamar Anne. “Iya, ayo berangkat.” Anne terlihat cantik dan lebih dewasa dengan gaun biru muda yang elegan. Walaupun baru kemarin Anne diukur, para pelayannya bisa segera menyediakan gaun yang pas. Kent masuk ke dalam kamar Anne dan menuntun Anne ke ruang makan. Di sana Chris sudah menunggu sambil membaca sesuatu di tangannya. Chris terpesona melihat sosok Anne yang memasuki ruangan. “Wah, Anne apakah kamu benar baru berumur sebelas tahun? Silahkan duduk Anne.” Chris berdiri untuk menyambut Anne dan menuntunnya untuk duduk. “Maaf aku selalu menunjukkan diriku yang berantakan.” Anne tersipu mengingat dirinya yang selalu tampil berantakan karena melakukan banyak perjalanan. “Hahaha, kamu selalu terlihat cantik walaupun berantakan.” “Apa yang sedang kakak baca?” “Oh ini? Hanya beberapa berkas yang aku temukan semalam. Walau beberapa terlihat tidak penting, tapi sepertinya