Happy ReadingLima tahun setelah pernikahan mereka, Rehan dan Nara merayakan perjalanan mereka dengan penuh kebahagiaan. Setiap langkah yang mereka ambil bersama semakin memperkuat hubungan mereka, mengajarkan mereka untuk saling memahami, tumbuh, dan beradaptasi. Namun, Rehan ingin memberikan sesuatu yang istimewa untuk merayakan momen besar ini. Sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata, sesuatu yang mewakili betapa dalamnya rasa cintanya terhadap Nara.Hari itu, Nara sedang duduk di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat saat Rehan datang dengan wajah yang penuh misteri. Ia tersenyum penuh arti, lalu mendekati Nara dengan membawa sebuah amplop berwarna hitam elegan.“Ada apa, Rehan?” tanya Nara dengan sedikit rasa penasaran. Wajah Rehan terlihat penuh semangat, seolah menyimpan rahasia yang sangat besar.Rehan hanya tersenyum, meletakkan amplop itu di atas meja depan dan berkata, “Ini adalah hadiah untukmu, Nara. Hadiah yang mungkin agak... luar biasa.”Nara merasa jantungnya b
Happy ReadingBeberapa bulan setelah merayakan pernikahannya yang kelima, Nara merasa ingin berbagi kebahagiaan lebih dengan orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah Kelly, sahabatnya yang telah lama menjadi bagian penting dalam hidupnya. Nara ingin memberikan sesuatu yang istimewa—liburan bersama ke sebuah tempat indah, di mana mereka bisa menikmati waktu bersama pasangan masing-masing.Saat Nara dan Rehan sedang duduk di ruang tamu, menikmati secangkir kopi di pagi hari, Nara memandang Rehan dengan senyum penuh semangat.“Aku punya ide,” kata Nara, matanya berbinar.Rehan mengangkat alis, penasaran. “Ide apa, sayang?”“Aku ingin mengajak Kelly dan pasangan mereka berlibur bersama kita,” jawab Nara. “Aku pikir kita sudah lama tidak punya waktu berkumpul bersama mereka. Ini akan menjadi kesempatan bagus untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman terbaik kita.”Rehan tersenyum, memahami keinginan Nara. “Aku setuju. Liburan bersama teman-teman selalu menyenangkan. Jadi, kemana ki
Happy ReadingBeberapa tahun setelah pernikahan mereka, kehidupan Nara bersama Rehan telah berubah menjadi sesuatu yang jauh berbeda dari kehidupan sebelumnya. Dulu, Nara adalah wanita yang penuh ambisi dan berusaha keras mencapai segala yang ia inginkan. Namun, setelah menikah dengan Rehan, semuanya seolah berubah. Rehan memberikan Nara kebebasan untuk menikmati hidupnya, memberikan segala yang ia butuhkan tanpa mengharapkan apapun selain kebahagiaannya.Setiap pagi, Nara bangun di apartemen mewah yang terletak di pusat kota, dengan pemandangan yang menakjubkan dari lantai tinggi. Ia membuka jendela dan membiarkan angin pagi menyapa wajahnya. Kehidupan ini terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan, dengan segala kemewahan yang dimiliki, tanpa beban pekerjaan yang menuntut. Seolah-olah dunia berhenti hanya untuknya. Setelah sarapan ringan, Nara akan meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Ia pergi ke salon kecantikan terkenal yang selalu menunggu kedatangannya. Di sana, ia dimanjak
Happy ReadingHari ini, Nara memutuskan untuk mengendarai Porsche-nya sendiri. Mobil itu berkilau di bawah sinar matahari, warnanya yang merah cerah membuatnya tampak begitu mencolok di jalanan kota. Ia merasa sedikit bangga, meskipun sudah terbiasa dengan kemewahan itu. Setiap kali melaju dengan Porsche, ada rasa kepuasan tersendiri, seolah ia bisa merasakan kebebasan dalam setiap putaran roda yang membawa dirinya ke mana saja ia inginkan.Pagi itu, setelah selesai melakukan perawatan rutin di salon langganannya, Nara memutuskan untuk menyambangi kantor Rehan. Ia mengenakan celana panjang hitam yang pas di tubuhnya, dipadu dengan kaos putih sederhana yang tetap terlihat elegan. Tali tas Hermes Birkin yang terkalung di tangannya memberikan sentuhan kemewahan yang pas. Penampilannya begitu sederhana namun tetap memukau, menegaskan bahwa kemewahan tidak selalu harus mencolok. Sesampainya di gedung kantor, Nara merasa mata semua orang menatapnya. Begitu ia keluar dari mobil, beberapa ka
Happy ReadingHari itu, seperti banyak hari-hari sebelumnya, terasa begitu sempurna bagi Nara dan Rehan. Matahari bersinar cerah di langit biru, sementara angin musim panas yang hangat menyapu lembut wajah mereka saat berjalan bersama di sepanjang taman kota yang asri. Langkah mereka seirama, seolah dunia di sekitar mereka tidak lebih dari latar belakang untuk kisah cinta mereka yang terus berkembang.Nara mengenakan gaun ringan berwarna biru muda, yang melambai lembut di angin. Rambutnya tergerai panjang, berkilau di bawah sinar matahari. Rehan, dengan kemeja putih yang sederhana namun elegan, tampak begitu tampan di sampingnya. Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk menunjukkan kebahagiaan mereka. Hanya dengan saling berpegangan tangan, mereka sudah merasa cukup untuk menikmati momen ini.Setiap kali mereka berdua menghabiskan waktu bersama, dunia terasa lebih ringan. Semua stres dan masalah yang datang dari pekerjaan dan rutinitas sehari-hari tampak jauh, seolah terbuang begitu s
Happy ReadingHari itu, Nara baru saja pulang lebih awal dari biasanya. Apartemen mereka terasa sunyi, bahkan terlalu sunyi. Rehan sedang rapat, katanya, dan baru akan kembali malam nanti. Tapi ada sesuatu yang mengusik rasa ingin tahu Nara. Selama ini, Rehan selalu menutup satu pintu di apartemen mereka—sebuah pintu kecil di lorong belakang, yang katanya hanyalah gudang berisi barang-barang lama.Tapi hari ini... pintu itu sedikit terbuka.Nara berdiri di depan pintu itu, hatinya berdetak lebih cepat. Rasionalitasnya berbisik untuk tidak ikut campur. Tapi rasa penasaran perlahan menguasainya. Ia mendorong pintu itu perlahan—dan pemandangan di dalam membuatnya membeku.Ruangan itu seperti dunia lain.Rak-rak panjang di sisi kiri dan kanan penuh dengan berbagai macam senjata: pistol, senapan laras panjang, bahkan beberapa pisau tempur berkilau di bawah lampu neon. Ada map-map tebal bertuliskan kode aneh, dan beberapa monitor besar yang memantau berbagai titik kota. Semua terasa begitu
Happy ReadingSetelah kejadian malam itu, dunia Nara terasa berputar ke arah yang baru—gelap, penuh rahasia, namun juga... anehnya, menggairahkan. Ia memilih untuk tetap di sisi Rehan. Bukan karena buta, melainkan karena cintanya lebih besar dari ketakutannya. Ia tahu, pria itu mungkin hidup dalam dua dunia, tapi hatinya hanya untuk Nara.Beberapa hari kemudian, saat mentari baru saja menggantung rendah di langit, Rehan mengajaknya untuk ikut melihat salah satu lokasi bisnis mereka. Bukan kantor biasa. Ini adalah tempat yang tidak tercatat dalam peta bisnis keluarga mereka—sebuah tempat di mana kekuasaan, uang, dan kekuatan bersilang jalan.Di dalam Porsche hitamnya, Nara duduk di kursi penumpang, mengenakan setelan kasual mewah: celana kulit hitam, turtleneck putih, jaket kulit, dan sunglasses Dior. Hermes Birkin merahnya tergeletak di samping. Sementara Rehan, dalam balutan kaus hitam dan jaket bomber gelap, tampak lebih seperti aktor film laga daripada seorang pebisnis kaya.Mobil
Happy ReadingSetelah minggu-minggu yang penuh rahasia dan ketegangan, Rehan dan Nara memutuskan mengambil jeda—sebuah perjalanan ke tempat di mana dunia terasa jauh, di mana hanya ada langit biru, laut sejernih kristal, dan pasir putih tanpa batas. Maladewa, atau Maldives, menjadi tujuan bulan madu mereka kali ini. Tempat itu bukan hanya sebuah pelarian; itu adalah surga yang sempurna untuk dua hati yang ingin saling menemukan kembali dalam kedamaian.Pagi itu, jet pribadi yang membawa mereka mendarat mulus di bandara kecil di Malé, ibu kota Maldives. Dari sana, mereka dijemput dengan speedboat mewah menuju resor pribadi mereka yang tersembunyi di antara gugusan pulau-pulau kecil.Begitu speedboat meluncur di atas permukaan air sebening kaca, Nara tidak bisa menahan decaknya. Lautan biru membentang sejauh mata memandang, bertemu dengan langit yang tak kalah birunya. Airnya begitu jernih hingga dasar laut pun terlihat dengan jelas—terumbu karang berwarna-warni, ikan-ikan kecil yang be
Happy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se
Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"
Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng
Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua
Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k
Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang
Happy ReadingMalam itu, setelah seharian penuh menjalani perawatan untuk Nara di rumah sakit, Rehan akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Nara masih terbaring lemah, meskipun ada sedikit kemajuan. Rehan tahu bahwa mereka harus menghadapinya dengan sabar, meskipun terkadang rasa cemas itu begitu besar. Namun, hari esok adalah hari ujian semester bagi Aiden. Rehan merasa sudah waktunya Aiden untuk kembali pulang dan bersiap-siap. Sebelum berangkat, Rehan mendekati Aiden yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, memegang ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Rehan tahu betul betapa berat beban yang harus dipikul oleh Aiden, tetapi dia juga tahu, sebagai seorang anak, Aiden perlu waktu untuk menenangkan pikirannya."Aiden, pulanglah bersama Alea. Sudah saatnya kamu istirahat," kata Rehan dengan nada lembut, mencoba memberikan ketenangan. "Nara butuh dukungan kita, tapi kamu juga harus fokus pada ujian semester yang semakin dekat. Jangan biarkan perasaanmu menguasai,
Happy ReadingHari demi hari berlalu, namun keadaan Nara tak kunjung membaik. Meskipun telah mendapatkan perawatan terbaik yang bisa diberikan di Indonesia, kondisi tubuh Nara tetap lemah. Rehan dan Aiden semakin cemas, dan begitu banyak harapan yang terus digantungkan pada kesembuhan Nara. Namun, setiap pagi yang mereka lewati bersama Nara di rumah sakit semakin terasa berat. Nara masih terbaring lemah, tak banyak bergerak, dan wajahnya semakin pucat. Rehan bisa merasakan betapa tubuhnya tak lagi sekuat dulu.Suatu pagi, setelah berbicara dengan tim dokter di rumah sakit, Rehan merasakan ada sesuatu yang harus segera dilakukan. Dia tidak bisa terus berdiam diri menunggu perubahan yang tampaknya tak akan datang. Keputusan ini datang begitu mendalam, begitu mendesak. Dia tidak bisa hanya mengandalkan perawatan di Indonesia yang sepertinya sudah mencapai titik maksimal. "Saya rasa sudah waktunya kita mencari solusi lain," kata Rehan kepada Aiden, suaranya penuh dengan ketegasan dan kes
Happy ReadingSudah hampir seminggu Nara terbaring di rumah sakit, dan keadaan tubuhnya belum juga membaik. Rehan, Aiden, dan Alea tidak pernah meninggalkannya. Mereka bergantian menjaga Nara, selalu berada di sisinya, mendampingi setiap detik yang penuh kekhawatiran. Meski mereka berusaha tetap kuat di hadapan Nara, ada rasa cemas yang tak bisa mereka sembunyikan.Setiap kali Rehan melihat Nara terbaring lemah, hatinya terasa perih. Dia merasa seperti tidak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan ibunya. Walaupun sudah diberi penjelasan tentang penyakit yang diderita Nara, tetap saja tidak ada yang bisa menenangkan rasa takut di dalam dirinya. Nara adalah sosok yang selalu hadir dalam kehidupannya—wanita yang penuh kasih, yang selalu memberi dukungan. Namun kini, ia harus berjuang melawan kondisi tubuhnya yang semakin lemah.Pagi itu, Rehan berdiri di samping jendela rumah sakit, memandangi langit yang mulai cerah, namun hatinya tetap terasa gelap. Di luar sana, dunia berjalan seper