Share

Part 7

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-03-14 23:20:16

Happy Reading

Nara terdiam sejenak, otaknya masih memproses ucapan Rehan barusan. Pria itu akan tetap tinggal di Indonesia? Kenapa? Untuk apa? Apa ada hubungannya dengannya? Atau hanya permainan lain yang direncanakannya?

"Kenapa tiba-tiba bilang begitu?" suara Nara akhirnya keluar, meski sedikit bergetar.

Rehan menatapnya dalam, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai khasnya. "Karena aku menemukan alasan untuk tetap tinggal."

Nara menelan ludah, matanya menatap keluar jendela mencoba menghindari tatapan tajam laki-laki itu. Jantungnya berdegup kencang, entah karena kesal atau... sesuatu yang lebih dari itu.

"Kalau itu cuma alasan untuk main-main, lebih baik kau pergi," Nara mencoba terdengar tegas meski suaranya sedikit bergetar.

Rehan tertawa pelan, mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Nara, memaksanya untuk kembali menatapnya. "Aku tidak pernah main-main, sayang. Kalau aku mau sesuatu, aku akan mendapatkannya. Dan sekarang, aku mau kamu."

Pernyataan itu membuat Nara semakin panas. Ia mendorong tangan Rehan dan membuka pintu mobil. "Aku nggak ada waktu untuk ini!"

Namun baru beberapa langkah keluar, tangan Rehan sudah lebih dulu menariknya kembali. "Kamu pikir bisa kabur dari aku semudah itu?"

"Lepaskan aku, Rehan!" pekiknya.

"Tidak sampai kamu mengaku kalau kamu juga menginginkanku."

Nara terdiam. Bagaimana bisa laki-laki ini begitu percaya diri? Tapi, sialnya, ada bagian kecil dalam dirinya yang memang menginginkannya.

Namun sebelum ia bisa menjawab, tiba-tiba terdengar suara dari belakang mereka. "Nara, kamu baik-baik saja?"

Seketika keduanya menoleh. Seorang pria dengan jas dokter berdiri tak jauh dari mereka, ekspresinya penuh kekhawatiran.

"Siapa dia?" tanya Rehan dengan nada yang lebih dingin dari biasanya.

Nara menarik napas dan melepaskan tangannya dari genggaman Rehan. "Ini Dokter Ardan, senior di rumah sakit."

Dokter Ardan berjalan mendekat, matanya bergantian menatap Nara dan Rehan. "Aku melihatmu ditarik begitu saja, makanya aku khawatir."

Rehan mendengus, jelas tidak menyukai kehadiran pria ini. "Dia baik-baik saja. Aku hanya mengantarnya pulang."

"Kalau begitu, aku yang akan mengantar Nara pulang," ujar Ardan tegas, menatap Rehan tanpa gentar.

Nara bisa merasakan ketegangan yang mulai meningkat di antara keduanya. Ia tahu Rehan bukan tipe orang yang suka ada yang menentangnya. Namun sebelum sesuatu yang buruk terjadi, ia memutuskan untuk mengakhiri ini.

"Terima kasih, Dok. Aku bisa pulang sendiri," katanya sambil tersenyum tipis pada Ardan.

Ardan tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau butuh sesuatu, kabari aku."

Saat dokter itu pergi, Nara menoleh kembali ke Rehan yang masih menatap tajam kepergian pria itu. "Puas?" tanya Nara kesal.

Rehan hanya terkekeh pelan, lalu mendekat ke arah telinga Nara dan berbisik, "Aku tidak suka ada yang mengganggu milikku."

Nara mendengus. "Aku bukan milik siapa-siapa, termasuk kamu."

Rehan hanya tersenyum misterius. "Kita lihat nanti."

Tanpa menunggu balasan, ia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Nara yang masih berdiri dengan hati berdebar. Entah karena kesal, atau karena sesuatu yang lain.

Namun satu hal yang pasti, ini baru permulaan.

Nara pulang ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Ia menutup pintu dengan kasar, melempar tasnya ke sofa, lalu duduk dengan frustrasi. "Kenapa aku selalu terjebak dengan pria itu?" gumamnya.

Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur napas. Namun pikirannya terus mengulang kejadian tadi di rumah sakit. Bagaimana Rehan menatapnya, bagaimana dia dengan percaya diri mengatakan akan tetap tinggal. Dan bagaimana dia menyebut Nara sebagai miliknya.

Ponselnya berbunyi. Nama Rehan terpampang di layar.

"Apa lagi?!" geramnya.

Namun ia tetap mengangkatnya. "Apa?"

"Kamu sudah di apartemen?" suara Rehan terdengar lembut di seberang sana.

Nara menghela napas. "Ya, dan aku ingin istirahat. Jangan ganggu aku."

"Aku di bawah."

Mata Nara membesar. "Apa?"

"Aku di bawah apartemenmu. Keluar."

Nara mematikan telepon dengan kasar. Apa Rehan gila? Kenapa dia selalu mengganggunya seperti ini? Dengan enggan, ia berjalan ke balkon dan melongok ke bawah. Benar saja, Rehan bersandar di mobilnya, menatap ke atas seakan tahu Nara sedang melihatnya.

"Turun atau aku naik?" serunya.

Nara menggigit bibirnya. Ia tahu kalau Rehan sudah berkata begitu, maka dia benar-benar akan naik. Dengan enggan, ia mengambil jaketnya dan turun ke bawah.

Saat ia sampai di depan gedung, Rehan tersenyum puas. "Bagus. Kamu tahu lebih baik tidak membuatku menunggu."

"Kamu mau apa, Rehan?" Nara bertanya dengan lelah.

Rehan mendekat, menatapnya dalam. "Aku ingin mengajakmu makan malam."

Nara terkejut. "Apa?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam," ulang Rehan, kali ini lebih pelan. "Dan kali ini, aku tidak menerima penolakan."

Nara menghela napas. "Kenapa aku? Dari semua wanita yang bisa kamu dapatkan, kenapa harus aku?"

Rehan tersenyum, jemarinya mengangkat dagu Nara, membuat gadis itu menatapnya. "Karena kamu satu-satunya yang bisa membuatku merasa hidup."

Jantung Nara kembali berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu apakah ini awal dari sesuatu yang indah atau justru sesuatu yang akan menghancurkannya.

***

TBC

Thanks guys

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 8

    Nara menatap Rehan dengan tatapan penuh keraguan. Pria itu selalu seperti ini—datang dan pergi sesuka hati, seolah dunia berputar di sekelilingnya. Dan sekarang, dia mengajaknya makan malam seakan kejadian di rumah sakit tadi tak pernah terjadi."Aku nggak lapar," Nara mencoba menolak dengan suara setenang mungkin, meskipun dadanya masih berdebar akibat kedekatan Rehan.Rehan mengangkat alisnya, lalu terkekeh pelan. "Bohong. Aku tahu kamu belum makan sejak siang. Aku juga tahu kamu nggak akan tidur dengan perut kosong. Jadi, lebih baik ikut denganku sekarang daripada nanti tengah malam kamu kelaparan dan memesan makanan instan."Nara mendengus kesal. Bagaimana bisa dia tahu kebiasaannya? Apa Rehan benar-benar memperhatikannya selama ini?"Aku bisa makan sendiri," balasnya cepat.Rehan tersenyum miring, lalu dengan santai membuka pintu mobilnya. "Ayo, Nara. Aku janji nggak akan melakukan sesuatu yang nggak kamu suka. Kita hanya makan, berbicara, dan setelah itu aku akan mengantarmu pul

    Last Updated : 2025-03-15
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 9

    Happy Reading Beberapa hari setelah makan malam itu, Nara masih terus memikirkan ucapan Rehan. Pria itu memang tidak melakukan gerakan agresif setelahnya, tapi keberadaannya terasa semakin nyata dalam hidupnya. Dari pesan singkat menanyakan kabarnya, mengantarkannya ke rumah sakit, hingga tanpa sadar selalu ada dalam pikirannya. Hingga suatu malam, saat Nara baru pulang dari shift malam di rumah sakit, apartemennya terasa terlalu sunyi. Ia merebahkan diri di sofa, mencoba mengabaikan rasa lelah yang mendera. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Rehan. Nara menatap layar ponselnya ragu sebelum akhirnya mengangkatnya. "Ada apa?" "Buka pintu," suara Rehan terdengar jelas di seberang sana. Nara mengerutkan kening. "Apa? Kamu di mana?" "Di depan pintumu." Mata Nara membelalak. Dengan cepat, ia bangkit dan berjalan ke pintu. Benar saja, begitu ia membukanya, Rehan sudah berdiri di sana dengan sebuah kantong plastik di tangannya. "Kamu—kenapa ada di sini?" tanyanya heran. R

    Last Updated : 2025-03-15
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 10

    Happy Reading Malam itu, Nara tak bisa tidur. Matanya tetap terbuka, menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk. Kemarahan, kekecewaan, dan luka lama kembali menyeruak. Ia merasa marah pada dirinya sendiri—bagaimana bisa ia hampir percaya lagi pada Rehan? Tanpa berpikir panjang, ia meraih jaket dan kunci mobilnya. Ada sesuatu yang harus ia lakukan. Ia tiba di klub yang ada dalam video itu. Musik berdentum keras, lampu warna-warni berkedip liar, dan aroma alkohol bercampur parfum mahal memenuhi udara. Nara melangkah masuk, matanya segera menyapu ruangan, mencari sosok yang membuat dadanya begitu sesak. Dan di sana, di sudut ruangan dengan sofa empuk berwarna hitam, Rehan masih duduk dengan wanita yang sama. Tawa pria itu terdengar jelas, tangannya masih melingkar erat di pinggang si wanita. Mereka terlihat akrab, terlalu akrab. Darah Nara mendidih. Tanpa ragu, ia berjalan mendekat, menembus kerumunan orang-orang yang sedang berdansa. Langkahnya tegas, penu

    Last Updated : 2025-03-16
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 11

    Happy ReadingRehan berjalan keluar dari gudang dengan langkah berat. Angin malam yang menusuk kulit tak mampu mendinginkan gejolak di dalam dadanya. Pengkhianatan Arman masih berputar di kepalanya, seperti duri yang terus menusuk tanpa henti. Ia merogoh sakunya, menyalakan sebatang rokok, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskan asapnya ke udara.Bayu mendekatinya, menunggu perintah. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Pak?"Rehan diam sejenak, matanya menatap kosong ke kejauhan. "Pastikan dia tidak bisa berbicara dengan siapa pun. Setidaknya sampai aku memutuskan apa yang harus kulakukan dengannya."Bayu mengangguk. "Kami akan mengurusnya."Rehan tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sebelum berjalan menuju mobilnya. Pikirannya masih berkecamuk. Bagaimana mungkin Arman, yang selama ini ia percaya, tega mengkhianatinya?Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Nara.Aku ingin bertemu.Rehan menatap pesan itu lama, lalu mengetik balasan. Di tempat biasa, seten

    Last Updated : 2025-03-17
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 12

    Happy ReadingHampir satu minggu Nara mendiamkan Rehan. Bahkan ketika laki-laki itu menemuinya di rumah sakit, Nara menghindar, tak ingin menemui Rehan.Rehan tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya. Ia sudah kehilangan seorang sahabat, dan sekarang, Nara juga menjauh darinya. Tapi ia tidak akan menyerah. Jika pengkhianatan Arman telah menghancurkan segalanya, maka ia akan memperbaiki semuanya, meskipun itu berarti melewati neraka.Malam itu, Rehan berdiri di luar rumah sakit, menatap ke arah jendela kamar Nara yang terletak di lantai dua. Hujan turun, membasahi tubuhnya, tapi ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu: bagaimana ia bisa mendapatkan kembali kepercayaan Nara.****Pagi harinya, Nara keluar dari kamar rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Sudah cukup, pikirnya. Ia tidak bisa terus berada di tempat yang sama dengan seseorang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun, begitu ia mencapai pintu keluar, seseorang berdiri menghadangnya.Rehan.Nara langsung berba

    Last Updated : 2025-03-18
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 13

    Happy ReadingRehan merasakan tubuh Nara yang gemetar dalam pelukannya. Ia mengeratkan dekapannya, membiarkan gadis itu merasakan kehangatan dan perlindungan yang ia tawarkan. Hujan gerimis yang mulai turun menambah nuansa dramatis malam itu."Aku di sini, Nara. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi," bisiknya sekali lagi.Nara masih terisak, tapi perlahan ia mencoba mengendalikan dirinya. Ia mendorong dada Rehan pelan, melepaskan diri dari pelukannya. Tatapannya masih dipenuhi luka dan kebingungan."Kenapa kau selalu muncul di saat-saat seperti ini?" suaranya serak, nyaris tak terdengar.Rehan menatapnya dalam-dalam. "Karena aku peduli padamu. Karena aku tidak akan membiarkanmu sendirian, apalagi dalam bahaya."Nara menunduk, pikirannya berantakan. "Aku tidak tahu harus percaya atau tidak. Aku... Aku terlalu takut, Rehan."Rehan mengusap lembut lengan Nara. "Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku akan membuktikan bahwa aku selalu ada untukmu."Malam itu, Reha

    Last Updated : 2025-03-19
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   part 14

    Happy ReadingDua hari setelah kejadian itu, kondisi Nara semakin memburuk. Tubuhnya terasa lemas, demam tinggi membuatnya sulit bergerak, dan kepalanya terasa berputar setiap kali ia mencoba bangkit. Awalnya, Nara berpikir ini hanya kelelahan biasa, namun setelah muntah beberapa kali dan tubuhnya menggigil hebat, ia tahu bahwa ini bukan sekadar kelelahan.Rehan, yang diam-diam masih memperhatikannya dari jauh, segera bertindak begitu mendapat kabar dari asisten Nara bahwa wanita itu jatuh sakit. Tanpa ragu, ia menghubungi dokter pribadinya dan memastikan bahwa Nara mendapat perawatan terbaik. Karena Nara bersikeras tidak ingin kembali ke rumah sakit, Rehan mengambil keputusan cepat: membawanya ke apartemen pribadinya dan merawatnya di sana.Saat Nara membuka mata, ia mendapati dirinya berada di sebuah kamar luas dengan nuansa hangat dan nyaman. Selimut tebal menyelimuti tubuhnya, sementara suara samar dentingan piring terdengar dari luar kamar. Kepalanya masih terasa berat, tapi ia c

    Last Updated : 2025-03-21
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   part 15

    Happy ReadingNara mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ancaman yang baru saja didengarnya masih terngiang di telinganya. Ia menoleh ke arah Rehan yang berdiri tegap, matanya penuh amarah yang tertahan."Apa yang akan kita lakukan sekarang?" suara Nara bergetar sedikit, tapi ia berusaha untuk tetap tegar.Rehan mengangkat dagunya sedikit, memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa pria itu ke tempat yang lebih aman untuk diinterogasi. "Aku akan memastikan kita mendapat jawaban. Sementara itu, kau tetap di sini. Jangan keluar tanpa izin dariku.""Jangan bersikap seperti aku ini tahanan, Rehan," protes Nara.Rehan menatapnya tajam. "Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu."Nara menggigit bibirnya. Ia ingin membantah, tetapi bagian dalam hatinya tahu bahwa Rehan benar. Bahayanya nyata, dan kali ini, ia tidak bisa menghadapinya sendirian.Beberapa jam kemudian, Rehan kembali ke apartemen dengan ekspresi serius. "Orang itu akhirnya bicara,"

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 185

    Happy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 184

    Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 183

    Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 182

    Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 181

    Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 180

    Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 179

    Happy ReadingMalam itu, setelah seharian penuh menjalani perawatan untuk Nara di rumah sakit, Rehan akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Nara masih terbaring lemah, meskipun ada sedikit kemajuan. Rehan tahu bahwa mereka harus menghadapinya dengan sabar, meskipun terkadang rasa cemas itu begitu besar. Namun, hari esok adalah hari ujian semester bagi Aiden. Rehan merasa sudah waktunya Aiden untuk kembali pulang dan bersiap-siap. Sebelum berangkat, Rehan mendekati Aiden yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, memegang ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Rehan tahu betul betapa berat beban yang harus dipikul oleh Aiden, tetapi dia juga tahu, sebagai seorang anak, Aiden perlu waktu untuk menenangkan pikirannya."Aiden, pulanglah bersama Alea. Sudah saatnya kamu istirahat," kata Rehan dengan nada lembut, mencoba memberikan ketenangan. "Nara butuh dukungan kita, tapi kamu juga harus fokus pada ujian semester yang semakin dekat. Jangan biarkan perasaanmu menguasai,

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 178

    Happy ReadingHari demi hari berlalu, namun keadaan Nara tak kunjung membaik. Meskipun telah mendapatkan perawatan terbaik yang bisa diberikan di Indonesia, kondisi tubuh Nara tetap lemah. Rehan dan Aiden semakin cemas, dan begitu banyak harapan yang terus digantungkan pada kesembuhan Nara. Namun, setiap pagi yang mereka lewati bersama Nara di rumah sakit semakin terasa berat. Nara masih terbaring lemah, tak banyak bergerak, dan wajahnya semakin pucat. Rehan bisa merasakan betapa tubuhnya tak lagi sekuat dulu.Suatu pagi, setelah berbicara dengan tim dokter di rumah sakit, Rehan merasakan ada sesuatu yang harus segera dilakukan. Dia tidak bisa terus berdiam diri menunggu perubahan yang tampaknya tak akan datang. Keputusan ini datang begitu mendalam, begitu mendesak. Dia tidak bisa hanya mengandalkan perawatan di Indonesia yang sepertinya sudah mencapai titik maksimal. "Saya rasa sudah waktunya kita mencari solusi lain," kata Rehan kepada Aiden, suaranya penuh dengan ketegasan dan kes

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 177

    Happy ReadingSudah hampir seminggu Nara terbaring di rumah sakit, dan keadaan tubuhnya belum juga membaik. Rehan, Aiden, dan Alea tidak pernah meninggalkannya. Mereka bergantian menjaga Nara, selalu berada di sisinya, mendampingi setiap detik yang penuh kekhawatiran. Meski mereka berusaha tetap kuat di hadapan Nara, ada rasa cemas yang tak bisa mereka sembunyikan.Setiap kali Rehan melihat Nara terbaring lemah, hatinya terasa perih. Dia merasa seperti tidak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan ibunya. Walaupun sudah diberi penjelasan tentang penyakit yang diderita Nara, tetap saja tidak ada yang bisa menenangkan rasa takut di dalam dirinya. Nara adalah sosok yang selalu hadir dalam kehidupannya—wanita yang penuh kasih, yang selalu memberi dukungan. Namun kini, ia harus berjuang melawan kondisi tubuhnya yang semakin lemah.Pagi itu, Rehan berdiri di samping jendela rumah sakit, memandangi langit yang mulai cerah, namun hatinya tetap terasa gelap. Di luar sana, dunia berjalan seper

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status