Share

Part 7

Penulis: Khakalara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 23:20:16

Happy Reading

Nara terdiam sejenak, otaknya masih memproses ucapan Rehan barusan. Pria itu akan tetap tinggal di Indonesia? Kenapa? Untuk apa? Apa ada hubungannya dengannya? Atau hanya permainan lain yang direncanakannya?

"Kenapa tiba-tiba bilang begitu?" suara Nara akhirnya keluar, meski sedikit bergetar.

Rehan menatapnya dalam, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai khasnya. "Karena aku menemukan alasan untuk tetap tinggal."

Nara menelan ludah, matanya menatap keluar jendela mencoba menghindari tatapan tajam laki-laki itu. Jantungnya berdegup kencang, entah karena kesal atau... sesuatu yang lebih dari itu.

"Kalau itu cuma alasan untuk main-main, lebih baik kau pergi," Nara mencoba terdengar tegas meski suaranya sedikit bergetar.

Rehan tertawa pelan, mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Nara, memaksanya untuk kembali menatapnya. "Aku tidak pernah main-main, sayang. Kalau aku mau sesuatu, aku akan mendapatkannya. Dan sekarang, aku mau kamu."

Pernyataan itu membuat Nara semakin panas. Ia mendorong tangan Rehan dan membuka pintu mobil. "Aku nggak ada waktu untuk ini!"

Namun baru beberapa langkah keluar, tangan Rehan sudah lebih dulu menariknya kembali. "Kamu pikir bisa kabur dari aku semudah itu?"

"Lepaskan aku, Rehan!" pekiknya.

"Tidak sampai kamu mengaku kalau kamu juga menginginkanku."

Nara terdiam. Bagaimana bisa laki-laki ini begitu percaya diri? Tapi, sialnya, ada bagian kecil dalam dirinya yang memang menginginkannya.

Namun sebelum ia bisa menjawab, tiba-tiba terdengar suara dari belakang mereka. "Nara, kamu baik-baik saja?"

Seketika keduanya menoleh. Seorang pria dengan jas dokter berdiri tak jauh dari mereka, ekspresinya penuh kekhawatiran.

"Siapa dia?" tanya Rehan dengan nada yang lebih dingin dari biasanya.

Nara menarik napas dan melepaskan tangannya dari genggaman Rehan. "Ini Dokter Ardan, senior di rumah sakit."

Dokter Ardan berjalan mendekat, matanya bergantian menatap Nara dan Rehan. "Aku melihatmu ditarik begitu saja, makanya aku khawatir."

Rehan mendengus, jelas tidak menyukai kehadiran pria ini. "Dia baik-baik saja. Aku hanya mengantarnya pulang."

"Kalau begitu, aku yang akan mengantar Nara pulang," ujar Ardan tegas, menatap Rehan tanpa gentar.

Nara bisa merasakan ketegangan yang mulai meningkat di antara keduanya. Ia tahu Rehan bukan tipe orang yang suka ada yang menentangnya. Namun sebelum sesuatu yang buruk terjadi, ia memutuskan untuk mengakhiri ini.

"Terima kasih, Dok. Aku bisa pulang sendiri," katanya sambil tersenyum tipis pada Ardan.

Ardan tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau butuh sesuatu, kabari aku."

Saat dokter itu pergi, Nara menoleh kembali ke Rehan yang masih menatap tajam kepergian pria itu. "Puas?" tanya Nara kesal.

Rehan hanya terkekeh pelan, lalu mendekat ke arah telinga Nara dan berbisik, "Aku tidak suka ada yang mengganggu milikku."

Nara mendengus. "Aku bukan milik siapa-siapa, termasuk kamu."

Rehan hanya tersenyum misterius. "Kita lihat nanti."

Tanpa menunggu balasan, ia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Nara yang masih berdiri dengan hati berdebar. Entah karena kesal, atau karena sesuatu yang lain.

Namun satu hal yang pasti, ini baru permulaan.

Nara pulang ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Ia menutup pintu dengan kasar, melempar tasnya ke sofa, lalu duduk dengan frustrasi. "Kenapa aku selalu terjebak dengan pria itu?" gumamnya.

Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur napas. Namun pikirannya terus mengulang kejadian tadi di rumah sakit. Bagaimana Rehan menatapnya, bagaimana dia dengan percaya diri mengatakan akan tetap tinggal. Dan bagaimana dia menyebut Nara sebagai miliknya.

Ponselnya berbunyi. Nama Rehan terpampang di layar.

"Apa lagi?!" geramnya.

Namun ia tetap mengangkatnya. "Apa?"

"Kamu sudah di apartemen?" suara Rehan terdengar lembut di seberang sana.

Nara menghela napas. "Ya, dan aku ingin istirahat. Jangan ganggu aku."

"Aku di bawah."

Mata Nara membesar. "Apa?"

"Aku di bawah apartemenmu. Keluar."

Nara mematikan telepon dengan kasar. Apa Rehan gila? Kenapa dia selalu mengganggunya seperti ini? Dengan enggan, ia berjalan ke balkon dan melongok ke bawah. Benar saja, Rehan bersandar di mobilnya, menatap ke atas seakan tahu Nara sedang melihatnya.

"Turun atau aku naik?" serunya.

Nara menggigit bibirnya. Ia tahu kalau Rehan sudah berkata begitu, maka dia benar-benar akan naik. Dengan enggan, ia mengambil jaketnya dan turun ke bawah.

Saat ia sampai di depan gedung, Rehan tersenyum puas. "Bagus. Kamu tahu lebih baik tidak membuatku menunggu."

"Kamu mau apa, Rehan?" Nara bertanya dengan lelah.

Rehan mendekat, menatapnya dalam. "Aku ingin mengajakmu makan malam."

Nara terkejut. "Apa?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam," ulang Rehan, kali ini lebih pelan. "Dan kali ini, aku tidak menerima penolakan."

Nara menghela napas. "Kenapa aku? Dari semua wanita yang bisa kamu dapatkan, kenapa harus aku?"

Rehan tersenyum, jemarinya mengangkat dagu Nara, membuat gadis itu menatapnya. "Karena kamu satu-satunya yang bisa membuatku merasa hidup."

Jantung Nara kembali berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu apakah ini awal dari sesuatu yang indah atau justru sesuatu yang akan menghancurkannya.

***

TBC

Thanks guys

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 185

    Happy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 184

    Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 183

    Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 182

    Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 181

    Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 180

    Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status