Happy Reading
"Argh...," teriak Nara sontak semua orang pun melihat ke arah mereka membuat Rehan langsung membekap mulut Nara. Gadis itu tidak mampu menahan keterkejutannya saat tangan Rehan mulai bergerak di atas pahanya dan semakin naik. Jujur Nara sungguh khawatir sampai-sampai jantungnya memompa lebih cepat. Mendengar teriakan itu Alex langsung menyelesaikan bill dan menghampiri keduanya. Selain karena terkejut Nara juga sepertinya dibawah pengaruh alkohol, semua yang melihat tadi pun kembali ke aktivitas masing-masing ketika Rehan dengan cepat membawa Nara keluar. "Aku nggak setuju dengan perjanjian yang terakhir," pekik Nara setelah masuk ke dalam mobil Rehan. "Ehh kenapa Aku masuk ke mobil Kamu, Aku mau pulang sendiri." Nara memekik sambil memukul-mukul tangan Rehan yang menahan tubuhnya agar tetap duduk di mobil ini. "Kamu nggak liat diri Kamu itu mabuk," cerca Rehan yang dikesalkan oleh Nara Ia pun hanya bisa pasrah. Rehan memeluk pinggang Nara dari samping gadis yang sudah mengantuk itupun tidak sadar jika dress yang Ia kenakan tadi juga semakin terbuka. "Alex arahkan cermin itu ke arah depan!" perintah Rehan tak ingin Alex melihat tubuh gadisnya. "Kamu sangat cantik Nara," ucap Rehan pelan sambil mengecup sekilas bibir cherry Nara. "Di mana alamat Nona Nara Tuan?" tanya Alex seharusnya laki-laki ini mencari informasi sebelumnya tadi. Dasar ingin kena marah. "Mana Saya tau, dasar bodoh." kesal Rehan melihat tidak ada pergerakan apapun dari Nara Rehan memutuskan untuk membawa Nara ke apartemennya. Rehan menggendong Nara ala bridal style melewati lobi belakang agar tidak ada yang mengetahuinya. Diikuti dengan Alex yang membantu membuka pintu hingga masuk ke dalam apartemen. Laki-laki itu membawa Nara ke kamar utama yang ada di lantai dua, gadis berkulit putih ini tertidur dengan pulas sebagai buah dadanya menyembul keluar membuat Rehan ingin sekali melahapnya. Laki-laki itupun mendekatkan tubuhnya saat ingin membuka pakaian Nara Ia teringat betapa bencinya Nara jika Ia mengambil kesempatan ini. Rehan pun langsung menggeleng dan menyelimuti Nara. **** "Argh...dasar mesum," pekik Nara menendang Rehan hingga terjatuh dari kasur. "Aw sakit," keluh Rehan bangkit sambil memegang punggungnya, ternyata tenaga Nara kuat juga. Teriakan Nara terdengar hingga bawah membuat pelayan yang membersihkan rumah dengan cepat membereskan pekerjaan mereka. Mereka tidak boleh membuat Nona muda sampai bertemu dengan mereka. "Masih aman, ini yang ini terus ini." Nara langsung memeriksa seluruh tubuhnya sambil duduk di atas kasur memastikan semuanya masih utuh. "Saya tidak ngapa-ngapain Kamu," terang Rehan ikut duduk di pinggir ranjang. "Nggak ngapa-ngapain apa Kamu tidur di samping Aku, kalau Aku hamil gimana," omel Nara mencepol rambutnya memperlihatkan leher jenjang yang sangat mulus itu, rasanya air liur Rehan hampir tumpah. "Bagus dong," jawab Rehan asal membayangkan perut Nara buncit pasti sangat seksi. "Dasar gila," cibir Nara kemudian langsung berdiri Ia langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar. "Sayang merning kiss dulu," pinta Rehan yang tentunya ditolak oleh Nara. "Gadis itu menghidupkan tombol mobilnya setelah terbuka Ia langsung menaikinya dan keluar dari apartemen Rehan." Persetan dengan ini semua apartemen yang ditempati Rehan sangatlah mewah sebanyak kekayaan mami papi Nara tidak pernah diberikan apartemen apalagi semewah itu. **** "Dok...Kamu tidak ke rumah sakit?" tanya rekan Dokter yang sudah siap dengan pakaiannya itu. "Aku kesiangan Dok, kalian pergi saja duluan," balas Nara dari balik pintu kamar mandi. "Yasudah kami duluan dok." keduanya pergi duluan Nara memeriksa tubuhnya ada yang salah atau tidak Ia takut sekali jika sudah berhubungan badan dengan Rehan. Bisa-bisa Nara dibunuh oleh kedua orang tuanya. Nara keluar mengenakan handuk saja, Ia langsung mengambil potongan pakaian dan juga rok, hari ini tidak ada yang terlalu urgent jadi Ia bisa mengenakan rok ketika mengambil beberapa sampel. **** Rehan memasang kancing kemejanya perlahan sambil mencari jas yang cocok Ia pakai, di dalam walk in closet apartemennya berjejer jas mahal buatan italia. Tidak ketinggalan pernak pernik lainnya seperti jam Rolex, dasi yang terbuat dari sutra hingga celana yang memang dibuatkan khusus oleh desainer. Saat sedang bersiap ponsel Rehan pun berdering menandakan sebuah telepon. "Hallo Sayang...," sapa wanita yang berada di seberang sana, wanita itu masih mengenakan piyama. "Hallo Mom," balas Rehan tidak terlalu antusias memang seperti itu anak satu-satunya ini dingin dan jarang sekali pulang ke rumah. "Kapan pulang Sayang?" tanya Mommy berbasa-basi sebelum membahas persoalan yang bisa ditebak oleh Rehan. "Aku tidak akan pulang jika Mom terus menjodohkanku," balas Rehan mengambil dasi dari laci. "Sayang Mom hanya takut Kamu tidak ingin menikah dan hanya bermain dengan banyak perempuan, ayolah pilih salah satu dan buatkan Mom cucu." permintaan Mom nya ini semakin membuat Rehan kepala pusing, Ia tidak berminat menikah hanya ingin bercinta saja. "Aku belum siap Mom." "Mom sudah memilihkan wanita ini cantik, cerdas dan mapan perpaduan yang pas untuk dijadikan istri." **** "Ehh Kamu ngapain ada di sini?" tanya Nara langsung menarik tangan Rehan saat masuk ke dalam rumah sakit Ia takut sekali kedekatan mereka diketahui oleh dokter lainnya. "Aku mau periksa baby," balas Rehan Ia sangat senang Nara memegang tangannya itu. "Ohh gitu," ujar Nara langsung melepaskan pegangannya membuat Rehan mendengus. "Gihh periksa dan konsumsi antibiotik," suruh Nara dengan cuek. "Jangan ke mana-mana yang pagi tadi belum Kamu kasih," bisik Rehan membuat Nara hanya menggeleng. "Mana berani Dia di rumah sakit." batin Nara Ia lupa jika Rehan adalah orang gila yang berkeliaran serta tak tahu malu. Hampir satu jam Rehan melakukan pemeriksaan dan juga pengobatan bersama dokter spkk, Ia pun diperbolehkan pulang dan hasilnya akan diketahui besok. Saat keluar Rehan melihat Nara tengah sibuk dengan macbook beserta beberapa buku di atas meja. Laki-laki itupun menghampiri Nara dan langsung menariknya. "Ehh mau di bawa ke mana Aku," ketus Nara mana orang lagi mikir tadi padahal kan buyar apa yang mau di tulis tadi. Gadis itu di bawa Rehan masuk ke dalam mobilnya, Ia langsung memeluk tubuh Nara dan mengecup bibir gadis ini. Ingin menolak tapi, kekuatan Nara tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh Rehan. Nara hanya bisa memejamkan matanya menyambut ciuman lembut dari benda kenyal yang selama ini mengidamkan bibirnya. Tangan Rehan pun tidak tinggal diam Ia mengelus bokong Nara yang masih tertutupi oleh rok tapi, Ia dapat merasakan jika bokong itu sangat halus. Ciuman mereka semakin panas, Rehan sudah dikabuti oleh gairah ingin rasanya Ia langsung menerobos lorong surgawi yang selalu saja Ia bayangkan itu. Persetan dengan fantasi seraya memperdalam kecupan, Rehan meraba benda yang tertutupi segitiga itu namun, sayangnya Ia ingat mereka sedang berada di lingkungan rumah sakit. "Aku akan stay di Indonesia." jujur Rehan membuat hazel Nara hampir keluar saking terkejutnya. **** Tbc Thanks guysHappy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se
Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"
Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng
Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua
Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k
Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang