Share

Part 3

"saya minta maaf karena sudah memeluk anda dengan lancang." Saat ini Arisa dan dokter Daniel memilih teras sebagai tempat mereka untuk berbincang.

Arisa tersenyum tipis. "Gapapa dok. Saya justru yang terima kasih karena dokter mau meluk saya." Ucapnya yang sedetik kemudian menyadari kesalahannya. "Eh, maksud saya bukan gitu dok. Anu..." 

"Ahhaha, gak papa. Saya ngerti kok."

"Oh, iya dokter gak tugas?" Tanya Arisa setelah sadar dengan kehadiran pria itu di tengah jadwal dinasnya.

"Saya cuti setengah hari. Kebetulan juga hari ini tidak ada jadwal operasi." Dan kalimatnya barusan membuat keduanya kembali terdiam. Daniel masih merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Arisa.

"Maaf." Lagi-lagi Daniel meminta maaf.

"Gak papa dok. Udah takdirnya memang begitu. Walaupun gak bohong kalau saya masih gak bisa menerima." Ucap Arisa dengan tatapan kosong kedepan.

Daniel menatap Arisa dalam seolah gadis itu memiliki daya tarik yang membuatnya enggan mengalihkan tatapannya ke tempat lain.

"Bentar ya dok. Aku ambilin minum dulu." Arisa baru akan bangkit namun dengan cepat ditahan oleh Daniel.

"Gausah. Kamu duduk aja tenang. Gausah pusing mikirin tamu."

"Tamu kan...."

"Enggak untuk saat ini." Arisa menatap wajah Daniel yang lagi-lagi membuatnya merasakan perasaan aneh.

Dengan segera ia menepis tangan pria itu dan kembali menatap kedepan, atau kemana pun selain kearah pria itu.

"Kalau gitu aku balik dulu, ya. Maaf gak bisa tinggal lama-lama." Daniel segera bangkit dan berpamitan dengan Arisa.

"Saya yang makasih karena dokter udah luangin waktunya untuk datang kesini. Padahal Ayah saya cuma pasien, sama dengan yang lain." Balas Arisa sambil ikut mengantar Daniel menuju mobilnya.

"Gakpapa." Jawabnya singkat lalu masuk kedalam mobil dan langsung meninggalkan wilayah rumah Arisa.

-

Seminggu telah berlalu, dan hari ini adalah hari pertama Arisa bekerja sebagai sekertaris di perusahaan milik Nicky. Perusahaan yang bergerak di bidang peminjaman modal ini sebenarnya tidak begitu besar dan terkenal seperti perusahaan yang lain dengan bidang yang sama.

Tapi bukan berarti perusahaan ini menjadi tertinggal akan tertinggal tentang perkembangan soal modal dan saham. Karena di ruangan Arisa, terdapat layar yang terpajang di atas dinding dan menampilkan grafik dari saham perusahaan dan perkembangan soal kenaikan dari emas dan saham. 

Arisa tercengan. Ia bahkan tidak berfikir bisa diterima bekerja disini dan sekarang dirinya sudah memiliki meja dan kursi sendiri di ruangan tersebut.

"Pagi mbak." Sapa Arisa pada wanita yang baru memasuki ruangan tersebut. Wanita tersebut terlihat lebih tua dari Arisa dengan perawakan yang tegas namun tenang. Pakaian yang digunakan juga sangat rapi, membuat Arisa refleks membenarkan pakainnya yang sebenarnya sudah rapih.

"Pagi. Kamu Arisa, bukan?" Tanya si wanita tersebut. Membuat Arisa refleks mengangguk.

"Eh iya mbak. Saya Arisa Nohara. Karyawan baru di kantor ini." Arisa segera merevisi jawabannya dengan ucapan agar tidak terlihat kurang ajar di hari pertama bekerja.

"Panggil Maya saja." Balas wanita itu singkat dan segera duduk di tempatnya. Membuat Arisa mengerjap dan memilih ikut duduk sembari menghela nafas pelan. 

"Hari ini, saya ada jadwal meeting di luar dengan Pak Nicky. Kamu bisa mencatat poin-poin penting dari meeting hari ini dan apapun yang penting tentang informasi dari perusahaan ini yang bisa kamu sampaikan pada Pak Nicky saat ia sudah tiba di ruangannya.

Arisa yang mengira hari ini dirinya belum akan mendapatkan pekerjaan berat terkejut dan dengan buru-buru mencatat ucapan dari Maya.

"Mmm, maaf mbak. Bisa di ulangi, yadi saya harus ngapain?" Tanya Arisa sopan karena dirinya tidak menangkap datu katapun yang di ucapkan Maya.

Maya tampak tersenyum sambil mengubah posisi duduknya menjadi tegap.

"Ingat ya, Arisa. Menjadi sekertaris bukanlah pekerjaan yang mudah. Kamu tidak bisa menggunakan waktu luangmu untuk menghayal apalagi bermain ponsel. Karena kamu akan tiba-tiba diberi pekerjaan bahkan saat kamu baru istirahat sedetik. Jadi, kamu harus fokus dan tidak terganggu dengan apapun disekitarmu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Bahkan saat kamu pulang pun kamu masih harus siap jika diminta soal pekerjaan." Jelas Maya tetap tenang membuat Arisa kagum dengan perawakan wanita itu.

"Baik mbak. Saya minta maaf." Arisa menunduk sopan karena sadar akan kesalahannya.

Wanita itu tersenyum. "Tidak masalah. Ini hari pertamamu dan bahkan saya tidak bisa menemanimu di hari pertamamu. Semoga kamu bisa bertahan ya." Jelas wanita itu dengan senyumnya yang teduh.

Arisa ikut tersenyum dan selanjutnya Maya kembali menjelaskan tugas yang harus dikerjakan Arisa untuk hari ini karena dirinya dan direktur ada meeting diluar sampai sore dan baru bisa kembali kekantor pada malam hari.

Tiba pada malam hari, Arisa masih sibuk mencatat sesuatu di jurnalnya ditempat duduknya. Padahal semua karyawan sudah pulang. Arisa belum mau pulang sampai Maya dan bosnya kembali kekantor. Setidaknya dirinya tidak mau terlihat seenaknya karena pulang duluan padahal tidak ada larangan kalau dirinya tidak boleh sebelum bos kembali dari meetingnya diluar kantor.

"Loh, Arisa. Kok kamu masih disini?" Arisa tersentak dengan suara sang bos karena terlalu serius dengan pekerjannya. 

"Oh, selamat malam, Pak." Sapa Arisa dengan posisi berdiri tegak. Ia bahkan tidak sadar kalau dirinya bisa bergerak secepat itu.

Nicky mengangguk sambil memejamkan mata pelan. "Kamu kok masih disini?" Tanya Nicky kembali. 

"Oh itu. Saya nungguin Bapak sama mbak Maya balik ke kantor, Pak." Jawab Arisa tanpa mengubah pandangannya dari Nicky.

"Loh. Maya gak ngabarin? Saya udah nyuruh dia pulang duluan. Saya juga udah nyuruh dia kabarin kamu." Jelas Nicky yang juga masih berdiri di tempatnya.

Arisa terbelalak dan dengan segera memeriksa ponselnya. Dan benar saja. Disana ada pesan dari Maya yang menyuruhnya untuk pulang tepat waktu.

Arisa lalu menyeringai memperlihatkan giginya. "Hp saya mode silent, Pak. Jadi saya gak dengar kalau ada pesan yang masuk." 

Nicky menggeleng melihat kelakuan sekertaris barunya itu. "Yaudah. Kamu bisa pulang sekarang." Usul Nicky lalu berjalan menuju ruangannya.

"Bapak?" Tanya Arisa bingung karena melihat Nicky sudah membuka pintu ruangannya.

"Saya masih harus mengerjakan sesuatu. Berkas-berkas yang perlu di tandatangi, semuanya sudah ada di meja saya, kan?" Tanya Nicky lagi.

"Iya Pak. Saya sudah letakkan semuanya di meja Bapak."

"Bagus. Kalau begitu kamu bisa pulang sekarang." Jelas Nicky lalu memasuki ruangannya dan menutup pintu ruangannya. Tidak menyadari kalau Arisa masih berdiri di tempatnya. 

Saat akan menandatangani berkas pertama, Nicky terkejut dengan suara ketukan dari luar pintu ruangannya, memperlihatkan Arisa dari jendela ruangannya. Matanya mengernyit bingung.

"Masuk." Ucapnya dan sedetik kemudian gadis itu memasuki ruangan tersebut. "Ada apa? Kok kamu belum balik?"

"Mmm, apa saya bisa tetap disini sampai pekerjaan Bapak selesai?" Tanya Arisa takut-takut. Dirinya bahkan tidak melewati pintu ruangan tersebut.

Nicky semakin mengernyit mendengar saran gadis tersebut. Padahal biasanya karyawan lain akan senang jika disuruh pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status