Puzzle of heart

Puzzle of heart

By:  LilyPut  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
48Chapters
3.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Selama 30 tahun perjalanan hidupnya, Daniel tidak pernah berfikir untuk memiliki hubungan spesial atau apapun terhadap lawan jenis. Yang ia tahu hanya sekedar belajar dan terus belajar. Bahkan saat ia telah mengambil spesialisnya yaitu sebagai Dokter Jantung, ia masih tidak memiliki niatan untuk sekedar mengenal lawan jenis. Karena menurutnya, hal seperti itu tidak akan membuatnya menjadi pintar dan bisa menjadi seperti saat ini. Sementara Arisa yang saat ini masih menjadi pengangguran di umur 25 tahunnya sudah menjadi orang yang paling bodoh soal cinta karena merelakan 5 tahunnya hanya untuk menyukai seseorang yang bahkan dirinya saja tidak tau gadis itu ada atau tidak. Ironis, tapi Patricia selalu percaya kalau keajaiban cinta pasti akan menghampirinya. Berbeda dengan Nicky yang saat ini sudah menjadi pengusaha muda, ia adalah pria yang mahir dalam percintaan. Tentu saja, tampan, kaya, dan baik hati. Siapa yang tidak akan jatuh hati padanya. Sekali tersenyum pun, ia yakin para wanita akan jatuh cinta padanya. Dan ia berani jamin, tidak ada seorang pun yang akan menolaknya. Karena menurutnya, ia begitu sempurna untuk di tolak. Dan, bagaimana bisa akhirnya ketiga orang tersebut akan saling berhubungan? Kalau ingin tau, silahkan dibaca kelanjutannya. Selamat membaca....

View More
Puzzle of heart Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
48 Chapters
Part 1
"Pa, Ma. Niel berangkat dulu ya. Mungkin minggu depan baru bisa balik lagi." Pamit Daniel sambil mencium kedua tangan kedua orang tuanya. Pria itu sudah rapi dengan seragam rumah sakit berwarna hijau tempat ia biasa dinas. "Ingat, jangan terlalu capek. Istirahat yang cukup." Nasihat sang Papa sambil menepuk pundak anak sulungnya itu.Daniel tersenyum tipis. Tipikal Daniel. "Vitaminnya juga jangan lupa di minum. Kalau ada apa-apa langsung telpon ke rumah." Sambung sang Mama yang entah sejak kapan sudah mengapit lengan anaknya itu."Iya lah nelpon ke rumah. Kak Daniel kan gak punya pacar." Celetuk seorang pria yang juga ikut mengantar."Dante! Ini kakaknya mau pergi malah di ledekin.""Ma, Kak Niel cuma tugas kayak biasa. Gak keluar negeri." Ledek pria yang di panggil Dante itu sambil tertawa meledek. Lagian betul kata Dante. Daniel hanya kerja, bukan mau pindah ke luar negeri. Dan seperti itu lah pemandangan keluarga Daniel. Penuh
Read more
Part 2
"Kenalkan saya dokter Daniel yang bertugas dalam operasi bapak." Jelas sang dokter dengan gayanya yang tegas dan berwibawa. "Oh iya, dok. Tadi Suster Isti juga udah kesini." Jelas sang Ayah yang tanpa sadar sudah bersemangat menjawab."Oh, ya? Terus kata suster, gimana?" Tanya dokter sambil tetap memeriksa kondisi pasiennya itu. Wajahnya tampak tidak bersahabat tapi matanya segera menangkap kedipan mata Pak Saputra seolah memberi isyarat untuk tidak di ungkapkan sekarang."Baiklah. Kalau begitu sampai ketemu di ruang operasi ya, Pak." Ucap Daniel setelah selesai memeriksa keadaan pasiennya. Baru akan berbalik, Pak Saputra menahan lengan sang dokter. "Kenalin, ini anakku namanya Arisa."Arisa segera terbelalak karena ucapan Ayahnya yang diluar dugaan. Memangnya apa urusan dia sampai harus dikenalkan dengan dokter itu. Meskipun sejujurnya dokter itu memang tampan. "Oh, kenalin saya dokter Daniel." Ujar Daniel yang juga sempat bingu
Read more
Part 3
"saya minta maaf karena sudah memeluk anda dengan lancang." Saat ini Arisa dan dokter Daniel memilih teras sebagai tempat mereka untuk berbincang.Arisa tersenyum tipis. "Gapapa dok. Saya justru yang terima kasih karena dokter mau meluk saya." Ucapnya yang sedetik kemudian menyadari kesalahannya. "Eh, maksud saya bukan gitu dok. Anu..." "Ahhaha, gak papa. Saya ngerti kok.""Oh, iya dokter gak tugas?" Tanya Arisa setelah sadar dengan kehadiran pria itu di tengah jadwal dinasnya."Saya cuti setengah hari. Kebetulan juga hari ini tidak ada jadwal operasi." Dan kalimatnya barusan membuat keduanya kembali terdiam. Daniel masih merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Arisa."Maaf." Lagi-lagi Daniel meminta maaf."Gak papa dok. Udah takdirnya memang begitu. Walaupun gak bohong kalau saya masih gak bisa menerima." Ucap Arisa dengan tatapan kosong kedepan.Daniel menatap Arisa dalam seolah gadis itu memiliki daya tarik yang membuatnya engg
Read more
Part 4
"kenapa?" Tanya Nicky masih bingung. Padahal biasanya karyawan lain selalu ingin cepat-cepat pulang kerja, tapi gadis ini malah ingin menambah jam kerjanya."Saya juga gatau mau ngapain kalau di rumah." Jelas Arisa sambil menggaruk kepalanya.Nicky tampak berfikir. Ini bukan masalah dirinya memaksa Arisa untuk pulang. Tapi jangan sampai ada berita soal apapun yang ia tidak pernah ingin dengar. Apalagi di kantornya."Mmm, begini. Saya bukannya tidak ingin di temani. Tapi, bagaimana pun kamu dan saya berbeda gender. Dan saya tidak mau mendengar berita miring soal saya. Belum lagi kamu adalah temannya Ben. Jadi, kurasa kamu bisa mengerti maksud saya." Jelas Nicky yang sudah meninggalkan kursinya dan berdiri di samping meja kerjanya.Arisa meneguk liurnya. Ia lupa fakta kalau dirinya dan Nicky berbeda gender. Belum lagi status mereka yang hanya bos dan sekertaris. Dan di malam seperti ini tidak mungkin orang tidak curiga kalau melihat mereka masih berduaan di kan
Read more
Part 5
Nicky berjalan memasuki ruangannya dan mendapati Arisa sudah sibuk di mejanya dengan 'to do list' yang ia tempelkan di sekitar meja dan layar komputernya."Eh, selamat pagi Pak." Sapa Arisa setelah menyadari kehadiran atasannya itu."Pagi." Sapa Nicky sambil tersenyum dan segera memasuki ruangannya sendiri dan menutup pintu ruangannya. Belum sempat duduk, suara ketukan pintu ruangannya membuat Nicky berbalik dan menyuruh yang di luar ruangan membuka pintu tersebut."Iya, ada apa?" Tanya Nicky yang kembali berjalan ke kursinya dan meletakkan tas kerjanya di atas meja."Hari ini mbak Maya tidak masuk kerja Pak.""Oh, kenapa?" "Anaknya katanya lagi sakit, dan hari ini dia mau nganter ke rumah sakit." Jelas Arisa detail membuat Nicky mengangguk mengerti."Baik. Berarti kamu yang menggantikan dia, kan?" Tanya Nicky lebih ke memutuskan.Arisa mengangguk mantap. "Iya, Pak.""Kalau begitu kamu harus siap-siap karena dua
Read more
Part 6
"Gue udah merhatiin dia sejak lama." Kalimat barusan membuat Arisa terbelalak kaget. Gadis itu menatap Ben dengan tatapan bingung. Selama dia memperhatikan pria itu, tidak pernah terlihat kalau pria itu menaruh perhatian sama dirinya. Dan apa? Barusan pria itu bilang kalau selama ini dia selalu memperhatikan dirinya?  Nicky lalu membaca situasi saat itu. Memperhatikan Arisa yang tidak mengalihkan pandangannya dari Ben padahal Ben sudah mengalihkan perhatiannya ke minuman di hadapannya dan tanpa di suruh langsung menyeruputnya. "Manis. Kayak yang bikin." Ucap Ben sambil mengerling ke arah Arisa. Membuat wajah Arisa memerah karena malu.  "Najis!" Sarkas Nicky dan beralih menuju meja kerjanya. Dan Ben hanya mengangkat bahu mengabaikan ucapan temannya itu. "Terus giman kerjaan lu? Nicky gak macam-macam kan?" Tanya Ben lagi membuat Nicky menatap sinis ke arahnya. "Lu kali yang suka macam-macam." Sahut Nicky membalas ucapan Ben. La
Read more
Part 7
Hari ini Arisa kembali menemani Nicky meeting di luar kantor. Dan saat ini keduanya tengah makan malam di sebuah restoran tidak jauh dari tempat mereka meeting. Awaknya Arisa ingin menolak karena merasa tidak enak, tapi karena perutnya yang tidak bisa diajak kompromi dan menimbulkan suara yang membuat Nicky tersenyum menang, akhirnya keduanya berakhir di tempat ini. Arisa dengan tenang menyantap makanannya tanpa mempedulikan Nicky yang sudah memperhatikannya sejak tadi. Bahkan pria itu hanya menyuapi dirinya beberapa sendok saja. Sementara Arisa sudah makan setengah piring dari pesanannya. "Lu emang sedekat itu dengan ya sama Ben?" Tanya Nicky yang sepertinya tidak tahan untuk tidak menanyakannya. Mendengar pertanyaan tersebut membuat Arisa tersedak dengan makanan yang ia kunyah. Membuat Nicky terkejut dan buru-buru memberinya segelas minum. "Minum dulu, gih. Gitu aja kaget." Ledek Nicky setelah Arisa meneguk minumannya. "Maaf Pak, saya tidak
Read more
Part 8
Malam ini adalah malam yang sudah sangat dinantikan oleh Arisa setelah hampir sebulan dirinya tidak memiliki waktu libur yang baik dan tenang. Dan akhirnya kali ini ia bisa berisitirahat dengan tenang karena sang atasan alias Nicky tidak memiliki jadwal lain di luar kantor, atau urusan rumah sakit yang masih harus dia selesaikan.  Dengan posisi yang nyaman, dia berbaring di kasurnya sambil membaca novel karangan penulis kebanggannya setelah hampir setahun dibelinya namun belum pernah terbaca selembarpun.  Namun pada lembaran kedua bacaannya, dering pada ponselnya segera menginterupsi kegiatannya dan dengan terpaksa sambil menghela nafas ia segera meraih benda tersebut dan langsung mengangkatnya tanpa melihat nama sang penelpon. "Halo!" Jawabnya dengan nada ketus yang tanpa sadar ia keluarkan. "Ris, sibuk gak?" Tanya dari seberang dengan suara yang sudah dihafal oleh Arisa.  Arisa menghela nafas pelan sambil memejamkan matanya. K
Read more
Part 9
Hari ini, Arisa terpaksa ijin tidak mausk kerja karena entah kenapa sejak semalam dirinya sudah merasa kurang sehat. Padahal paginya ia masih keluar untuk jogging. Dan saat ini ia hanya terus berbaring di tempat tidur karena kepalanya yang terasa sakit kalau dirinya memaksa untuk bangun. Bahkan untuk minum pun dirinya tidak sanggup.  Jadi, iapun memutuskan untuk beristirahat seharian dan mengabaikan ponselnya yang ia letakkan di atas meja belajar yg jauh dari tempat tidurnya. Ketika ia bangun karena bunyi bel rumahnya, matanya tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul 4 sore. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, ia memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan menuju pintu masuknya untuk memeriksa siapa tamu yang datang tanpa dia undang tersebut. "Dokter?" Tanya Arisa suara parau dan raut wajah menahan sakit kepalanya sambil menatap heran kearah Daniel yang sudah menatapnya heran. "Loh, Ris? Kamu sakit?" Tanya Daniel dan segera
Read more
Part 10
Daniel meletakkan berkas-berkasnya dengan asal di atas meja kerjanya. Sejak ia bangun hingga saat ini, kejadian di rumah Ariaa terus saja mengusiknya. Dirinya tampak menyesali hal yang ia lakukan pada gadis tersebut. Tapi dirinya juga tidak bisa diam saja setelah gadis itu menjawab seolah memberinya tantangan.  Daniel terus saja merutuki dirinya karena tidak bisa menahan diri di depan gadis itu. Padahal selama ini, ia sudah menahan diri untuk tidak terjerumus ke dalam hal tersebut. Tapi kenapa dengan gadis itu diriny justru lemah.  Kejadian kemarin kembali terlintas di kepalanya. Padahal hanya sentuhan singkat, ia tidak menyangka kalau bekasnya akan terasa sampai sekarang. Gila. Daniel akhirnya mengaggap dirinya gila. Ia kembali berfikir, apa yang akan terjadi selanjutnya kalau dirinya benar-benar tidak bisa menahan diri?  Lalu ia kembali teringat Arisa. Setelah kejadian tersebut, Arisa justru tidak mengatakan apa-apa. Bahkan ekspresiny
Read more
DMCA.com Protection Status