"Tapi itu kenyataannya, aku dan Shira sudah menikah." Lelaki itu berkata tanpa ragu.
"Apa kurangnya Sandra? Dia cantik, baik, kaya dan pastinya sempurna!" Saut wanita paruh baya itu membuat tawa Farrel menggema.
"Baik?" Ulang Farrel tidak percaya. "Wanita selingkuh dan diceraikan suaminya itu baik di mata Mama?"
Nuria terpingkal. "Apa bedanya sama kamu yang juga selingkuh dan diceraikan?"
"Papa tidak peduli! Kamu tidak boleh menikah dengan anak pembohong itu!" Potong Aji marah.
"Aku dan Shira sudah menikah, restu kalian tidak perlu." Ketika lelaki itu akan keluar sebuah tarikan dan pukulan kembali Farrel dapatkan.
"Papa!" Teriak Nuria histeris.
"Anak ini benar-benar kurang ajar jika dibiarkan!"
"Farrel, tidak bisa kah kamu menuruti kata Papa sekali saja?!" Mata Nuria b
"Hujan deres banget ini, Shira balik bareng gue aja sih ya?" Luna mengamati tetesan air yang jatuh dari jendela."Bukannya mau dijemput calon misua?" Kerutan di dahi Shira muncul."Ya nggak apa lah nanti anter lu dulu.""Mau bonceng tiga gitu?" Saut Indah dari dapur."Itulah, puyeng gue juga." Luna menggaruk kasar rambutnya."Udahlah gue balik sendiri juga berani.""Masalahnya kalo ujan kaga ada bus." Luna menyentil dahi sahabatnya."Naik taksi lah." Dengan sombong perempuan itu menyibak kucir kudanya."Duit aman?" Bukan pertanyaan ini lebih mirip ledekan.Shira menghembuskan napas kesal. "Ken punya utang ke gue belum dibalikin, kesel.""Nggak dikasih duit bulanan?" tanya Indah heran."Auk lah males.""Shir, gue merasa aneh banget sih sama lu, bukanya cinta lu sama Farrel itu nggak ad
Perempuan itu berjalan perlahan, menutup pintu hati-hati karena takut seseorang terbangun karena dirinya."HalloIbu....""........""Shira udah dapet uangnya, besok pagi langsung Shira transfer."".......""Enggak, Bu, Shira nggak mau Shania marah.""........""Tapi, Bu....""Ibu, hallo, Bu...."Shira menggerang ketika telfon dimatikan sepihak, tidak, dirinya tidak boleh pulang kampung! Shania akan sangat murka jika tau kepulangannya."Belum tidur?" Jika tidak secepat kilat Shira menangkap ponsel semi buluknya itu sudah bisa dipastikan benda pipih berwarna putih di tangannya sudah terkapar di lantai."Kenapa?" Walau kesal Shira tetap saja bertanya, menatap garang wajah sang suami."Buat
Plak...Suara tamparan menyambut kedatangan keduanya."Shania, apa yang kamu lakukan?!"Tarikan kasar perempuan muda itu dapatkan."Setelah membunuh keponakanku, kalian berdua masih berani datang?" Matanya berkaca, tubuhnya merontai dari pelukan sang ibu."Kalian masuk dulu," ujar perempuan paruh baya itu masih memeluk erat anak bungsunya."Tapi, Bu....""Shira, masuklah, Nak Farrel juga." Lelaki paruh baya itu ikut berbicara.Shira terpaksa menurut, tetesan air mata mulai memenuhi pipi, tubuhnya lemas luar biasa. Perempuan itu tidak pernah menyangka kejadian beberapa tahun silam menimbulkan luka sedalam ini untuk ad
Perempuan itu menyesap minumannya dengan sebelah tangan yang terus men-scrolllayar ponsel. "Hmmm, cantik.""Lalu?" Lelaki itu menekan suaranya."Bagus mana yah, ini atau ini...." Dahinya mengkerut, mengamati benda berbentuk persegi yang berada di tangan."Sandra!""Apa sih, berisik." Lirikan tidak suka perempuan itu berikan."Lalu bagaimana?" Farrel berkata penuh penekanan, emosinya sudah berada di ujung."Terserah kamu." Selalu seperti itu, hal yang membuat Farrel ingin sekali berteriak."Kenapa selalu aku? Kamu tidak pernah mencari cara!" Napas Farrel naik-turun menghadapi wanita licik di depannya.Sandra mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Siapa yang butuh? Aku atau kamu?""Kamu ingin menjadi istri keduaku?" Lelaki itu menantang."Aku?No problem, aku cuma butuh uang,&
Perempuan itu mengelus pelan pipi bocah yang berada di gendongan lelaki di sampingnya, lalu saat lelaki itu menatap intens wajahnya, seketika Shira membeku, tidak mampu menengok, hatinya selalu bergetar jika diperhatikan seperti itu."Sheo senang?" Bocah lelaki itu mengangguk semangat ketika sang ayah bertanya."Besok kalau ada waktu kita belanja lagi, okay?" Shira ikut menimpali."Oke." Sheo tersenyum lebar."Belalti kita masaknya besok ya, Onti?""Iya besok, Nak." Abil menyaut. "Tadi' kan sudah makan di luar, nanti siapa yang mau makan kalau kita masaknya hari ini?""Oh, iya, besok aja," jawab bocah lelaki itu membuat kedua manusia dewasa itu hanya bisa tersenyum."Mas mau ke mana?" Shira mengkerut ketika lelaki itu tidak masuk ke dalam rumah.
Shira memejamkan mata, entah apa yang akan terjadi hari ini, ketika dirinya benar-benar bertemu dengan Raya, ibu mertuanya. Terakhir kali perempuan paruh baya itu mendorongnya hingga tersungkur, menampar kasar pipinya dan mengusirnya agar menjauh dari sang putra, kenangan yang mengerikan jika kembali dibayangkan."Turun." Suara serak Ken menggema, dengan malas perempuan itu turun dari mobil."Ayo." Lelaki itu menggenggam kuat telapak tangannya dan menariknya masuk.Shira mengatur napas, meremas kuat celana kain yang dirinya pakai, hatinya berdesir, tentu saja, rasanya seperti akan menerima hukuman yang menyakitkan."Farrel?" Tanpa permisi suara itu bergema, menerobos perlahan gendang telinga Shira yang tertutup helaian anak rambut.Lelaki itu menengok, menarik tangan yang berada di genggamannya lalu menuju kursi yang tersedia. "Udah lama?""Baru saja." Lelaki paruh baya it
Lelaki itu turun dari taksi lalu berjalan cepat, tersenyum ketika melihat bungkusan di tangan. Pagi tadi istrinya memilih pulang sendiri, kontrakan Shira harus melalui gang sempit dan tidak bisa dilewati oleh mobil, maka dari itu Farrel hampir tidak pernah membawa kendaraannya ketika pulang kesana.Farrel tau bahwa dirinya egois, harusnya bukan ini tujuannya, jika seperti ini akhirnya sama saja dia tidak mendapatkan balasan apapun. Luka yang Farrel berikan pada istrinya sangat dalam dan semestinya dia juga merasakan. Memang niat awalnya adalah untuk melindungi walau hasilnya malah menyakiti.Langkah itu terhenti, ketika senyum yang entah kapan terakhir kali dirinya lihat muncul dari bibir sang wanita, lelaki di depannya ikut menarik bibir lalu suara rengekan bocah menggema. Dengan refleks lelaki itu meremas bungkusan di tangan, kantong plastik berisi cake kesukaan
Hati-hati dalam memilih bahan bacaan :)Mengandung 18+ 🙂👍--"Terima kasih, pak," ujar Shira kepada lelaki berbadan besar di depannya."Mbak yakin bisa bawa masuk?" Lelaki itu meragu ketika memberikan tubuh kokoh Ken ke pelukan Shira."Iya Pak bisa." Perempuan itu berusaha tersenyum sambil menahan tubuh besar Ken."Yasudah pelan-pelan, Mbak, nanti kalau butuh tinggal telfon nomor keamanan aja." Pesan lelaki ber