[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ]Lashira Ayana. Janda lima tahun cerobohnya kaga tanggung-tanggung. Wanita dua puluh delapan tahun itu, harus menelan pil pahit sejak ketukan hakim disahkan, harta karun yang nyaris dia dapatkan hilang sudah, bagaikan layang-layang yang putus benang. Bayangan Kerajaan Green Andara Residence yang menjulang tinggi berjejer dengan Istana elit lainnya pun juga tinggal haluan semata. Kontrakan satu kamar dengan genteng pecah belah yang kalau hujan bocornya udah kayak air mancur itu menjadi pilihan terakhir untuk wanita berpenghasilan mepet macam dirinya. Janda kurang sentuhan yang tiap malam minggu cuma bisa gigit kuku sambil mantengin sinetron azab lewat TV buluk yang udah pantas jadi rosokan itu tetap percaya diri, karena setidaknya di balik nasib blangsaknya dia adalah jandanya Ken Farrel Alandra, pengusaha tajir mlintir yang juga menjabat sebagai dokter spesialis anak. Lelaki berwajah tegas dengan bibir keriting yang merontai-rontai minta dikecup plus brewok halus yang bikin pengen belai-belai ampe kepayang. Duh, coba aja masih sah jadi laki, udah pasti bakal ane cocol ampe pagi tuh manusia satu yang cakepnya nembus tulang belulang.
Lihat lebih banyak"Selamat hari ibu, Lashira. Menangis darahlah wahai engkau pembunuh, yang dengan tega mencincang nyawa bayimu, yang bahkan tidak berdosa."
-
"Eh, Maemunah, dipanggil dari tadi kaga nyaut yee!" Tepukan kasar di bahu seketika membuat perempuan itu mendongak. Dengan cepat, di lemparnya ponsel pintar itu di bawah bantal lalu mengambil kilat benda berbentuk bulat yang tergeletak di ranjang dan memakainya.
"Eh, hujan?!" Shira mendelik, mengusap kasar cairan bening yang masih tersisa dan bersiap untuk berlari keluar.
"Mau ke mana elu?!" Langkah perempuan itu tertunda, ketika kaos kusamnya tertarik ke belakang. "Punya mata di pakai, noh lihat semua cucian elu dari daleman ama luaran udah gua ambilin semua, nunggu manusia halu kayak elu mah keburu basah tu pakaian." Shira menengok, mendapati semua pakaiannya sudah terselamatkan dari guyuran air di luar sana.
"Yaampun." Telapak tangan itu terangkat guna membungkam mulutnya sendiri. "Kaluna baik banget sih, aku nggak nyangka hatimu bakal selembut ini, sampai bingung mau ngomong apa," lanjut Shira dengar bibir bergetar, berjalan menghampiri partner pengais dollar-nya itu dan mengamburkan pelukan.
Dorongan kuat itu langsung menyambut tubuh kurus Shira. "Najisun! Saking frustasinya nggak dapet si Ken Farrel Aditama, lu jadi nggak normal begini, mit amit dah gua mana sudi jadi pelampiasan begini."
Mata Shira hampir saja terjatuh. "Jangan pernah sebut nama MANTAN laki gua pake mulut karatan lu!"
"Mantan doang sombong amat dah lu," ujar Luna kesal.
"Sirik bilang, Boss." Dengan gerakan slow motion perempuan itu menyibak sombong rambut kusutnya.
"Lagian gue heran, seorang Ken Farrel Aditama, kenapa bisa dulu memperistri manusia setengah waras kayak lu. Untung tu laki cepet sadar, kalau kaga, nggak tau lagi dah gua." Luna bergidik ngeri.
Shira mengangkat bibir, masa lalu memang menyakitkan tapi inilah kenyataannya. "Setidaknya gue ada kebanggaan, pernah kawin sama itu laki, kawin dalam artian ranjang bergerak gitu deh..."
Wajah jijik Luna terpancar, jiwa polos dan predikat perawan yang masih dia banggakan di usia dua puluh empat tahun ini merasa terusik dengan otak korengan best friend sekamarnya.
"Nggak usah begitu muka lu, belum juga ngerasain , coba udah, lah nagih baru tau rasa." Kesombongan seorang Lashira Ayana sebagai senior peranjangan mulai terpancar.
"Emang punya dia gede?" cicit Luna mulai kehilangan akal.
Rasa kemenangan langsung melingkupi tubuh Shira, seringahan tanpa maksud dan gerakan tubuh yang terus menyiratkan kesombongan terus berlangsung. "Sini, gue bisikin."
Kaluna segera mendekat, entah setan apa yang mulai merasukinya hingga mau mendengarkan toa berjalan ini menghalu.
"Rahasia pabrik, nggak mau cerita, nanti elu pengin!"
Dan peperangan ini bisa di mulai, dengan kesal Luna meraih rambut Shira, siap berperang dengan sahabat yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuannya itu.
"Jangan memaksa, Luna, gua takut elu pengen, susah nggak ada laki di sini, ada di sebrang sebelah itu si kakek ---" Perkataan itu terhenti ketika adik tanpa ikatan darah itu membungkam kasar mulut kakaknya.
"Nyesel gua, mengikhlaskan lima menit waktu berharga cuma buat dengerin haluan lu tentang mantan laki nggak guna cem dia!" teriak Luna sambil meremas bibir Shira yang terus saja akan mengoceh.
" L-ak-i g-u-a tu!" ucap perempuan itu terbata.
"Mantan laki, Shira! Sadar lu, sadar!"
***
"Cepetan, Maemunah! Ini bentar lagi jam delapan, gila aja elu, kalau punya cita-cita pengangguran nggak usah ngajak-ajak." Luna dan segala omelannya, adalah sesuatu yang terus berkaitan, sebuah karya yang selalu mendengung di telinga kanan Shira dan keluar melalui telinga kirinya dalam waktu yang bahkan tidak pantas di sebut detik saking cepatnya.
"Si akang Ken lagi berbincang sama supir pribadi kita tuh, DULU, sekarang tinggal supir pribadi si akang, mungkin secepatnya akan menjadi kita lagi." Kehaluan Shira yang sudah tidak berbatas itu pun mulai mengudara.
"Bodo amat, halu terus ampe Mampos dah kaga peduli gua, yang gua peduliin sekarang cuma kerjaan! ini cepetan udah jam berapa, Shira?! Kalau kita dipecat mantan laki lu nggak akan peduli, kampret!" Tubuh Shira tertarik.
"Eh, eh, bentaran, gue mau lihat Mas Ken masuk dulu." Shira berusaha melawan, tapi tarikan perempuan empat tahun di bawahnya itu tidak bisa dilawan.
..
Perempuan itu turun dari mobil, melepas perlahan kacamata hitam yang melekat pada matanya. Netra itu menelisik, mencari seseorang yang akan dirinya temui, dengan langkah anggun kaki jenjang itu bergerak, melewati beberapa meja yang sudah terisi, dan ketika wanita yang akan dirinya jumpai sudah terlihat, perempuan itu mempercepat langkahnya, menarik kursi lalu terduduk di sana. "Sudah lama?" Tanyanya sambil menaruh tas kecil yang dirinya bawa ke atas meja. Wanita paruh baya itu mendongak, lalu menaruh ponsel pintarnya. "Lumayan." "Kamu semakin cantik dan sepertinya sudah tidak bodoh lagi." Raya menyeruput minumannya. "Ken baik-baik saja?" Wajah cantik itu seketika sendu. Raya tertawa. "Sepertinya saya salah, kamu masih saj
Enam tahun lalu Raya pernah ada di situasi tidak masuk akal di mana sang putra menyuruh sang istri berselingkuh agar kejadian di masa lalu terulang. Wanita paruh baya itu tidak pernah mengerti cinta seperti apa yang kedua anak muda itu miliki. Karena menurutnya tidak ada cinta yang saling menyakiti, tapi hal itu tidak berlaku untuk manusia setengah waras yang sialnya adalah anak dan menantunya. Raya yang dulu selalu ikut campur pun akhirnya menyerah, membiarkan kedua anak manusia itu menjalani kehidupan yang menurut mereka benar. Untung saja dirinya masih memiliki Keisya, putrinya yang selama ini menempuh studi di lu
"Mana ponselnya?" Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya."Apa sih." Kaki kecil itu terangkat. "Telinga aku masih bisa dengar, nggak usah teriak."Menghembuskan napas pelan, lelaki berkemeja biru itu mencoba menahan emosi. "Mana, banyak kerjaan di situ.""Mami!" Jurus andalan anak berusia enam tahun itu keluar."Farrel, Kawa kenapa?" Wanita paruh baya itu berlari tergesa, memeluk cepat cucunya yang sudah berderai air mata."Mami." Gadis itu melempar ponsel berwarna gold itu ke sofa."Kamu! Bagaimana kalau jatuh?!" Teriaknya ketika melihat bagaimana sang anak melempar ponselnya ke sofa."Jaga nada suara kamu, Farrel!" Raya melotot."Mami, dia....""Dia siapa? Hah? Anak ini punya nama." Raya melotot tidak suka."Mami!
Shira melangkahkan kakinya, menyusuri jalanan panjang yang sepertinya tidak akan berujung. Di tangannya ada amplop putih dengan logo rumah sakit, di dalam sana ada sebuah pernyataam yang membuat hati perempuan itu campur-aduk, separuhnya bahagia dan sisanya rasa khawatir.Entah sudah sejauh apa kaki itu melangkah, nyatanya Shira sama sekali tidak merasa lelah. Pikirannya bercabang, perasaannya tidak karuan, dan tubuhnya sekarang terasa mati rasa. Jika berita ini datang di saat dia tidak mengetahui fakta tentang Ken yang berselingkuh karena dirinya mungkin Shira akan menyambut ini dengan kebahagiaan penuh tapi sayang untuk kedua kalinya buah cinta itu hadir di saat yang sangat tidak tepat.Perempuan itu memiliki janji kepada lelaki yang sangat dia cintai, sebuah janji
"Lashira?" Sebuah sentuan membuat wanita di depannya menoleh."Sandra?" Mulut Shira terbuka."Kamu apakabar?" Perempuan bergaun Hitam itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya."Aku, aku baik." Sedikit tergugup Shira mengulurkan tangan."Boleh bicara sebentar?" Sandra menunjuk cafe samping."Ha?" Shira terlihat bingung."Kalau ada waktu mau ngobrol." Perempuan itu akhirnya mengangguk, mengikuti Sandra yang sudah memasuki cafe terlebih dahulu."Kamu kembali menikah dengan Farrel, bukan?" Tanpa basa basi Sandra bertanya."Iya," jawab Shira ragu."Santai, aku nggak akan marah, aku sama Farrel juga nggak ada perasaan apapun," ujar Sandra tersenyum."Iya," jawab Shira sungkan."Kamu jalan sama lelaki lai
Sudah dua bulan sejak mereka akhirnya menikah secara hukum. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, hanya saja ada kemajuan pada hubungan Shira dan Abil, beberapa kali Ken melihat mereka bersama dan terlihat semakin akrab. Sebenarnya ketika Abil sudah terlihat serius, Ken ingin sekali berbicara empat mata pada lelaki itu, menyerahkan seseorang yang dirinya cintai kepada lelaki yang lebih berhak. Tapi desakan maminya untuk menikahi Sandra membuat Ken mau tidak mau harus mendaftarkan pernikahannya.Masuk ke kamar mandi, Ken menghembuskan napas kasar, entah sudah berapa puluh testpack yang Shira gunakan, wanita itu ingin sekali hamil tapi kenyataannya takdir lebih memihaknya. Walau tidak menghalangi agar anak itu datang tapi Ken yakin dengan kondisinya dan Shira yang tidak cukup baik akan membuat wanita itu sulit hamil. Syukurlah, ka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen