Chapter 14
Got Amnesia
Sebenarnya Sunshine sama sekali tidak peduli tentang Lexy yang telah sadarkan diri. Ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk berjumpa dengan tunangannya. Bahkan jika perlu ia tidak perlu bertemu pria itu untuk selamanya. Lagi pula Lexy diketahui mengalami amnesia, itu berarti Nick masih akan menggantikan posisi Lexy.
Menurut Sunshine itu jauh lebih baik. Ia lebih senang bekerja sama dengan Nick dibandingkan bertemu Lexy. Nick terlihat sangat mencintai istrinya, Pria seperti itu yang sepantasnya menjadi Raja. Seorang pria yang memperlakukan wanitanya sebagai Ratu. Bukan pria yang bermain gila dengan gadis lain di belakang calon istrinya dengan bingkai persahabatan.
Beberapa hari berlalu setelah pertemuannya dengan Jessie, Sunshine masih bisa berkelit. Ia mengemukakan sejuta alasan setiap kali ibu dan ayahnya menanyakan kabar Lexy padanya. Sunshine juga masih bisa menghindar setiap kali Marina bertanya kapan ia akan datang menemui Lexy.
Sunshine juga memilih berperang melawan Jessie. Ia mengabaikan pesan dan panggilan dari Jessie. Dengan kata lain Sunshine bertekad akan mengakhiri hubungannya dengan Lexy.
Bagiamana pun caranya nanti. Meski harus melarikan diri dari negaranya.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama, pada akhirnya ia tidak mampu lagi berkelit melawan keluarganya dan keluarga Lexy. Mau tidak mau ia harus mengikuti orang tuanya pergi ke istana untuk menghadiri makan malam yang diadakan untuk merayakan kembalinya Lexy.
Setelah menyapa Dimitri dan Marina, Sunshine mendekati Lexy yang duduk di samping Jessie.
"Yang Mulia, bagaimana keadaanmu?" sapa Sunshine berpura-pura ramah.
Namun, sejujurnya Sunshine merasa sedikit gugup karena Lexy menatapnya seperti seekor predator yang sedang mengincar mangsa. Tidak seperti Lexy yang ia kenal yang selalu menatanya dengan tatapan dingin.
"Dia adalah Sunshine, tunanganmu yang aku ceritakan," ujar Jessie memberitahu Lexy.
"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku baru saja memiliki waktu untuk...."
Sunshine belum menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba Lexy bangkit dan menarik tubuhnya, memeluknya. Bukan hanya itu, pria itu mengendus-endus tubuhnya seperti seekor anjing membaui majikannya.
Belum pernah dalam hidup Sunshine dipeluk oleh seorang pria selain ayahnya seperti itu. Ia ingin memekik, memukul Lexy, dan mendorong pria itu menjauh. Tetapi, ia tidak mampu. Lututnya goyah, bukan hanya gugup, ia juga merasa malu karena semua mata yang berada di sana menyaksikan mereka.
"Kau gadis itu, 'kan?" tanya Lexy di dekat telinga Sunshine.
Sunshine tertegun untuk beberapa detik, tetapi kemudian segera menguasai keadaan, ia menggelengkan kepalanya. "B-bukan," desahnya pelan. Mungkin hanya didengar oleh dirinya sendiri. Aku bukan Poppy.
"Kau gadis itu." Lexy menangkup kedua pipi Sunshine, matanya mengamati wajah Sunshine dengan intens. "Aku merindukanmu."
Ucapan Lexy membuat batin Sunshine memekik kegirangan ditambah jarak mereka yang sangat dekat, tatapan mata Lexy seolah menerobos ke dalam dadanya, dan napas Lexy hangat menyapu kulit wajahnya membuat perasaannya semakin gugup hingga Sunshine merasa jika kakinya gemetar hingga nyaris ambruk. Tetapi, akal sehat Sunshine segera sadar jika bukan dirinya yang sedang dicari oleh Lexy.
Bibir Sunshine terbuka. "Maaf, Yang Mulia. Aku tidak mengerti dengan apa yang kau...."
Bibir Sunshine telah dibungkam oleh bibir Lexy. Demi Tuhan, semua di luar perkiraan Sunshine. Andai saja ia tidak berada di tengah-tengah keluarga, terutama orang tua Lexy, Sunshine bersumpah ia akan menendang kemaluan Lexy dan menampar Lexy karena pria itu mencuri ciuman pertamanya.
Namun, selain mematung ia tidak mampu berbuat apa-apa hingga suara deheman Jessie menyelamatkannya dari ciuman Lexy.
Terima kasih untuk Jessie. Tetapi, untuk Lexy, Sunshine bersumpah akan membuat perhitungan karena telah mencuri ciuman pertamanya dan membuatnya malu setengah mati hingga Sunshine merasakan seluruh tubuhnya terasa panas. Ia tidak yakin jika warna kulit wajahnya masih berwarna putih, tetapi berubah menjadi merah.
"Kakakku, kalian bisa melepaskan rindu nanti, setelah kalian hanya berdua," ujar Jessie dengan seringai jailnya.
Sunshine hendak menjauh dari Lexy, tetapi pria itu dengan posesif menahannya dengan cara menggenggam telapak tangannya.
Dimitri berdehem. "Lexy, Sunshine, duduklah," ucapnya seraya menatap Lexy dan Sunshine bergantian. "Kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakannya."
Pernikahan?
Sunshine ngeri membayangkan menikahi pria yang menderita lupa ingatan dan mesum. Tetapi, apa ia memiliki hak untuk menolak? Sedangkan menjauhkan telapak tangannya yang digenggam oleh Lexy saja ia tidak berani. Ia duduk di sofa yang sama bersama Lexy yang menggenggam telapak tangannya dengan cara yang sangat posesif.
"Sunshine," ucap Dimitri dengan nada lembut. "Karena kau adalah tunangan putraku, kalian juga telah saling mengenal sejak sekolah menengah atas, kalian pasti memiliki banyak kenangan indah bersama."
Jika Dimitri mengatakan hal itu saat makan malam sedang berlangsung, mungkin Sunshine akan tersedak makanan hingga memuntahkannya. Kenangan indah bersama? Yang mana? Kali ini Sunshine merasa jika dirinya yang sedang mengalami amnesia.
"Kami memutuskan Lexy akan tinggal bersamamu—di rumahmu agar mempercepat kesembuhannya," lanjut Dimitri.
Bibir Sunshine terbuka, ternganga. Ia nyaris meminta calon ayah mertuanya mengulangi perkataannya.
Tidak masuk akal, dirinya bukan Dokter, mustahil menyembuhkan Lexy. Lagi pula yang memiliki kenangan indah bersama Lexy bukan dirinya, tetapi Poppy. Tinggal bersama? Apa-apaan?
"Aku akan segera sembuh dengan bantuan tunanganku yang cantik," ujar Lexy, ia mendaratkan kecupan di punggung telapak tangan Sunshine.
Cabul!
Perut Sunshine terasa bergolak, seperti teraduk-aduk, tetapi ada perasaan asing lain. Jantungnya terasa mencelus hingga ke lututnya. Ia nyaris meleleh karena sentuhan bibir Lexy di kulitnya.
"Bagaiama Sunshine? Kau setuju, 'kan?" tanya Marina.
Sunshine tersenyum meski diam-diam ia menggertakkan giginya. Untuk apa mereka bertanya? Bukankah ucapan Raja adalah titah? Titah Raja tidak memerlukan persetujuan darinya. Sedikit pun tidak. "Aku akan berusaha membantu kesembuhan Lexy, maksudku Yang Mulia."
Lexy kembali mendaratkan kecupan di punggung telapak tangan Sunshine. "Ayo, kembali ke rumahmu."
Sunshine menata kesabarannya. "Kita akan kembali setelah acara makan malam selesai," ucapnya berusaha setenang mungkin. Dan sesabar mungkin.
Dalam sejarah makan malam sepanjang hidupnya, Sunshine belum pernah merasakan makan malam dengan suasana yang paling tidak menyenangkan. Pertama, suasana canggung duduk di samping Lexy, kedua tangannya yang terus digenggam oleh Lexy membuatnya kesulitan. Ketiga, Lexy memperlakukannya seperti bayi. Pria lupa ingatan itu menyuapkan semua makanan ke mulut Sunshine yang tidak berani menolak. Ia terpaksa menelan semua makanan dan melupakan dietnya dengan paksa.
Demi Tuhan, Sunshine kembali bersumpah. Ia akan membalas semua perbuatan Lexy malam ini. Dengan cara apa pun, berikut perbuatan Lexy di belakangnya dulu.
***
Alexion Carloz merasa jika hidupnya seperti sebuah bualan. Ketika ia membuka matanya setelah ia seperti tertidur selama beberapa abad, ia menjumpai orang-orang aneh.
Pertama, pria yang mengaku seorang Raja, dan parahnya itu mengatakan jika pria itu adalah ayahnya. Lalu seorang ibu, yang dipastikan seorang Ratu karena ia adalah istri Raja.
Kemudian kehadiran Jessie, gadis cantik yang mengaku sebagai adiknya, dan dua adik perempuan lainnya. Menurutnya mustahil ada kehidupan seberuntung itu. Tetapi, karena tidak satu kepingan memori tersisa di otaknya, ia memilih percaya setelah Jessie menunjukkan foto-foto dirinya, menceritakan masa kecil dan keluarga mereka.
Yang paling menarik adalah cerita tentang tunangannya yang konon adalah Ratu Kecantikan di Spanyol tahun ini. Saat Jessie menunjukkan foto gadis yang disebut sebagai tunangannya, Lexy merasa jika dirinya memang sungguh beruntung. Ia memiliki segalanya dan tunangan yang sangat cantik.
Gadis cantik yang membuatnya terpukau nyaris seperti tersihir oleh kecantikannya, ia seperti sedang menjumpai gadis cantik yang hadir dalam mimpi-mimpinya selama ia tertidur. Dan lebih meyakinkan lagi saat gadis bermata hijau itu bersuara, Lexy mengenali suara lembut gadis itu. Dan saat ia menghirup aromanya, gadis itu beraroma mawar, Lexy langsung mengenali siapa gadis itu. Gadis yang ia rindukan.
Lebih mengejutkan lagi, saat Jessie mengatakan jika gadis itu adalah Sunshine, tunangannya. Lexy bersumpah jika Sunshine lebih cantik dari pada yang ia lihat di foto yang ditunjukkan oleh Jessie, Sunshine lebih menawan saat ia melihatnya dari jarak sangat dekat, bibirnya yang terlihat merah menggoda, kulit pipi yang lembut dihiasi bintik-bintik halus yang samar, dan rambutnya yang berwarna madu. Gadis itu sempurna.
Bersambung....
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE bintang kecil di pojok kiri bawah layar ponsel kalian.
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒❤️
Chapter 15 Bad Girl Sunshine melewati pintu tempat tinggalnya tanpa mempersilahkan Lexy untuk masuk. Ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik untuk menatap Lexy yang masih mematung di ambang pintu. "Maaf, Yang Mulia. Aku tidak menggelarkan karpet merah untuk menyambut kedatanganmu di sini," ucap Sunshine sinis. Tidak ada keramahan, apa lagi kelembutan. Lexy menyipitkan matanya mengawasi rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya. Sebuah rumah minimalis yang sangat sederhana. Tidak ada kemewahan di sana, tidak ada sedikit pun menandakan jika rumah itu dihuni oleh calon pendamping Raja. "Kau yakin kita tinggal di sini?" tanya Lexy dengan nada enggan. "Kau bisa kembali, dengan senang hati aku akan meminta sopir untuk mengantarkanmu kembali," sahut Sunshine tajam. Lexy melewati pintu, ia mengernyit saat meny
Chapter 16Don't Touch Me!Entah kenapa suasana pagi di tempat tinggal pribadinya menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, dan Sunshine merasa sangat bersemangat. Ia meliburkan seluruh pelayan yang bertugas mengurus tempat tinggalnya.Pelayan di tempat tinggalnya memang tidak banyak. Hanya ada satu juru masak, satu orang untuk menjaga kebersihan, dan satu orang yang bertugas mengurus barang-barang pribadinya.Sesuai rencana, Sunshine akan mempersulit hidup Lexy dengan caranya hingga pria itu merasa tinggal di neraka dan meninggalkan tempat tinggalnya.Setelah mencuci wajah dan mengganti pakaiannya, Sunshine memeriksa bunga-bunga di dalam vas untuk memastikan jika bunga-bunganya masih dalam keadaan segar kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapannya. Meskipun Sunshine adalah gadis yang lahir dengan sendok emas di mulutnya, bukan berarti ia tidak bis
Chapter 17 Again and Again "Aku penasaran gaun apa yang akan Sunshine kenakan malam ini," ujar Vanilla, ia menggeser layar ponselnya dan mengetik nama media sosial Sunshine. Saat itu mereka duduk di bangku pesawat pribadi menuju Madrid. Nick tertawa pelan, ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala istrinya. "Kau mengikuti media sosial Sunny?" Vanilla menyeringai. "Aku menyukainya dan mengikuti media sosialnya sejak Sunshine mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat ratu kecantikan." Nick mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Apa yang kau sukai darinya?" Vanilla tersenyum sembari menyentuh salah satu foto Sunshine yang mengenakan gaun malam di sebuah acara resmi. "Caranya bersikap terlihat tidak dibuat-buat dan cara
Chapter 18 Vanilla & Sunshine Rasa sakit di benak Sunshine bercampur bara amarah kali ini. Entah marah kepada Poppy atau Lexy. Yang jelas saat ini kesabarannya telah habis karena dua orang itu bukan hanya sekedar menikamnya, tetapi Sunshine juga merasa jika selama ini dirinya dijadikan bahan cemoohan karena kepolosan dan ketidaktahuannya. Sunshine tidak ingin mempertahankan apa pun lagi selain harga dirinya, ia tidak bisa membiarkan harga dirinya diinjak-injak lagi, Ia ingin membalas Poppy untuk memuaskan rasa sakit hatinya meski sedikit. Sunshine tahu jika Poppy berulang kali melirik ke arah Lexy palsu. Tatapan mata Poppy berkabut kerinduan, tetapi dibarengi dengan kilatan angkuh seolah menyiratkan jika ia telah menang beberapa langkah di depannya. Bibir Sunshine mengulas senyum tipis, senyum pahit yang ia bungkus dengan keindahan. Ia bersumpah, tidak a
Chapter 19 Wanna See You Die Sunshine memasuki tempat tinggal dan mendapati pemandangan yang tidak lazim. Claudia, ibunya sedang bermain kartu bersama Lexy di ruang tamu. Bukan hanya Lexy, di sana juga ada Marina dan Jessie. Apa-apaan? Apa tidak ada tempat dan waktu lain untuk bermain kartu? "Mi Amor, kau kembali?" Lexy meletakkan kartu di tangannya dengan posisi terbalik di atas meja lalu bangkit dari duduknya. Andai saja tidak ada orang lain di sana, Sunshine sudah pasti langsung berlari ke kamar agar tidak perlu melihat wajah Lexy yang semakin membuatnya mual. "Mi Amor, dari mana saja kau?" bisik Lexy yang telah berdiri di samping Sunshine. Sunshine mengabaikan Lexy, ia tidak sudi berbicara apa l
Chapter 20 Like a lion Charlotte ternganga mendapati pria tampan yang ditabraknya. Pria itu adalah Duncan Klalid, pria paling hot yang pernah ia kencani di masa lalu. Seorang taipan Yunani. "Ya Tuhan," erang Charlotte. "Aku tidak menyangka jika kita bertemu di sini." Pria itu tersenyum. "Aku melihatmu beberapa kali di beberapa tempat di negaraku," ujarnya. Charlotte menyeringai. "Aku pasti terlalu banyak keluyuran di jalanan sampai kau bisa melihatku." Duncan mengangkat kedua alisnya. "Bahkan jika hanya melihat bayanganmu, aku bisa mengenalimu." "Jangan katakan jika kau membuntutiku," ujar Charlotte dengan gaya nakalnya. Bahu Duncan terangkat. "Aku tidak memiliki waktu untuk menguntitmu. Jadi, aku menugaskan orangku untuk menguntitmu." "Oh, aku hampi
Chapter 21 Second Kissing Kedua pergelangan tangan Sunshine dicengkeram oleh Lexy, tatapan pria itu terfokus pada mata hijau Sunshine. Napasnya begitu dekat hingga menyapu seluruh permukaan kulit Sunshine. "Lepaskan... aku." Alih-alih membentak Lexy, Sunshine justru mengerang. Lexy tersenyum miring. "Mintalah dengan cara yang sopan." Sunshine membesarkan bola matanya tanpa membuka mulutnya, matanya menatap Lexy dengan tatapan waspada. Ia khawatir Lexy melecehkannya, juga khawatir degup jantungnya yang memekakkan telinga terdengar oleh Lexy. Jantungnya seolah menggedor-gedor dadanya sejak tangannya terus digenggam oleh Lexy di pesawat. Dan Sunshine tidak menyukai perasaan-perasaan aneh yang melanda jantungnya lalu menghantarkan gelenyar-gelenyar asing yang melalu
Chapter 22 Sleep with You Sunshine tidak siap terhadap apa pun yang berhubungan dengan Lexy. Ya, tidak siap. Tetapi, sampai kapan? Ia berdehem pelan. "Ya. Kurasa kita memang harus membicarakannya." Lexy menempelkan sebelah pipinya di pipi Sunshine, ia memejamkan matanya sejenak seraya menghirup aroma mawar yang samar-samar dari rambut gadis itu. "Aku ingin memperbaiki hubungan kita." Memperbaiki hubungan? Jantung Sunshine berdetak dua kali lebih cepat karena ucapan Lexy membuat perasaannya menjadi gugup bercampur dengan ketakutan. "Katakan sesuatu padaku," ucap Lexy pelan. "Hubungan kita sebenarnya belum pernah dimulai." Secara harfiah hubungan pribadi antara mereka berdua belum dimulai, hubungan yang terjalin hanya pengaturan