Chapter 4
Friends
Sunshine menyilangkan kedua lengannya di depan dada, matanya menatap Lexy yang terbaring di atas ranjang pasien. Selang medis yang entah berapa jumlahnya berada di sana sini guna membantu pria malang itu mempertahankan nyawanya. Wajah tampannya menderita beberapa luka memar, juga alat bantu pernapasan dan monitor untuk memantau detak jantungnya membuat semakin membuat suasana batin Sunshine berawan.
Andai ia tidak mendesak Lexy di malam penobatan dirinya sebagai ratu kecantikan di Spanyol, Lexy tidak perlu mengalami semua ini. Alexion Carloz yang tampan seharusnya masih segar bugar sekarang, paling tidak ia bisa menyaksikan tatapan dingin dari mata berwarna cokelat itu.
Sekarang, setelah tiga hari terbaring di atas tempat tidur, Lexy belum juga sadarkan diri. Dokter mengatakan jika efek dari berbagai macam operasi yang dijalaninya mungkin menyebabkan Putra Mahkota mengalami tidur lebih lama.
Meskipun Lexy mengendarai mobil dengan sistem keamanan terbaik, tetapi karena kecepatan yang melampaui batas maksimal, sistem keamanan mobil akhirnya tidak mampu lagi bekerja optimal. Benturan di kepala Lexy cukup parah, beberapa tulang rusuk juga patah. Tangan kirinya juga telah di operasi karena cedera parah.
Sungguh keajaiban Tuhan karena tubuh Lexy tidak remuk mengingat kondisi mobil hancur hingga nyaris tidak berbentuk.
Sunshine menghela napasnya, ia mengulurkan tangannya menyentuh dinding kaca yang memisahkan diri dan Lexy. Meskipun ia dan Lexy tidak pernah berbicara secara akrab, tetapi menyaksikan calon suaminya terbaring di atas ranjang pasien, tidak urung hal itu membuat batinnya hancur.
"Lexy akan segera sadarkan diri," ucap sahabat baik Sunshine, Poppy Zevarkis seraya mengusap pundak Sunshine.
"Ya, kuharap," sahut Sunshine pelan.
"Setelah ia bangun, kau harus memarahinya karena tidak berhati-hati mengemudikan mobil." Poppy menatap Lexy dengan perasaan hancur dan penuh sesal.
Ia ingin menyentuh Lexy, atau mungkin berbagi rasa sakit dengan pria itu. Sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak merangkak ke luar atau Sunshine akan curiga karena ia menangisi Lexy.
Sunshine meletakkan satu telapak tangannya di atas telapak tangan Poppy yang berada di pundaknya. "Aku akan memarahinya."
Batin Sunshine menjerit. Memarahi Lexy? Berbicara lebih dari lima kata kepada Lexy saja ia tidak pernah. Bagaimana mungkin ia memarahi Lexy?
Ia merasa menjadi tunangan paling kaku di dunia atau mungkin ia adalah calon istri yang paling membosankan bagi Lexy. Memang sepantasnya ia mendapatkan perlakuan dingin dari Lexy karena sikapnya yang tertutup dan selalu berkesan menjaga jarak kepada Lexy.
Ya, pasti itu sebabnya.
Batin Sunshine makin masam karena entah kapan ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Lexy, atau mungkin tidak pernah ada kesempatan karena dokter mengatakan jika kemungkinan kesembuhan Lexy masih belum bisa diprediksi sebelum Lexy melewati masa kritis.
"Aku adalah tunangan yang buruk," gumam Sunshine.
Mendengar gumaman Sunshine yang lemah tetapi masih jelas di telinganya, Poppy mengerutkan kedua alisnya. "Sunny, apa yang kaukatakan?"
Sunshine menghela napas dalam-dalam. "Tidak, aku hanya merasa selama ini kami terlalu jauh."
Sangat jauh, mereka hanya bertemu saat waktu yang telah diatur di depan umum, mereka juga hanya berbicara jika diperlukan. Dan yang lebih mengerikan lagi, Sunshine tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dulu setiap kali mereka bertemu bahkan saat duduk berdekatan.
Ia hanya mengucapkan kalimat-kalimat pendek kepada Lexy dan tentunya tidak beragam.
Terima kasih.
Maaf.
Ya.
Sampai jumpa.
Sunshine bergidik membayangkan jika ia berada di posisi Lexy karena memiliki tunangan yang membosankan. Tetapi, ia melakukan semua itu karena ia merasa canggung, bukan karena ia adalah gadis pendiam yang tidak banyak bicara. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana di depan seorang pria, sedangkan ia tidak banyak bergaul dengan pria. Ia sekolah di sekolah khusus anak gadis sejak kecil.
Baru ketika masuk ke sekolah menengah atas, ia bersekolah di sekolah umum. Tetapi, ia telah dijodohkan dengan Alexion Carloz, Putra Mahkota. Di sekolahnya, tidak satu pun siswa berani mendekati Sunshine, begitu pula para siswi. Mereka menjaga jarak karena statusnya padahal Sunshine sangat menginginkan bergaul dengan siwsa lain. Ia ingin diperlakukan seperti gadis biasa. Bukan sebagai calon Ratu.
Hanya Poppy Zevarkis, satu-satunya gadis yang berbicara dengan normal padanya. Hanya Poppy, satu-satunya yang akhirnya menjadi sahabatnya.
Poppy berdehem. "Apa kau masih ingin di sini?"
Ia tidak tahan menyaksikan kemuraman yang menyelubungi tempat itu. Lexy yang terbaring di atas ranjang pasien, Sunshine yang biasanya berceloteh menceritakan apa saja kepadanya tidak banyak bicara. Ia merasakan jika udara di antara mereka berdua kali ini berubah sangat pekat.
Sunshine mengangguk. "Sepertinya aku akan berada di sini beberapa menit lagi."
Pada faktanya, ia berdiri di sana menatap Lexy setiap hari. Sunshine menyelesaikan pekerjaan dengan terburu-buru agar bisa berada di sana dengan segera, ia bahkan berpikir ingin menunda seluruh pekerjaannya agar ia bisa berada di samping Lexy setiap detik. Ia ingin menemani Lexy di setiap detik terburuk dalam hidup calon suaminya. Atau jika memungkinkan terburuk terjadi, ia akan menyesal karena ia belum pernah memberikan yang terbaik untuk Lexy.
"Kalau begitu, aku kembali lebih dulu," ujar Poppy. "Jaga kesehatanmu, tidak baik terlalu lama berdiri apa lagi kau masih menggunakan sepatu setinggi." Ia mengalihkan tatapannya ke kaki Sunshine yang masih menggunakan sepatu dengan hak tinggi.
Sunshine menggigit bibirnya bawahnya, ia baru kembali dari acara wawancara di televisi dan langsung menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan Lexy. "Aku...."
"Kau selalu seperti itu, kau melupakan apa saja saat terlalu bersemangat dan gugup," potong Poppy. "Di mana Mona?"
"Dia di luar."
Poppy menghela napas berat. "Aku akan memintanya membawakan sandal untukmu," ujarnya seraya kembali mengelus pundak Sunshine.
Ketika Poppy hendak berbalik, Sunshine berkata, "Besok, maukah kau menemaniku lagi di sini?"
Poppy tersenyum tipis seraya mengangguk. "Aku akan menemanimu, setiap kali kau menginginkannya."
Poppy meninggalkan rumah sakit setelah berbicara pada Mona, mengingatkan Mona jika Sunshine seharusnya berganti sepatu. Ia terus mengusap air matanya sembari berjalan menuju tempat parkir.
Di dunia ini, semua orang akan menganggapnya sebagai gadis paling kejam karena mengkhianati Sunshine. Sahabatnya.
Poppy berteman dengan Sunshine sejak hari pertama masuk sekolah menengah atas. Begitu pula Lexy, ia mengenal Lexy karena mereka bertiga satu kelas hingga lulus.
Siapa yang tidak tahu Lexy, Sunshine, dan Poppy. Di kelas, ketiganya bersaing dalam semua nilai mata pelajaran. Tetapi, Sunshine adalah satu-satunya orang yang tidak bisa digeser oleh Lexy dan Poppy. Sunshine bukan hanya selalu menempati rangking pertama di kelas, ia juga selalu menjadi juara umum setiap tahun.
Cinta yang tumbuh di antara Poppy dan Lexy, juga bukan cinta pada pandangan pertama, benih-benih cinta itu tumbuh perlahan karena seringnya mereka bergaul. Puncaknya adalah saat festival budaya di sekolah yang rutin diadakan setiap tahun. Poppy dan Lexy tergabung dalam satu tim, tetapi Sunshine tidak.
Sejak saat itu, mereka mulai menjalin hubungan secara diam-diam setelah Lexy terus mendesaknya hingga Poppy tidak mampu berkelit lagi karena pada faktanya ia merasakan getaran-getaran di dadanya. Getaran yang nyaris membuat lututnya terasa lemah saat menatap mata Lexy, bahkan hanya dengan mendengar nama Lexy disebut saja jantungnya terasa mencelus.
Bersambung....
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE!
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
Chapter 5GratefulnessBerita buruk. Menurut Sunshine begitu. Ia mendapatkan kabar dari Dimitri jika ada seseorang yang akan menggantikan posisi Lexy untuk sementara hingga pria malang itu terbangun dari koma. Lebih buruk lagi, Dimitri mengatakan jika kemungkinan buruk terjadi, pria itu juga yang akan menggantikan takhta Lexy.Ya Tuhan. Sunshine benar-benar merasa jika ia berada dalam situasi sulit. Garis keturunan yang membuatnya tidak bisa memilih sendiri pria yang akan bersamanya menghabiskan sisa hidup.Sunshine meletakkan telapak tangan Lexy di satu telapak tangannya, satu tangannya mengelus punggung telapak tangan Lexy. Pria itu adalah kunci atas hidupnya karena jika Lexy tidak juga sadarkan diri, bisa dipastikan ia harus menikahi pria asing yang sama sekali tidak dikenalnya. Meski
Chapter 6 Lots of Secret Demi Tuhan. Sunshine mengakui jika pria yang menggantikan Lexy sangat tampan, memikat, memiliki aura yang sangat kuat. Tetapi, yang lebih dari itu adalah pria itu benar-benar menyerupai Lexy. Rambut Lexy palsu ditata rapi seperti biasa setiap kali tunangannya tampil di depan umum. Nyaris tanpa cela. Kecuali di bagian alisnya. Lexy palsu memiliki bentuk alis yang lebih tebal dan tegas, selain itu ia belum menemukan yang lain. Tetapi, ia akan menemukannya agar kelak ia tidak salah mengenali. Andai saja beberapa menit yang lalu ia tidak keluar dari kamar yang ditempati Lexy, Sunshine pasti mengira jika Lexy memang telah bangun dari koma. Ia masih tidak mempercayai sepenuhnya jika pria yang menggantikan tunangannya memiliki kemiripan 95%. Ke
Chapter 7 A Naive Girl Sunshine memasuki kamar di mana Lexy masih terbaring, ia menghentikan langkahnya karena mendapati Jessie berada di sana. Sesuatu yang asing karena Jessie sangat jarang meluangkan waktunya untuk datang ke rumah sakit meski kakaknya telah berbulan-bulan berada di sana. Sederhana saja, ia beralasan aroma desinfektan di rumah sakit sangat mengganggunya. "Jessie," desah Sunshine seraya melangkah mendekati Jessie yang duduk di tepi ranjang pasien. "Aku tidak tahu jika kau di sini." Jessie tersenyum seraya mengulurkan satu tangannya ke arah Sunshine. "Aku merindukan kalian." Sunshine juga tersenyum, ia menyambut uluran tangan Jessie. "Kau rindu padaku?" "Ya." Jessie meng
Chapter 8 Anger & Jealously Charlotte mengerutkan kedua alisnya karena menyadari jika Beck terlihat tegang mendapati mantan tunangannya di depan pintu. Ia yakin, jika asa yang tidak beres. Apa lagi perut Sophie yang buncit membuatnya langsung menebak jika ada sesuatu yang mereka sembunyikan. "Aku harus bicara dengan Beck," ujar Sophie tanpa menatap Charlotte. Ia menatap langsung mata Beck dengan tatapan mengintimidasi. Charlotte mengedikkan bahunya. "Silakan saja." Ia hendak berbalik meninggalkan Beck dan Sophie. Tetapi, Beck menangkap pergelangan tangannya. "Aku tidak akan mencampuri kepentingan kalian," ucapnya dengan nada sangat santai. Beck benar-benar hanya bisa bernapas menggunakan sebelah paru-parunya. Sepertinya begitu karena oksigen yang ia hi
Chapter 9 End of a Friendship Sunshine merasa aneh dengan sikap Poppy yang tidak seperti biasanya, Poppy menatapnya seolah mereka adalah musuh. Dan aura ketegangan yang menyelubungi keduanya membuat Sunshine semakin tidak nyaman. Ia berdehem. "Poppy, apa kau baik-baik saja?" "Aku sangat baik andai aku ada di posisimu," jawab Poppy ketus. "Maaf, maksudmu?" Poppy justru tertawa. "Kau tegang sekali. Aku hanya bercanda." Sunshine menghela napas karena lega lalu tertawa seperti Poppy. "Jadi, apa pertemuan ini sangat penting?" "Menurutmu?" Sunshine tersenyum. "Aku yakin penting. Jika tidak, kau bisa berbicara lewat telepon." Poppy tersenyum, ia menekan bel untuk memanggil pelayan seraya berucap, "Kurasa kita harus memesan sesua
Chapter 10 broken Heart Beck menggeram seraya menutup laptopnya dengan kasar, ia konsentrasinya benar-benar payah hingga ia tidak bisa bekerja dengan benar. Padahal semua pekerjaannya harus selesai hari ini karena ia akan menikah besok kemudian berbulan madu. Masalahnya dengan Sophie belum selesai karena tadi malam saat Charlotte memberikan kesempatan untuk berbicara berdua dengan Sophie, mantan kekasihnya tidak mengambil kesempatan itu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sophie justru berbalik dan melarikan diri dan membuat Beck semakin yakin jika ia adalah korban permainan Sophie. Beck bersumpah ia akan membuka kedok Sophie dengan tangannya sendiri, akan ia buktikan kepada Charlotte jika janin di dalam kandungan Sophie bukan miliknya bagaimanapun caranya. Sophie pernah bersamanya lebih dari lima tahun, Sophie kehilangan pekerjaan ju
Chapter 11 The Real Queen Lamunan Sunshine terjeda karena Jessie masuk ke dalam ruangan, Jessie memberitahu jika Raja ingin bertemu. Lima belas kemudian Sunshine kembali ke ruang rawat dan mendapati Nick sedang berbincang-bincang dengan Jessie, bukan hanya Jessie karena di sana juga ada Ratu. Ada yang menarik menurut pandangan Sunshine, keakraban di antara mereka terlihat tidak dibuat-buat. Cara Ratu memperlakukan Nick, seperti layaknya seorang ibu. Sedangkan Jessie, caranya bersikap selayaknya seorang adik perempuan kepada kakak laki-laki. Berbanding terbalik dengan sikap Raja yang cenderung dingin terhadap Nick, juga tatapan sinis Nick terhadap Raja. Bahkan untuk berbicara menanyakan kabar saja, Raja lebih memilih berbicara secara pribadi dengan Sunshine padahal beberapa kali Raja berada di ruang rawat yang ditempati Lexy bersamanya, mengobrol seperti biasa selayaknya c
Chapter 12 Bad Experience Charlotte melirik cangkir berwarna putih dengan tangkai bercorak mawar. Ia mengangkat lepek dan mendekatkan cangkir ke hidungnya. "Kenapa bukan rumput saja yang kau masukkan ke dalam sini?" Sunshine terkekeh. Ia tahu Charlotte sangat kesal setiap datang ke rumah pribadinya yang sedikit tidak normal. Seluruh isi rumahnya bercorak mawar dengan warna merah, merah jambu, dan putih. Ia bahkan menghidangkan teh mawar kepada Charlotte, juga kukis berbentuk mawar. "Apa tidak ada sesuatu yang normal di sini?" gerutu Charlotte sambil meletakkan cangkir ke tempat semula tanpa berniat mencicipinya. "Kedatanganmu membuatku terkejut," ujar Sunshine, ia menatap Charlotte dengan tatapan penuh pertanyaan. "Ya Tuhan," erang Charlotte sembari menutupi wajahnya. "Aku pasti kehilangan akalku." Sunshine