Share

26. Posisi Ratu Elinor

Penulis: Amethyst re
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 23:58:31

.....

Bunyi renyah terdengar setiap kali sepatu Cleo menginjak tumpukkan daun kering yang berserakan menutupi jalan setapak di sepanjang area taman. Musim gugur yang identik dengan kesejukkan seolah menyihir segala yang berwarna hijau menjadi kuning kecoklatan. Berbeda dengan kesan musim semi yang berseri-seri, musim gugur layaknya orang tua renta yang siap mati.

“Ada apa, Yang Mulia? Kenapa Anda melihat saya seperti itu?”

Rona merah perlahan menjalari tengkuk leher Alden ketika menyadari bahwa tatapannya pada Cleo terpaku terlalu lama. Pangeran berdeham pelan, berusaha menutupi kegugupan, sementara senyum manis Cleo semakin membuatnya gelisah. “Aku ketahuan.”

Cleo tertawa kecil, menutupi bibirnya dengan tangan. Di tengah suasana hangat itu, angin tiba-tiba bertiup cukup kencang melewati mereka, menerbangkan dedaunan kering di sekitar. “Yang Mulia,” panggilnya pada Alden.

“Ya, Milady?”

“Apakah Anda mengundang kami ke acara pernikahan Anda nanti?”

Rahang Alden mengatup rapat, terlihat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   55. Di Bawah Bayang Mawar Kering

    …..Senja belum benar-benar padam saat suara doa terakhir mengalun lembut dari ruang duka. Para pelayan berbaris di sepanjang dinding, kepala mereka tertunduk, mata mereka memerah. Di tengah ruangan, tampak peti Duchess Victoria yang perlahan ditutup.Tak ada suara selain bunyi engsel kayu dan desahan napas tertahan. Sander berdiri tegak di sisi peti, mengenakan pakaian hitam tanpa hiasan. Duke Adam menundukkan kepala dalam diam. Beberapa kerabat jauh meneteskan air mata. Namun, tidak dengan Sander. Wajahnya datar, seperti patung pualam yang dirancang untuk tidak retak. Ketika peti terkunci rapat dan lilin-lilin dimatikan satu per satu, ruangan itu kembali hening.Keesokan harinya, salju turun pelan, menutupi jalan setapak menuju pemakaman Keluarga Dorian di balik bukit. Para pelayat berdatangan dalam kereta-kereta suram, mengenakan pakaian berkabung dalam kabut musim dingin.Sander berdiri paling depan, mewakili keluarga. Ia menyambut setiap tamu, menyalami mereka satu per satu denga

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   54. Titipan Manis dari Calon Mertua

    …..Musim dingin belum mencapai puncaknya, tetapi hawa beku telah mencengkeram jalanan berbatu yang membentang ke arah selatan benua. Pohon-pohon berbaris bisu di sepanjang jalan, rantingnya telanjang, dan kabut tipis menyelimuti ladang beku yang tak lagi menyimpan warna. Di tengah lanskap sunyi itu, kereta kuda milik Dorian melaju perlahan, roda-rodanya menggerutu di atas tanah keras yang diselimuti embun beku.Cleo duduk membisu. Selimut wol tebal yang menyelimuti paha membuat tubuhnya terasa hangat. Rupanya kesedihan lebih ampuh menumpulkan rasa mual akibat mabuk perjalanan yang biasa menyerangnya dalam perjalanan panjang. Kali ini, tak ada mual, tak ada keluhan. Yang tersisa hanya kehampaan.Di hadapan Cleo, Sander terdiam menatap kosong ke luar jendela yang berkabut. Embusan napasnya membentuk uap tipis, tangan kirinya mengepal di atas lutut. Mantel panjang Sander berdebu salju tipis, belum sempat dibersihkan. Wajahnya pucat, nyaris tak berekspresi. Ia belum berbicara sepatah kat

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   53. Berpulangnya Duchess Victoria ke Surga

    …..“Saya tidak percaya Anda sungguh akan melakukannya!” suara Zelda meninggi, nyaris bergetar, tetapi bukan karena takut—melainkan karena amarah. “Baru beberapa minggu kita menikah, dan sekarang Anda hendak pergi ke wilayah konflik?”Alden berdiri membelakangi istrinya, wajahnya tampak tegang. Tangannya bergetar halus saat menyematkan sabuk pada seragam militernya. “Ini tentang keselamatan kerajaan. Tentang tanggung jawabku sebagai pangeran negeri ini.”“Kerajaan?!” Zelda mendesis, matanya menyala. “Bagaimana dengan tanggung jawab Anda sebagai suami?”Alden menoleh cepat, pandangannya tajam dan menusuk. “Kau ingin bicara tentang tanggung jawab? Maka izinkan aku bertanya: Apakah kita sungguh hidup sebagai suami istri, Zelda? Ataukah kita hanya dua nama yang diikatkan bersama demi ambisi keluarga masing-masing?”Pertanyaan itu menghantam jiwa seperti cambuk neraka.Zelda tersentak, tetapi segera menegakkan bahu, enggan menunjukkan ketidakberdayaannya. “Saya berjuang keras, Yang Mulia.

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   52. Ciuman Pertama Mereka

    …..Hujan salju turun ringan bagaikan bisikan rahasia di atap kediaman Keluarga Dorian malam itu. Cleo yang masih terjaga memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mengelilingi lantai dasar mansion, berharap kantuk segera datang menjemput. Ia melangkah santai menyusuri koridor panjang, sepatu rumahnya berketuk lembut di atas lembaran permadani yang membentang di lantai marmer.Ketika hendak menaiki anak tangga menuju lantai dua, suara pintu utama yang terbuka perlahan membuat langkah Cleo terhenti. Di ambang pintu, dengan mantel yang tertutup butiran-butiran salju, berdirilah Sander Dorian. Sorot matanya tampak letih, dan kerutan halus di antara alisnya tidak beranjak, bahkan setelah ia melihat Cleo yang mematung di ujung bawah tangga.“Anda kembali, Lord!” sapa Cleo senang, lalu tanpa ragu menghampirinya, memeluk dan menghangatkan pria itu dari suhu dingin yang menggigit. Diiringi nada ringan yang nyaris menggoda, Cleo melanjutkan, “Rapat parlemen berjalan seru, ya?”Sander menanggalka

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   51. Awal Mula Kesuksesan Cleo Austin

    …..“Pria matang seperti Duke Muda Sander Dorian,” ucap Countess Green sembari mengaduk pelan tehnya, “semestinya tidak dibiarkan bebas terlalu lama. Pria tampan misterius mudah membuat wanita gelisah. Ditambah lagi, beliau jarang tersandung skandal vulgar seperti teman-teman seumurannya.”Beberapa wanita terkikik pelan. Lady Raspe dari keluarga bangsawan berpangkat baron segera menimpali. “Saya mengamati beliau selama pesta resepsi Pangeran Alden dan Lady Adler. Kala itu, Duke Muda Dorian tengah meladeni perwakilan dari Kerajaan Ferrosia. Dari cara memperlakukan lawan bicaranya, beliau sangat menghargai orang lain.”“Ah, berbeda sekali dengan Pangeran Alden,” celetuk Lady Ophelia, terkenal dengan komentarnya yang selalu mengundang tawa. “Pangeran kita itu pesona berjalan. Wajah tampan, tubuh atletis, dan selalu tahu bagaimana membuat seorang wanita merasa diperlakukan spesial.”“Benar,” sahut Lady Raspe, tersenyum geli, “tetapi justru karena itulah, pesonanya terasa terlalu umum. Sem

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   50. Partisipasi dalam Pertempuran Sosialita

    …..Menjelang pertemuan bangsawan di Gedung Parlemen Elinor, para pegawai istana harus menahan dinginnya cuaca—berlalu-lalang menyiapkan dokumen dan memanaskan ruang sidang. Di pelantaran gedung, tampak dua sosok berdiri terpisah dari kerumunan bangsawan yang mulai berdatangan memenuhi panggilan raja.Mereka adalah Duke Joar Leander dan Duke Muda Sander Dorian.Dengan kedua tangan bersedekap di belakang, raut wajah Duke Joar—ayah dari Carl, terlihat keras dan kaku setiap waktu. Mata hitamnya yang sunyi memandangi langit yang kelabu bersalju. Di sampingnya, Sander menikmati ketenangan itu dengan penuh pengendalian diri.“Bagaimana kabar Carl, Duke? Meskipun saya tahu watak putra Anda, hidup saling kenal tetapi berjauhan seperti ini terkadang membuat saya mengkhawatirkan kondisinya.”“Carl baik-baik saja, Duke Muda. Mental dan fisiknya kuat.” Duke Joar menepuk bahu Sander, cukup meyakinkan. “Sejak kecil, Carl sudah dilatih untuk menggantikanku. Pelan-pelan, dia akan mengambil alih semua

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   49. Sambutan Hangat

    …..Salju yang turun di luar jendela besar mengguyuri taman paviliun seperti taburan gula di atas kue pengantin. Menghangatkan diri di dalam ruangan megahnya, para wanita bangsawan berkumpul dalam lingkaran-lingkaran kecil, dibalut gaun musim dingin yang tebal dan berkualitas tinggi. Bau harum teh rempah yang impor dari Benua Selatan, biskuit manis yang jarang ditemukan di toko-toko biasa, semuanya bercampur menjadi satu dengan bisikan-bisikan halus serta tawa kecil yang ditahan sopan. Musim dingin membuat siang terasa seperti malam, jadi pelayan istana menyalakan banyak lilin lebah. Cahayanya yang berkilauan memantulkan rona keemasan pada wajah-wajah tersenyum yang sesungguhnya menyimpan berjuta maksud tersembunyi. Paviliun ratu, sebagaimana adanya, bukan sekadar tempat perjamuan santai kenalan Ratu Shopie, tetapi sebuah panggung tak resmi di mana reputasi dibentuk, diuji, dan kadang dihancurkan hanya dengan lirikan mata dan percakapan basa-basi.Hari kamis di bulan kedua musim dingin

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   48. Diskusi tentang Dunia Sosialita Elinor

    …..Kereta melaju perlahan di jalanan bersalju, mengayun lembut seiring derak roda yang memecah keheningan musim dingin. Kabut tipis menggantung rendah di atas tanah, menyelimuti pepohonan telanjang laksana siluet pahit di antara bangunan batu tua yang menjulang gagah di kejauhan.Memasuki area pusat Ibu Kota, pemandangan hiruk-pikuk kota kerajaan menyambut mereka. Di sepanjang jalan utama, warga yang berbalut mantel tebal tampak terburu-buru menembus kabut, para pedagang membongkar peti-peti barang di balik kios yang berlapis terpal, dan kereta-kereta lain berseliweran, menyisakan jejak roda di permukaan jalan yang beku. Asap hitam dari cerobong rumah-rumah bata mengepul tinggi, berpadu dengan aroma roti hangat dan kayu terbakar yang samar menyelinap masuk ke sela-sela jendela kereta.Dalam kabin yang hangat, Cleo dan Sander duduk berhadapan, dibalut selimut wol tebal pemberian pelayan sebelum keberangkatan. Di antara mereka, keheningan bukanlah kekosongan—melainkan ruang tenang yang

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   47. Doa Zelda untuk Cleo

    …..Angin musim dingin menyusup melalui celah tirai renda yang tipis, menari lembut di atas permukaan selimut beludru yang masih rapi di sisi ranjang sebelah kiri—sisi yang seharusnya hangat oleh kehadiran seorang suami. Zelda membuka mata dengan malas, seolah mimpinya semalam tak mampu memberinya harapan yang layak untuk pagi hari yang sama membosankannya dengan hari kemarin.Ia duduk di tepian ranjang. Jubah satin perak yang membalut tubuhnya bergeser perlahan, memperlihatkan lekuk bahu yang pucat seperti pahatan marmer dingin. Ia tampak seperti patung dewi dalam lukisan tua—memukau, tetapi tidak bergairah. Bukan karena kekurangan tugas, yang pasti karena letih. Letih menghadapi kenyataan yang tak juga berubah: ranjang yang terlalu luas, kamar yang terlalu sunyi, dan suami yang terlalu sopan.Alden, Pangeran Elinor yang tampan dan memesona—atau dulu setidaknya demikian pikirnya—kini lebih setia pada setumpuk dokumen negara daripada pada istrinya sendiri. Ia pulang saat malam nyaris

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status