.....
Panti asuhan tempatku dirawat merupakan milik salah satu pengusaha konglomerat di kota ini. Karena dibawahi langsung oleh perusahaan besar, kehidupan anak-anak di panti asuhan kami serba berkecukupan. Orang-orang menyebut tempat kami dibuang dan dibesarkan ini sebagai panti asuhan elit.
Baik pendidikan, kesehatan dan papan sandang, semuanya terpenuhi tanpa terkecuali. Semua anak-anak yang tinggal di sini tumbuh dengan baik dan sehat.
"Tidak apalah jika kami tidak punya orang tua. Kami sudah cukup bahagia bisa berada di sini." Begitulah kira-kira yang akan anak-anak panti ucapkan jika seseorang mengejek mereka tidak punya orang tua.
Sayang, meskipun anak-anak ingin tinggal selamanya di panti, aturan yang dibuat oleh pihak perusahaan menuliskan bahwa mereka hanya bisa tinggal di sana sampai lulus sekolah menengah atas saja. Setelah mereka lulus, mereka wajib keluar dari tempat ini.
Suatu hari, saat tiba waktunya aku pergi, kabar gembira datang menghampiriku. Aku mendapatkan keistimewaan dari pihak perusahaan pemilik panti. Mereka memperbolehkanku untuk tinggal lebih lama di tempat ini dengan alasan untuk membantu bunda-bunda di panti asuhan mengurusi anak-anak. Tidak diberitahukan secara jelas alasan kenapa mereka memberikan pengecualian ini padaku.
Tentu saja aku terima tawaran mereka. Ini kesempatan yang langka karena sejauh yang aku ingat, akulah anak pertama yang masih diperbolehkan tetap tinggal di panti walaupun sudah melebihi batasan usia.
Namun ternyata kebahagianku tidak berlangsung lama. Ada alasan lain mengapa mereka menyuruhku untuk tetap tinggal. Dan alasan tersebut tidak pernah terbayangkan sekalipun dalam benakku.
Hari itu cuaca begitu cerah. Saking cerahnya sampai membuatku heran, sebab hari-hari kemarin kota ini selalu tertutup awan dan hujan. Pada siang hari itu, saat sudah waktunya makan siang untuk anak-anak panti, tamu dari perusahaan mendadak datang.
Kami memang biasa mendapatkan kunjungan rutin dari pihak perusahaan setiap sebulan sekali. Mereka biasanya datang untuk mengecek keadaan anak-anak panti, bertanya pada kami apa saja yang mungkin kami butuhkan dan hal lainnya.
Perwakilan perusahaan biasanya terdiri dari 2 sampai 3 orang pekerja yang sudah kukenal betul wajah mereka. Namun anehnya, kali ini yang datang justru seorang wanita berusia 30 tahunan, dan hari itu adalah kali pertama aku melihat sosoknya. Bunda yang bekerja di panti bilang jika wanita itu ada istri Si Konglomerat.
Aku masih ingat dengan jelas gaun merah darah dibalut blazer hitam mewah serta high heels yang dikenakannya hari itu. Ah, jangan lupakan juga lipstick merah dan parfum menyengat yang ia pakai.
Dia terlihat sangat cantik. Seperti penyihir di buku dongeng yang dulu pernah aku baca saat masih kecil.
Saat mereka tiba, istri pengusaha konglomerat itu langsung datang menemuiku. Dengan wajah dingin dan sorot matanya yang tajam, ia mengatakan sesuatu yang membuatku begitu terkejut. Sesuatu yang benar-benar tidak pernah terbayangkan olehku.
"Apa kau tahu, jika kau ini adalah anak haram suamiku?"
"Sampai sekarang aku masih heran, apa yang jalang itu lakukan sampai membuat suamiku tergoda."
"Jika kau punya rasa malu, hiduplah seperti mayat di sini."
"Ini bukan ancaman, aku hanya memberimu saran."
"Jangan pernah muncul di hadapan suamiku jika kau masih ingin hidup."
"Kau dibesarkan di sini, dan orang-orang yang bekerja di tempat ini adalah orang-orang terbaik. Aku yakin, kau cukup cerdas dan paham apa maksud dari ucapanku barusan."
"Tapi entahlah. Di dalam tubuhmu mengalir darah dari si jalang. Mungkin saja justru kau malah sama bejatnya dengan ibumu itu."
Wanita itu terlihat menyeringai sembari meraih sesuatu dari dalam tas tangan mewahnya. Ia memberikan sebuah buku bersampul tebal padaku. Kemudian membisikkan ini ke telingaku.
"Dia sangat mirip denganmu. Aku harap, kehidupanmu berakhir sama seperti dirinya. Ini hadiah dariku atas kelulusanmu kemarin."
Saat aku masih tenggelam dalam keterkejutanku, tiba-tiba saja seluruh tubuhku merasakan hawa panas yang begitu menyengat. Kulihat, baju yang tengah kupakai mulai terbakar api.
Tak berhenti sampai di situ, pemandangan di sekitar mendadak berubah warna menjadi orange kemerahan. Tempat ini menjelma menjadi neraka. Aku terjebak di dalam bangunan panti, seorang diri. Sama sekali tidak bisa keluar dari sana. Seseorang telah mengunciku di sini.
Tak ada seorang pun di tempat ini selain diriku sendiri.
Panas api mulai menyambar kulit. Panas dan pedih. Aku ingin berteriak minta tolong, tapi mau sebesar apapun usaha yang kulakukan, satu nada suara pun tidak pernah berhasil keluar.
Aku hanya bisa diam, meringkuk di pojokan ruangan. Dengan tangan yang kini memeluk erat buku pemberian wanita itu.
"..."
"Ougff..."
Koa membuka matanya lebar-lebar. Ia merasakan mual yang sangat hebat. Keringat dingin terlihat membasahi seluruh punggungnya. Sadar jika itu hanyalah sebuah mimpi, Koa meremas wajahnya sendiri sembari mengumpat lirih.
"Ah… Sialan!”
.....
Koa menerima tatapan sengit dari Madam Cleo setelah berita mengenai dirinya yang meminta pembatalan pertunangan pada Pangeran Nathaniel tersebar ke seluruh penjuru mansion Duke Dorian.
"Apa kau sudah gila Koa? Pembatalan pertunangan? Kau kira bertunangan dengan keluarga Kerajaan itu main-main?" Madam Cleo terus mengoceh sembari memotong kecil steak daging di hadapannya. Sementara itu, Duke Sander Dorian yang duduk tak jauh dari mereka belum berkomentar sama sekali.
"Duchess, aku telah menyadari kesalahanku dulu. Benar yang dikatakan Duke, pertunangan ini justru hanya akan menimbulkan masalah saja bagi dukedom," jelas Koa se-sopan mungkin.
"Hah! Kau? Sadar diri?" ucap Madam Cleo tertawa dengan ekspresi mengejek.
Sejak awal, pertunangan antara Lady Koa dan Pangeran Nathaniel memang tidak begitu saja disetujui oleh semua pihak. Salah satu pihak yang menolak pertunangan ini adalah Duke Sander Dorian sendiri. Alasan politik-lah yang melatar belakanginya.
Kerajaan Elinor saat ini tengah dalam kondisi yang paling kritis. Selain konflik dengan kerajaan-kerajaan tetangga, Kerajaan Elinor juga tengah mengalami konflik internal, yakni perebutan tahta untuk raja berikutnya.
Raja Alden sendiri memiliki 1 istri dan 3 selir. Dari Ratu, ia mendapatkan seorang putra dan seorang putri. Sementara dari para selirnya, masing-masing memiliki seorang putra dan beberapa putri. Dengan begitu, maka jumlah kandidat pewaris tahta sebanyak 4 pangeran dan seorang putri.
Anak perempuan dari para selir tidak dianggap sebagai kandidat pewaris tahta karena status mereka yang dinilai lebih rendah dari putra selir sendiri.
Jika kerajaan lain memilih pewaris selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, jenis kelamin dan status kebangsawanan si ibu, maka Kerajaan Elinor memiliki tradisi yang berbeda.
Aturan di kerajaan ini mengangkat raja berikutnya berdasarkan dukungan dan suara dari para fraksi bangsawan dan fraksi rakyat. Hal itu didasarkan pada pendapat leluhur yang menyatakan jika di masa depan pada saat raja tersebut memimpin, para bangsawan dan rakyatnya lah yang akan membantunya untuk mengurus dan membangun kerajaan ini. Oleh karena itu suara dari mereka sangat penting.
Fraksi bangsawan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni fraksi kerajaan, fraksi bangsawan tinggi dan fraksi netral. Sementara fraksi bangsawan rendah bergabung menjadi satu bersama fraksi rakyat.
Tentu saja, suara dari masing-masing fraksi tersebut memiliki nilai yang berbeda. Fraksi kerjaan sendiri adalah fraksi dengan nilai suara tertinggi. Kemudian disusul oleh fraksi yang lain.
Dorian Dukedom dan Leander Dukedom merupakan anggota dari fraksi netral. Semenjak dulu, kedua dukedom ini memang berusaha untuk tidak ikut campur tangan dengan masalah internal kerajaan. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas kekuatan di pemerintahan Kerajaan Elinor agar tidak berat sebelah. Tugas mereka yang sebenarnya adalah sebagai pengawas jalannya pemerintahan.
Namun jika suatu hari kedua dukedom tersebut berpihak pada salah satu calon pewaris tahta, maka itu akan menjadi keuntungan besar bagi calon tersebut. Pasalnya, nilai suara dari kedua dukedom ini sama besarnya dengan fraksi kerajaan. Hal ini dikarenakan keistimewaan yang Dorian dan Leander dapatkan dari raja terdahulu.
Kembali pada Madam Cleo. Bagi wanita tersebut, pertunangan Lady Koa dan Pangeran Nathaniel itu sangatlah penting. Tidak seperti suaminya yang mempertimbangkan alasan politik, ia lebih memikirkan reputasi keluarganya di kalangan sosialita bangsawan.
Setelah drama perselingkuhan antara suaminya dan seorang maid tersebar, skandal tersebut membuat reputasinya di kalangan bangsawan tercoreng. Madam Cleo yang dulunya adalah bunga sosialita justru sekarang berubah menjadi bahan gosip miring bangsawan lain. Tak hanya bangsawan saja, rakyat jelata yang statusnya jauh di bawah dirinya pun ikut menggunjingnya.
Saking malunya, Madam Cleo bahkan sampai vakum menghadiri pertemuan rutin, pesta dan acara minum teh bangsawan. Ia mengurung diri di kamar dan memutus hubungan dengan dunia luar selama hampir 5 tahun. Baru belakangan ini ia mulai aktif kembali, lebih tepatnya setelah resminya pertunangan antara Lady Koa dan Pangeran Nathaniel. Menurut Madam Cleo, berbesan dengan Keluarga Kerajaan akan memperbaiki sedikit demi sedikit citranya yang sudah hancur.
"Kenapa tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pertunanganmu dengan Pangeran Nathaniel, Koa?" tanya Duke Sander akhirnya membuka suara. Ia mengambil gelas wine miliknya, kemudian menyesap isinya perlahan. "Padahal dulu saat kularang, kau begitu keras kepala."
Koa tersenyum tipis. "Duke, maafkan sikapku yang dulu begitu egois. Aku hanya baru menyadari belakangan ini jika pilihanmu untukku adalah yang terbaik," jawab Koa berubah sendu.
"Ck," Madam Cleo hanya bisa berdecak sebal.
"Pembatalan pertunangan dengan Keluarga Kerajaan bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya persetujuan dariku saja, tetapi juga dari raja." Jelas Duke Sander. "Kau siap dengan itu?"
Madam Cleo menatap suaminya dengan sorot mata jengkel. Lagi-lagi duke membela anak haramnya. "Koa, sebaiknya pikirkan lagi keputusanmu. Kau harus mempertimbangkan juga reaksi dari rakyat," seru Madam Cleo.
"Tentu saja Duchess," jawab Koa sembari memaksakan diri untuk tersenyum.
.....
Setelah makan malam Keluarga Duke Sander Dorian selesai, Koa segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Di balik wajahnya yang begitu tenang, otaknya tengah bekerja keras memikirkan cara cepat dan tepat untuk memutuskan hubungan dengan Pangeran Nathaniel.
Koa merebahkan dirinya ke atas ranjang. Duke Sander jelas akan mendukung keputusanku. Mengingat sejak awal ia sudah menolak pertunangan ini. Gadis itu mendadak bangun dan berjalan ke arah meja rias.
Ia membuka laci dan mengambil sebuah buku catatan dari dalam sana. Bagaimana caraku meyakinkan raja agar mau menyetujui permohonanku ini? Kemungkinan besar, raja akan menolaknya karena pertunangan ini sudah diumumkan kepada rakyat. Belum lagi dengan Nathaniel yang mungkin saja sudah mempengaruhi Raja untuk tidak setuju dengan keputusanku.
"Salah satu cara untuk bisa lepas dari pertunangan ini adalah menikah dengan orang lain. Seseorang yang memiliki status kebangsawanan yang setara dengan pangeran dan memiliki kekuatan politik yang kuat pula," ujar Koa bicara sendiri.
Lady Koa adalah satu-satunya putri duke di Kerajaan Elinor sekarang. Menurut aturan kerajaan, para perempuan bangsawan dilarang menikah dengan laki-laki yang statusnya lebih rendah darinya. Karena itu, pilihan calon yang ada di kerajaan ini bagi Lady Koa tersisa para pengeran dan para duke.
"Aku tidak mungkin menikahi pangeran yang lain. Sudah kubulatkan tekad untuk tidak lagi berurusan dengan Keluarga Kerajaan dan terseret dalam konflik istana. Pilihan terakhirku adalah para duke," ucap Koa sembari mencorat-coret lembar kertas di buku catatannya itu.
"Elinor memiliki 4 dukedom, yakni Adler Dukedom di utara, Dorian Dukedom di selatan, Leander Dukedom di barat dan Daciana Dukedom di timur. Duke yang memimpin Dorian adalah ayahku sendiri, jadi tidak mungkin." Ucap Koa kembali mencoret catatannya.
"Duke yang memimpin Adler Dukedom merupakan keluarga kerabat dekat ratu, jadi tidak mungkin." Koa mencoret lagi dan mulai frustrasi.
"Lalu, Daciana Dukedom." Koa menjeda sembari mengingat-ingat kembali isi novelnya. "Hm… bukankah anak-anak Duke Daciana masih kecil, jadi tidak mungkin. Atau Duke Daciana sendiri? Tidak-tidak, aku tidak mau menjadi istri ke-tiganya," ucap Koa dengan wajah ngeri. "Berarti tinggal Leander Dukedom yang tersisa."
Koa menutup buku catatannya dan diam untuk beberapa saat. Kepalanya mendadak pening kembali. Sepertinya ia sudah terlalu berlebihan dalam menggunakan otaknya malam ini. Mengingat Lady Koa yang dulu tidak pernah menggunakannya untuk berpikir.
Mengenai Duke Leander, Koa sendiri masih awam dengan sosok ini. Selain bukan karakter utama, Duke Leander juga jarang muncul di dalam novel. Di bab awal novel, Duke Leander diceritakan bersahabat dengan Duke Dorian karena keduanya sama-sama berasal dari fraksi netral. Selebihnya hanyalah kisah tentang jasanya yang membantu Elinor mempertahankan diri dari serbuan penjajah. Duke Leander adalah seorang pahlawan perang.
"Jangan-jangan pria itu seumuran dengan Duke Dorian," ujar Koa cemas.
.....
.....Hari ini Koa tidak bisa berdiam diri di rumah seperti biasanya. Ia terpaksa keluar bersama Madam Cleo untuk membeli beberapa gaun pesta yang akan mereka kenakan di acara Debuntante Ball Putri Zehra. Hari ini tujuan mereka adalah Dorian Plaza yang letaknya berada di pusat kota."Duchess, kenapa Anda mau repot-repot membantu saya untuk mencari gaun?" tanya Koa sembari membenarkan sarung tangan kulitnya yang terasa longgar.Madam Cleo nampak terkejut dengan pertanyaan yang diajukan putri angkatnya itu. Ia merasa sedikit heran. Selama ini, sosok Koa yang ia kenal tidak pernah sekalipun berani mengajaknya berbincang. Biasanya gadis itu hanya diam dan baru menggerakkan bibirnya jika ditanya."Tentu saja karena terpaksa. Jika bukan Lord Sander yang meminta, malas sekali aku pergi denganmu," jawab Madam Cleo jujur dengan nada sengit.Koa tersenyum sekilas mendengar jawaban tersebut.Hubungan Lady Koa dan Madam Cleo bisa dikatakan tidak harmoni
.....Koa terlihat ragu saat mengangkatkan tangannya untuk Pangeran Zielle. Ia tersenyum canggung ketika putra satu-satunya dari Ratu Zelda itu mencium lembut punggung tangannya."Lady Dorian. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini," ucap Pangeran Zielle penuh keramahan.Mau apa dia? Di novel, Koa dan Zielle tidak pernah sekali pun bicara satu sama lain. Berpapasan saja mereka tidak pernah, batin Koa gelisah."Salam hormat saya Yang Mulia Pangeran Zielle," sapa Koa – menganggukan kepalanya anggun, yang kemudian diikuti oleh Elena dan Sir Ethan.Pangeran Zielle melirik para pengawal istana yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Pria itu lantas memerintahkan kepada mereka untuk menepi dan memberikan ruang agar ia bisa berbincang santai dengan Koa.Koa yang paham, segera mengisyaratkan hal sama kepada para bawahannya."Lady, apakah kau mau menikmati secangkir teh bersamaku?" tanya Pangeran Zielle menawarkan
....."Lord Sander, surat untuk Anda."Philip, Kepala Pelayan di kediaman Duke Dorian meletakkan nampan berisi sepucuk surat di atas meja kerja sang duke."Kapan surat ini datang?" tanya Duke Sander sembari membuka segel surat menggunakan pisau lipat kecil."Siang ini, Lord."Duke Sander Dorian mengangguk paham. Dibentangkannya lipatan kertas yang merupakan isi dari surat tersebut. Dahinya nampak berkerut saat mengetahui pesan yang tertulis di dalamnya."Cleo dan Koa. Apakah mereka sudah kembali ke mansion?" tanya Duke Sander mencari dua perempuan kesayangannya itu."Mereka sudah tiba semenjak sore, Lord Sander." Jawab Philip."Ah, begitu."Duke Sander melanjutkan pekerjaannya, namun tidak ada satu menit ia kembali beristirahat. Ia menoleh ke arah Philip yang masih bertahan di ruang kerjanya. Merasa ganjil karena biasanya Philip akan langsung pergi jika urusannya sudah selesai."Masih ada yang ingin kau sampaikan?
.....Elena menemani dan membantu Madam Cleo untuk bersiap-siap – bersama dengan Bella, seorang penata rias terkenal di Kerajaan Dorian yang dipanggil secara pribadi ke kediaman Duke Sander. Bella meraih sebuah cermin kecil dari dalam kotak kayu berukuran sedang dan memberikan benda tersebut kepada Madam Cleo agar wanita itu bisa melihat lebih detail hasil pekerjaannya.“Madam, anda cantik sekali,” puji Elena pada istri Duke Sander.Madam Cleo menatap bayangannya sendiri, lantas tersenyum puas dengan hasil pekerjaan penata rias dan maid pribadinya itu. “Sempurna,” seru Madam Cleo memberikan pujian.Madam Cleo kemudian berdiri dan meletakkan cermin tersebut ke atas meja rias. “Ah benar, kalian jangan sampai lupa untuk menyiapkan gaun cadanganku. Langsung saja masukkan benda itu ke dalam bagasi kereta,” perintah Madam Cleo pada para maidnya.Tanpa membuang waktu, para gadis pekerja di kediaman Duke Dorian seg
.....Koa merasa sangat beruntung karena Madam Cleo tiba-tiba saja menarik dirinya untuk bergabung dengan grub sosialita wanita itu. Jika tidak, mungkin saja Koa akan jatuh pingsan karena lupa caranya bernapas akibat terlalu gugup sekarang.Koa sadar, ada yang aneh dengan dirinya. Ini bukanlah kali pertama Koa bertemu dengan pria tampan. Tapi dengan Duke Leander, kenapa reaksinya berbeda? Hanya dengan mencium wangi tubuh pria itu saja membuat perutnya terasa geli seolah dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu.Dia seperti lukisan hidup, batin Koa memuji sembari mencuri pandang pada Duke Leander yang kini sibuk berbincang dengan Duke Sander Dorian.Dari segi fisik, Duke Leander memiliki badan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tinggi pria pada umumnya. Mungkin sekitar 190 cm. Duke Leander juga memiliki bahu yang lebar dan otot tangan yang kekar. Hasil dari kerja fisik selama berada di dalam medan perang. Warna iris mata dan rambutnya yang
.....Aku terpaksa menerima ajakan Duke Leander karena orang-orang tidak mau berhenti melihat ke arah kami. Pria itu lantas meraih tanganku dan membawaku berjalan menuju lantai dansa. Aku hanya bisa diam membisu, mengikutinya dengan langkah ragu.Tak lama kemudian, kami berhenti di satu titik. Pria itu lantas membalikkan tubuhnya, membuat kami saling berhadapan. Ia menundukkan kepala, melihat ke bawah karena perbedaan tinggi badan kami yang cukup jauh. Dia seperti titan di mataku.Alunan lagu yang dimainkan oleh orkestra istana berganti lagi. Itu artinya dansa sesi pertama telah usai, dan sekarang berganti ke sesi berikutnya. Para pasangan yang belum mendapatkan kesempatan untuk berdansa di sesi pertama segera menempati posisi kosong yang ada di sekitar kami.“Bahumu terlalu kaku, Lady.” Bisik pria itu di telingaku.“Hahaha. Maafkan saya Duke,”ucapku canggung.Bagaimana mungkin aku bisa bersantai, sementara orang-oran
.....Koa baru saja kembali dari ruang kerja ayahnya. Tak banyak yang mereka bahas. Duke hanya menyampaikan permintaan maaf dari Duke Leander karena telah membuatnya berada dalam posisi yang sulit.Duke Sander mengatakan bahwa pria itu tidak mengetahui jika dirinya sudah bertunangan dengan Pangeran Nathaniel. Hal itu dikarenakan saat acara pertunangan tersebut dilaksanakan, Duke Leander tengah berada di perbatasan utara – berperang melawan Kerajaan Nesrin, membantu Duke Adler mempertahankan wilayahnya. Duke Leander sendiri baru saja kembali ke dukedom-nya beberapa minggu yang lalu setelah perintah dari Raja Alden— berkaitan dengan pertunangan antara dirinya dengan Putri Zehra diturunkan. Jadi wajar saja jika ia tidak tahu kabar terbaru di ibu kota.Yona mengambil gaun cadangan milik Koa yang tersimpan dalam koper. Sebuah gaun berwarna perak dengan model yang sederhana namun tetap terlihat mewah. Gaun modeloff shoulderyang membuat
…..“Lady, apakah anda tidak berminat untuk pergi jalan-jalan ke kota?” tanya Yona pada Koa yang sudah dua harian ini hanya berdiam diri saja di rumah. Setelah acara di istana kemarin, wanita itu semakin bertambah malas untuk bertemu dengan orang-orang. Padahal ia sendiri sudah menerima puluhan surat undangan dari para lady di Kerajaan Elinor yang kini menggunung karena tidak disentuhnya sama sekali.Koa sangat berbeda dari ibu angkatnya, Madam Cleo. Jika Koa lebih suka menghabiskan waktunya di kamar, wanita itu justru sebaliknya. Ia suka bersosialisasi dengan orang-orang. Tak pernah satu hari pun Koa melihat ibunya itu bersantai di mansion.Ah—gula darahku turun,batin Koa ketika merasakan pusing di kepala. Ia meletakkan buku Etika Bangsawan yang tengah ia baca belakangan ini ke atas meja.“Lady! Jika anda terus seperti ini, duchees akan marah.” Panik Yona saat mendapati Koa yang mulai merebahkan diri ke