Share

2. Persamaan di antara kami berdua

.....

Panti asuhan tempatku dirawat merupakan milik salah satu pengusaha konglomerat di kota ini. Karena dibawahi langsung oleh perusahaan besar, kehidupan anak-anak di panti asuhan kami serba berkecukupan. Orang-orang menyebut tempat kami dibuang dan dibesarkan ini sebagai panti asuhan elit.

Baik pendidikan, kesehatan dan papan sandang, semuanya terpenuhi tanpa terkecuali. Semua anak-anak yang tinggal di sini tumbuh dengan baik dan sehat.

"Tidak apalah jika kami tidak punya orang tua. Kami sudah cukup bahagia bisa berada di sini." Begitulah kira-kira yang akan anak-anak panti ucapkan jika seseorang mengejek mereka tidak punya orang tua.

Sayang, meskipun anak-anak ingin tinggal selamanya di panti, aturan yang dibuat oleh pihak perusahaan menuliskan bahwa mereka hanya bisa tinggal di sana sampai lulus sekolah menengah atas saja. Setelah mereka lulus, mereka wajib keluar dari tempat ini.

Suatu hari, saat tiba waktunya aku pergi, kabar gembira datang menghampiriku. Aku mendapatkan keistimewaan dari pihak perusahaan pemilik panti. Mereka memperbolehkanku untuk tinggal lebih lama di tempat ini dengan alasan untuk membantu bunda-bunda di panti asuhan mengurusi anak-anak. Tidak diberitahukan secara jelas alasan kenapa mereka memberikan pengecualian ini padaku.

Tentu saja aku terima tawaran mereka. Ini kesempatan yang langka karena sejauh yang aku ingat, akulah anak pertama yang masih diperbolehkan tetap tinggal di panti walaupun sudah melebihi batasan usia.

Namun ternyata kebahagianku tidak berlangsung lama. Ada alasan lain mengapa mereka menyuruhku untuk tetap tinggal. Dan alasan tersebut tidak pernah terbayangkan sekalipun dalam benakku.

Hari itu cuaca begitu cerah. Saking cerahnya sampai membuatku heran, sebab hari-hari kemarin kota ini selalu tertutup awan dan hujan. Pada siang hari itu, saat sudah waktunya makan siang untuk anak-anak panti, tamu dari perusahaan mendadak datang.

Kami memang biasa mendapatkan kunjungan rutin dari pihak perusahaan setiap sebulan sekali. Mereka biasanya datang untuk mengecek keadaan anak-anak panti, bertanya pada kami apa saja yang mungkin kami butuhkan dan hal lainnya.

Perwakilan perusahaan biasanya terdiri dari 2 sampai 3 orang pekerja yang sudah kukenal betul wajah mereka. Namun anehnya, kali ini yang datang justru seorang wanita berusia 30 tahunan, dan hari itu adalah kali pertama aku melihat sosoknya. Bunda yang bekerja di panti bilang jika wanita itu ada istri Si Konglomerat.

Aku masih ingat dengan jelas gaun merah darah dibalut blazer hitam mewah serta high heels yang dikenakannya hari itu. Ah, jangan lupakan juga lipstick merah dan parfum menyengat yang ia pakai.

Dia terlihat sangat cantik. Seperti penyihir di buku dongeng yang dulu pernah aku baca saat masih kecil.

Saat mereka tiba, istri pengusaha konglomerat itu langsung datang menemuiku. Dengan wajah dingin dan sorot matanya yang tajam, ia mengatakan sesuatu yang membuatku begitu terkejut. Sesuatu yang benar-benar tidak pernah terbayangkan olehku.

"Apa kau tahu, jika kau ini adalah anak haram suamiku?"

"Sampai sekarang aku masih heran, apa yang jalang itu lakukan sampai membuat suamiku tergoda."

"Jika kau punya rasa malu, hiduplah seperti mayat di sini."

"Ini bukan ancaman, aku hanya memberimu saran."

"Jangan pernah muncul di hadapan suamiku jika kau masih ingin hidup."

"Kau dibesarkan di sini, dan orang-orang yang bekerja di tempat ini adalah orang-orang terbaik. Aku yakin, kau cukup cerdas dan paham apa maksud dari ucapanku barusan."

"Tapi entahlah. Di dalam tubuhmu mengalir darah dari si jalang. Mungkin saja justru kau malah sama bejatnya dengan ibumu itu."

Wanita itu terlihat menyeringai sembari meraih sesuatu dari dalam tas tangan mewahnya. Ia memberikan sebuah buku bersampul tebal padaku. Kemudian membisikkan ini ke telingaku.

"Dia sangat mirip denganmu. Aku harap, kehidupanmu berakhir sama seperti dirinya. Ini hadiah dariku atas kelulusanmu kemarin."

Saat aku masih tenggelam dalam keterkejutanku, tiba-tiba saja seluruh tubuhku merasakan hawa panas yang begitu menyengat. Kulihat, baju yang tengah kupakai mulai terbakar api.

Tak berhenti sampai di situ, pemandangan di sekitar mendadak berubah warna menjadi orange kemerahan. Tempat ini menjelma menjadi neraka. Aku terjebak di dalam bangunan panti, seorang diri. Sama sekali tidak bisa keluar dari sana. Seseorang telah mengunciku di sini.

Tak ada seorang pun di tempat ini selain diriku sendiri.

Panas api mulai menyambar kulit. Panas dan pedih. Aku ingin berteriak minta tolong, tapi mau sebesar apapun usaha yang kulakukan, satu nada suara pun tidak pernah berhasil keluar.

Aku hanya bisa diam, meringkuk di pojokan ruangan. Dengan tangan yang kini memeluk erat buku pemberian wanita itu.

"..."

"Ougff..."

Koa membuka matanya lebar-lebar. Ia merasakan mual yang sangat hebat. Keringat dingin terlihat membasahi seluruh punggungnya. Sadar jika itu hanyalah sebuah mimpi, Koa meremas wajahnya sendiri sembari mengumpat lirih.

"Ah… Sialan!”

.....

Koa menerima tatapan sengit dari Madam Cleo setelah berita mengenai dirinya yang meminta pembatalan pertunangan pada Pangeran Nathaniel tersebar ke seluruh penjuru mansion Duke Dorian.

"Apa kau sudah gila Koa? Pembatalan pertunangan? Kau kira bertunangan dengan keluarga Kerajaan itu main-main?" Madam Cleo terus mengoceh sembari memotong kecil steak daging di hadapannya. Sementara itu, Duke Sander Dorian yang duduk tak jauh dari mereka belum berkomentar sama sekali.

"Duchess, aku telah menyadari kesalahanku dulu. Benar yang dikatakan Duke, pertunangan ini justru hanya akan menimbulkan masalah saja bagi dukedom," jelas Koa se-sopan mungkin.

"Hah! Kau? Sadar diri?" ucap Madam Cleo tertawa dengan ekspresi mengejek.

Sejak awal, pertunangan antara Lady Koa dan Pangeran Nathaniel memang tidak begitu saja disetujui oleh semua pihak. Salah satu pihak yang menolak pertunangan ini adalah Duke Sander Dorian sendiri. Alasan politik-lah yang melatar belakanginya.

Kerajaan Elinor saat ini tengah dalam kondisi yang paling kritis. Selain konflik dengan kerajaan-kerajaan tetangga, Kerajaan Elinor juga tengah mengalami konflik internal, yakni perebutan tahta untuk raja berikutnya.

Raja Alden sendiri memiliki 1 istri dan 3 selir. Dari Ratu, ia mendapatkan seorang putra dan seorang putri. Sementara dari para selirnya, masing-masing memiliki seorang putra dan beberapa putri. Dengan begitu, maka jumlah kandidat pewaris tahta sebanyak 4 pangeran dan seorang putri.

Anak perempuan dari para selir tidak dianggap sebagai kandidat pewaris tahta karena status mereka yang dinilai lebih rendah dari putra selir sendiri.

Jika kerajaan lain memilih pewaris selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, jenis kelamin dan status kebangsawanan si ibu, maka Kerajaan Elinor memiliki tradisi yang berbeda.

Aturan di kerajaan ini mengangkat raja berikutnya berdasarkan dukungan dan suara dari para fraksi bangsawan dan fraksi rakyat. Hal itu didasarkan pada pendapat leluhur yang menyatakan jika di masa depan pada saat raja tersebut memimpin, para bangsawan dan rakyatnya lah yang akan membantunya untuk mengurus dan membangun kerajaan ini. Oleh karena itu suara dari mereka sangat penting.

Fraksi bangsawan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni fraksi kerajaan, fraksi bangsawan tinggi dan fraksi netral. Sementara fraksi bangsawan rendah bergabung menjadi satu bersama fraksi rakyat.

Tentu saja, suara dari masing-masing fraksi tersebut memiliki nilai yang berbeda. Fraksi kerjaan sendiri adalah fraksi dengan nilai suara tertinggi. Kemudian disusul oleh fraksi yang lain.

Dorian Dukedom dan Leander Dukedom merupakan anggota dari fraksi netral. Semenjak dulu, kedua dukedom ini memang berusaha untuk tidak ikut campur tangan dengan masalah internal kerajaan. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas kekuatan di pemerintahan Kerajaan Elinor agar tidak berat sebelah. Tugas mereka yang sebenarnya adalah sebagai pengawas jalannya pemerintahan.

Namun jika suatu hari kedua dukedom tersebut berpihak pada salah satu calon pewaris tahta, maka itu akan menjadi keuntungan besar bagi calon tersebut. Pasalnya, nilai suara dari kedua dukedom ini sama besarnya dengan fraksi kerajaan. Hal ini dikarenakan keistimewaan yang Dorian dan Leander dapatkan dari raja terdahulu. 

Kembali pada Madam Cleo. Bagi wanita tersebut, pertunangan Lady Koa dan Pangeran Nathaniel itu sangatlah penting. Tidak seperti suaminya yang mempertimbangkan alasan politik, ia lebih memikirkan reputasi keluarganya di kalangan sosialita bangsawan.

Setelah drama perselingkuhan antara suaminya dan seorang maid tersebar, skandal tersebut membuat reputasinya di kalangan bangsawan tercoreng. Madam Cleo yang dulunya adalah bunga sosialita justru sekarang berubah menjadi bahan gosip miring bangsawan lain. Tak hanya bangsawan saja, rakyat jelata yang statusnya jauh di bawah dirinya pun ikut menggunjingnya.

Saking malunya, Madam Cleo bahkan sampai vakum menghadiri pertemuan rutin, pesta dan acara minum teh bangsawan. Ia mengurung diri di kamar dan memutus hubungan dengan dunia luar selama hampir 5 tahun. Baru belakangan ini ia mulai aktif kembali, lebih tepatnya setelah resminya pertunangan antara Lady Koa dan Pangeran Nathaniel. Menurut Madam Cleo, berbesan dengan Keluarga Kerajaan akan memperbaiki sedikit demi sedikit citranya yang sudah hancur.

"Kenapa tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pertunanganmu dengan Pangeran Nathaniel, Koa?" tanya Duke Sander akhirnya membuka suara. Ia mengambil gelas wine miliknya, kemudian menyesap isinya perlahan. "Padahal dulu saat kularang, kau begitu keras kepala."

Koa tersenyum tipis. "Duke, maafkan sikapku yang dulu begitu egois. Aku hanya baru menyadari belakangan ini jika pilihanmu untukku adalah yang terbaik," jawab Koa berubah sendu.

"Ck," Madam Cleo hanya bisa berdecak sebal.

"Pembatalan pertunangan dengan Keluarga Kerajaan bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya persetujuan dariku saja, tetapi juga dari raja." Jelas Duke Sander. "Kau siap dengan itu?"

Madam Cleo menatap suaminya dengan sorot mata jengkel. Lagi-lagi duke membela anak haramnya. "Koa, sebaiknya pikirkan lagi keputusanmu. Kau harus mempertimbangkan juga reaksi dari rakyat," seru Madam Cleo.

"Tentu saja Duchess," jawab Koa sembari memaksakan diri untuk tersenyum.

.....

Setelah makan malam Keluarga Duke Sander Dorian selesai, Koa segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Di balik wajahnya yang begitu tenang, otaknya tengah bekerja keras memikirkan cara cepat dan tepat untuk memutuskan hubungan dengan Pangeran Nathaniel.

Koa merebahkan dirinya ke atas ranjang. Duke Sander jelas akan mendukung keputusanku. Mengingat sejak awal ia sudah menolak pertunangan ini. Gadis itu mendadak bangun dan berjalan ke arah meja rias.

Ia membuka laci dan mengambil sebuah buku catatan dari dalam sana. Bagaimana caraku meyakinkan raja agar mau menyetujui permohonanku ini? Kemungkinan besar, raja akan menolaknya karena pertunangan ini sudah diumumkan kepada rakyat. Belum lagi dengan Nathaniel yang mungkin saja sudah mempengaruhi Raja untuk tidak setuju dengan keputusanku.

"Salah satu cara untuk bisa lepas dari pertunangan ini adalah menikah dengan orang lain. Seseorang yang memiliki status kebangsawanan yang setara dengan pangeran dan memiliki kekuatan politik yang kuat pula," ujar Koa bicara sendiri.

Lady Koa adalah satu-satunya putri duke di Kerajaan Elinor sekarang. Menurut aturan kerajaan, para perempuan bangsawan dilarang menikah dengan laki-laki yang statusnya lebih rendah darinya. Karena itu, pilihan calon yang ada di kerajaan ini bagi Lady Koa tersisa para pengeran dan para duke.

"Aku tidak mungkin menikahi pangeran yang lain. Sudah kubulatkan tekad untuk tidak lagi berurusan dengan Keluarga Kerajaan dan terseret dalam konflik istana. Pilihan terakhirku adalah para duke," ucap Koa sembari mencorat-coret lembar kertas di buku catatannya itu.

"Elinor memiliki 4 dukedom, yakni Adler Dukedom di utara, Dorian Dukedom di selatan, Leander Dukedom di barat dan Daciana Dukedom di timur. Duke yang memimpin Dorian adalah ayahku sendiri, jadi tidak mungkin." Ucap Koa kembali mencoret catatannya.

"Duke yang memimpin Adler Dukedom merupakan keluarga kerabat dekat ratu, jadi tidak mungkin." Koa mencoret lagi dan mulai frustrasi.

"Lalu, Daciana Dukedom." Koa menjeda sembari mengingat-ingat kembali isi novelnya. "Hm… bukankah anak-anak Duke Daciana masih kecil, jadi tidak mungkin. Atau Duke Daciana sendiri? Tidak-tidak, aku tidak mau menjadi istri ke-tiganya," ucap Koa dengan wajah ngeri. "Berarti tinggal Leander Dukedom yang tersisa."

Koa menutup buku catatannya dan diam untuk beberapa saat. Kepalanya mendadak pening kembali. Sepertinya ia sudah terlalu berlebihan dalam menggunakan otaknya malam ini. Mengingat Lady Koa yang dulu tidak pernah menggunakannya untuk berpikir.

Mengenai Duke Leander, Koa sendiri masih awam dengan sosok ini. Selain bukan karakter utama, Duke Leander juga jarang muncul di dalam novel. Di bab awal novel, Duke Leander diceritakan bersahabat dengan Duke Dorian karena keduanya sama-sama berasal dari fraksi netral. Selebihnya hanyalah kisah tentang jasanya yang membantu Elinor mempertahankan diri dari serbuan penjajah. Duke Leander adalah seorang pahlawan perang.

"Jangan-jangan pria itu seumuran dengan Duke Dorian," ujar Koa cemas.

.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status