Share

3. Pangeran pertama

.....

Hari ini Koa tidak bisa berdiam diri di rumah seperti biasanya. Ia terpaksa keluar bersama Madam Cleo untuk membeli beberapa gaun pesta yang akan mereka kenakan di acara Debuntante Ball Putri Zehra. Hari ini tujuan mereka adalah Dorian Plaza yang letaknya berada di pusat kota.

"Duchess, kenapa Anda mau repot-repot membantu saya untuk mencari gaun?" tanya Koa sembari membenarkan sarung tangan kulitnya yang terasa longgar.

Madam Cleo nampak terkejut dengan pertanyaan yang diajukan putri angkatnya itu. Ia merasa sedikit heran. Selama ini, sosok Koa yang ia kenal tidak pernah sekalipun berani mengajaknya berbincang. Biasanya gadis itu hanya diam dan baru menggerakkan bibirnya jika ditanya.

"Tentu saja karena terpaksa. Jika bukan Lord Sander yang meminta, malas sekali aku pergi denganmu," jawab Madam Cleo jujur dengan nada sengit.

Koa tersenyum sekilas mendengar jawaban tersebut.

Hubungan Lady Koa dan Madam Cleo bisa dikatakan tidak harmonis. Jika tengah berada di hadapan publik, mereka berdua akan bersikap layaknya ibu dan anak yang menyayangi satu sama lain. Namun pemandangan berbeda akan terlihat di mansion. Untuk saling menyapa saja, hanya bisa terjadi jika ada Duke Sander di sekitar mereka.

Madam Cleo sangat peduli dengan pendapat orang-orang. Image-nya sebagai wanita bangsawan berstrata tinggi sekaligus istri dari Duke Dorian yang sangat dihormati rakyat bahkan raja sendiri – memaksanya untuk menjaga sikap di hadapan publik. Madam tidak ingin orang-orang tahu kondisi rumah tangganya yang sebenarnya. Atau pun fakta mengenai dirinya yang mandul dan Koa bukanlah anak kandungnya.

.....

Kereta kuda berlambang Whale emas itu membawa dua wanita cantik kesayangan Duke Dorian memasuki jalan kawasan elit di ibu kota Dorian Dukedom. Tempat ini nampak ramai dipadati oleh bangsawan-bangsawan menengah atas.

Seorang ksatria Dorian Dukedom mengetuk sopan pintu kereta yang mereka naiki. "Duchess, kita sudah sampai," seru ksatria itu dari luar.

Madam Cleo dan Lady Koa serentak melihat ke arah luar jendela.

Benar saja, mereka sudah sampai di depan Dorian Plaza. Salah satu kawasan pertokoan elit terbesar di Kerajaan Elinor yang menjual barang-barang mewah milik lokal berkualitas tinggi dan produk-produk impor langka dari luar kerajaan.

Madam Cleo dan Lady Koa keluar dari kereta secara bergantian, dibantu kstaria Dorian Dukedom tadi. "Terima kasih Sir Ethan," ucap Madam Cleo sembari tersenyum ramah.

Pipi Sir Ethan terlihat bersemu merah. "Kembali kasih Duchess."

Koa hanya mengamati interaksi di antara keduanya dalam diam.

Dipimpin oleh Madam Cleo, rombongan dari Dorian Dukedom yang terdiri dari beberapa maid, pelayan laki-laki dan ksatria itu berjalan masuk ke area dalam plaza. Di kiri kanan mereka, dari jauh nampak orang-orang memandang dengan tatapan kagum. Madam Cleo dan Lady Koa – kecantikan sang bunga bangsawan memang tidak perlu diragukan lagi.

Sebelum menikah dengan Duke Sander Dorian, Madam Cleo adalah ratu sosialita yang sangat dikagumi oleh para perempuan bangsawan yang lain. Kecantikannya yang bak malaikat itu bahkan sampai membuat Ratu Zelda cemburu. Hal ini disebabkan karena suami ratu, yakni Raja Alden dulu pernah jatuh cinta pada Madam Cleo. Namun sayang, cinta itu terpaksa kandas karena Madam Cleo sudah lebih dulu dijodohkan dengan Duke Sander Dorian.

Ayah Madam Cleo, Marquess Austin merupakan vasal (bawahan) keluarga Duke Dorian. Kedua keluarga ini sudah menjalin hubungan erat semenjak Dorian Dukedom membantu rakyat di wilayah pemerintahan Marquess Austin yang menderita akibat kelaparan setelah bencana kekeringan berkepanjangan yang melanda wilayah tersebut. Jadi tidak heran jika Marquess Austin lebih memilih Duke Sander Dorian dibandingkan raja yang saat itu masih berstatus pangeran mahkota.

.....

Koa nampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa pusing dan penglihatannya mulai berkunang-kunang. Tenaganya terkuras habis setelah seharian memaksakan diri untuk berjalan mengikuti Madam Cleo menyambangi setiap butik yang ada di Dorian Plaza.

"Lady, Anda baik-baik saja?" tanya Sir Ethan yang lebih dulu menyadari jika Koa kelelahan.

Koa menyeka dahinya yang berkeringat dingin. "Aku baik-baik saja," jawab Koa berbohong.

Ah sial. Sepertinya gula darahku turun. Selama menjadi Koa, aku tidak pernah bekerja karena kegiatanku sehari-hari hanyalah tidur dan makan saja. Tidak kusangka jika tubuh gadis ini begitu lemah.

Orang-orang mulai menyadari keadaan Lady Koa yang tidak baik-baik saja. Begitu pula dengan Madam Cleo.

Tak ingin disalahkan karena sudah membuat Lady Koa kelelahan, Madam Cleo segera mengambil tindakan. "Sir Ethan, tolong antarkan Koa ke kafe yang ada di seberang jalan sana. Aku dengar teh dan kue yang mereka jual sangat enak. Biarkan Koa beristirahat di tempat itu sembari menungguku selesai berbelanja," seru Madam Cleo pada Sir Ethan.

Sir Ethan menganggukkan kepalanya paham. "Baik Duchess."

"Terima kasih Duchess," ujar Koa sembari tersenyum lemas.

Bersama seorang maid dan dua ksatria, Koa berjalan memisahkan diri dari rombongan Madam Cleo. Sesuai perintah dari ibu angkatnya itu, Koa diantarakan oleh Sir Ethan menuju kafe yang Madam Cleo maksud.

Lonceng kecil yang terpasang di atas pintu berdenting nyaring ketika Sir Ethan membukakan pintu untuk Lady Koa. Kedatangan mereka sukses menarik perhatian seluruh pengunjung di kafe tersebut.

Kafe dengan nama La Pallate yang cukup terkenal di kawasan elit Dorian Dukedom terlihat tidak terlalu ramai siang itu. Hanya ada beberapa gadis bangsawan yang tengah berbincang-bincang santai sembari menikmati minuman teh mereka.

"Bukankah itu Lady Koa Dorian?"

"Kau benar."

"Wah! Dia benar-benar cantik, seperti kata orang-orang."

"Tapi aku dengar, dia idiot."

"Hahaha... Kau serius?"

"Ternyata memang benar ya. Jika laki-laki itu jatuh cinta hanya pada fisik perempuan."

"Jika saja dia bukan putri seorang duke, aku rasa Pangeran Nathaniel tidak akan mau bertunangan dengannya."

Elena, maid yang ikut bersama Koa terlihat gelisah. Ia khawatir jika nona yang dilayaninya ini mendengar ucapan dari para gadis bangsawasan itu. "L-lady Koa. Sebaiknya Anda tidak perlu dengarkan omongan tidak berdasar mereka," seru Elena hati-hati.

Koa tersenyum tipis. Tidak begitu terkejut dengan kenyataan ini.

"KAU TIDAK PERLU KHAWATIR ELENA. MEREKA HANYA GADIS PENGECUT YANG BAHKAN TIDAK BERANI BICARA LANGSUNG DI HADAPANKU," seru Koa, berhasil membuat orang-orang yang berada di kafe itu melihat ke arahnya.

"L-lady!" seru Elena bertambah panik.

Senyum di wajah Koa mendadak berubah menjadi seringaian.

Koa berjalan anggun menuju meja yang telah dipesankan Sir Ethan untuknya. Namun ia berhenti saat melewati meja tempat para gadis bangsawan tersebut bergosip dan mengejeknya tadi.

"Dibandingkan membuang waktu hanya untuk meminum secangkir teh dan membicarakan orang lain, bukankah lebih baik menghabiskan waktu luang kalian pergi ke perpustakaan untuk membaca buku supaya lebih pintar?" sindir Koa tanpa melihat ke arah mereka.

Para gadis bangsawan tersebut dengan cepat menundukan kepala –  merasa malu. Mereka tidak berani membalas ucapan Lady Koa yang statusnya lebih tinggi dibandingkan mereka.

"Dan satu lagi. Lady yang cerdas pasti akan malas mencampuri urusan orang lain. Mereka sibuk belajar dan mengembangkan karir," tambah Koa sembari melirik sinis ke arah mereka. "Jadi, di sini kita bisa tahukan siapa yang lebih cocok disebut dengan idiot," lanjutnya sarkas.

Sir Ethan berusaha keras menahan tawanya saat mendengar ucapan Lady Koa yang begitu blak-blakan itu.

"Maafkan kami Lady Dorian," ucap salah seorang dari mereka. Wajahnya terlihat begitu merah, seperti orang yang kehabisan napas.

Koa malas menanggapi dan mengabaikan permintaan maaf dari gadis itu. Ia sengaja memberikan pelajaran langsung pada mereka agar para gadis bangsawan itu tahu diri dan tidak main-main dengannya di masa depan.

Merasa puas, Koa akhirnya memilih untuk pergi. Meninggalkan para gadis bangsawan tersebut dalam keadaan gelisah. Was-was dengan hukuman yang mungkin akan mereka terima karena sudah berani menganggu putri dari Duke Dorian.

Ketegangan yang dirasakan orang-orang pecah saat pintu kafe La Pallate yang mendadak kembali terbuka. Bunyi lonceng yang berdenting terdengar bersamaan dengan masuknya pelanggan baru ke dalam tempat ini.

Menyadari siapa yang datang, orang-orang mendadak berubah ramai.

"Bukankah itu Pangeran Zielle?" seru Sir Ethan terkejut.

Semua orang yang berada di dalam kafe tersebut serentak membungkukkan badan, memberi hormat kepada salah satu anggota keluarga Kerajaan Elinor. Mau tidak mau, Koa pun harus melakukan hal yang sama.

Zielle? Sebentar...

Bukankah itu nama dari pangeran pertama, putra tertua Ratu Zelda?

Koa mencuri pandang kepada pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya itu.

Zielle Lysander Elinor merupakan saudara tiri beda ibu dari Pangeran Nathaniel. Di dalam novel, Pangeran Zielle digambarkan sebagai sosok yang bijaksana dan penuh wibawa. Sangat cocok untuk dijadikan raja. Namun sayang, karena sifatnya yang terlalu lembut itu, Raja Alden malah menjadi ragu. Ia takut jika Pangeran Zielle justru akan dimanfaatkan oleh bangsawan-bangsawan lain karena sifatnya itu. Akibatnya, ia kalah dalam pemilihan putra mahkota walaupun Zielle sendiri adalah anak dari seorang ratu.

Apa dia benar-benar Pangeran Zielle? batin Koa ragu.

Tidak seperti yang tertulis di dalam novel. Sosok Pangeran Zielle yang Koa temui sekarang benar-benar berbeda dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Saking berbedanya, Koa tidak akan terkejut jika ada seseorang yang mengatakan jika sosok pangeran yang ia lihat sekarang adalah orang asing yang tengah menyamar.

Di mata Koa, Zielle yang ini justru terlihat seperti pria brengsek yang suka bermain wanita, dibandingkan sebagai sosok pangeran yang bijaksana dan rendah hati. Lihat saja kedua lengan pria itu, nampak bergelantungan wanita-wanita cantik dengan riasan mencolok layaknya seorang wanita penghibur.

Zielle sepertinya menyadari keberadaan Koa. Ia memandang gadis itu lama dengan sorot mata yang berbeda.

Tidak ada angin atau pun hujan, Pangeran Zielle tiba-tiba mengedipkan sebelah matanya pada Lady Koa. Jangan lupakan senyum menggoda yang kini tersungging di wajah tampan pria itu.

Kejadian tidak terduga itu membuat bulu kuduk di sekujur tubuh Koa meremang. Ia bahkan sampai memalingkan wajah ke arah lain karena saking terkejutnya.

Dia terlihat seperti seorang philanderer kelas kakap, batin Koa sudah tidak tahan lagi untuk kabur dari tempat itu.

.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status