Share

5. Politik kerajaan

.....

"Lord Sander, surat untuk Anda."

Philip, Kepala Pelayan di kediaman Duke Dorian meletakkan nampan berisi sepucuk surat di atas meja kerja sang duke.

"Kapan surat ini datang?" tanya Duke Sander sembari membuka segel surat menggunakan pisau lipat kecil.

"Siang ini, Lord."

Duke Sander Dorian mengangguk paham. Dibentangkannya lipatan kertas yang merupakan isi dari surat tersebut. Dahinya nampak berkerut saat mengetahui pesan yang tertulis di dalamnya.

"Cleo dan Koa. Apakah mereka sudah kembali ke mansion?" tanya Duke Sander mencari dua perempuan kesayangannya itu.

"Mereka sudah tiba semenjak sore, Lord Sander." Jawab Philip.

"Ah, begitu."

Duke Sander melanjutkan pekerjaannya, namun tidak ada satu menit ia kembali beristirahat. Ia menoleh ke arah Philip yang masih bertahan di ruang kerjanya. Merasa ganjil karena biasanya Philip akan langsung pergi jika urusannya sudah selesai.

"Masih ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Duke Sander lagi.

Philip terlihat bimbang. Namun ia membulatkan tekad untuk menyampaikan berita ini.

"Saya mendapatkan laporan dari Elena, salah seorang maid yang melayani Madam Cleo," ucap Philip sejenak ragu.

Duke Sander menganggukkan kepala, "teruskan."

"Lady Koa bertemu dengan Pangeran Pertama siang ini di salah satu kafe yang berada di Dorian Plaza."

Duke Sander sontak menegakkan tubuhnya saat mendengar nama Pangeran Pertama disebutkan. "Aku tidak tahu jika putriku berteman dengan Pangeran Zielle," cemas Duke Sander. "Apa yang mereka bicarakan?" tanya Duke Sander was-was.

"Mengenai hal itu, maafkan saya Lord. Elena mengatakan jika ia tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka sebab Lady Koa memerintahkannya untuk menjauh," jelas Philip.

.....

Saat Elena dan maid yang lain tengah sibuk menata gaun yang baru saja aku beli siang tadi, tanpa mereka sadari aku ikut memperhatikan kegiatan mereka. Aku diam-diam mengintip untuk mengetahui benda apa saja yang tersimpan di dalam lemari Lady Koa.

Saat pintu lemari penyimpanan dibuka, mataku langsung disuguhi kilauan gaun cantik nan mewah yang tersimpan rapi di dalam sana. Jangan lupakan juga puluhan kotak perhiasan yang sepertinya belum pernah dipakai karena terlihat masih tersegel.

Ini kali pertamaku melihat isi lemari milik Lady Koa, karena selama ini para maid-lah yang mempersiapkan pakaianku. Mereka yang mengambilkan, menata dan merapikan semua barang yang aku pakai.

Jadi wajar sekali jika aku tidak tahu.

Awalnya aku kira Madam Cleo mengajakku berbelanja karena memang sudah tidak ada lagi gaun yang bisa aku pakai di acara Putri Zehra nanti. Tapi ternyata dugaanku salah. Bisa dilihat dengan jelas pada gaun-gaun yang ada di hadapanku sekarang. Aku yakin sekali jika mereka jarang dipakai. Bahkan mungkin kebanyakan dari mereka belum pernah disentuh sama sekali oleh Lady Koa.

"Lady? Apakah ada masalah?" tanya Elena padaku.

Sepertinya ia merasa heran karena sudah setengah jam lebih aku terus memperhatikan mereka dalam diam. "Elena, hari ini aku menghabiskan berapa banyak uang untuk berbelanja?"

"Tidak banyak Lady. Hanya sekitar 30 koin saja," jawab Elena mengira-ngira.

30 koin? Ah benar. Di novel ini mereka menggunakan mata uang yang berbeda. "Aku tidak menyangka 2 gaun itu seharga 30 koin perak," ujarku tidak percaya.

Para maid yang sibuk bekerja terlihat terkejut setelah mendengar ucapanku barusan. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang sampai menjeda kegiatan mereka.

"L-lady! Bukan perak, tapi emas." Koreksi Elena yang didukung para maid yang lain.

Aku mengerjakan mata beberapa kali. Tengah memproses kata-kata yang baru saja Elena ucapkan. "Kau bercanda? 30 koin emas hanya untuk 2 gaun?" seruku tidak percaya yang seketika membuat para maid itu terkejut dan melihat satu sama lain dalam kebingungan.

Jika tidak salah, satu karung beras seberat 50 kg harganya 1 koin perak. Untuk 1 koin emas sendiri nilainya sama dengan 10 koin perak.

B-berarti 2 gaun itu seharga 50.000 kg beras?

Orang gila mana yang berani menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk 2 buah gaun?!

"..."

Ah benar. Itu aku.

Otakku mendadak berhenti berfungsi untuk beberapa saat.

"Lady.. Kepala Pelayan datang mencari Anda," seru Elena tiba-tiba.

Tumben sekali orang itu datang kemari. Tak ingin terlihat berantakan, segera kurapikan pakaianku dan mempersiapkan diri. "Biarkan dia masuk."

Elena mengangguk paham, kemudian dengan cepat membukakan pintu.

"Lady Koa. Apakah Anda sedang sibuk?" tanya Philip sembari melirik para maid yang tengah melanjutkan pekerjaannya - merapikan perhiasan yang siang tadi Madam Cleo belikan untukku.

Aku melambaikan tangan. "Tidak-tidak. Sir Philip, kau perlu sesuatu dariku?"

Pria itu nampak tidak nyaman. "Anda tidak perlu memanggil saya seperti itu. Cukup dengan Philip saja," lurus pria yang sudah bekerja di kediaman duke selama lebih dari 20 tahun itu.

"Haha.. Baiklah Sir-- Ah, maksudku Philip."

Philip terlihat puas. Ia senang dengan panggilan barunya.

"His Grace, Duke Sander meminta Lady untuk datang menemui beliau di ruang kerjanya," seru Philip padaku.

"Kenapa tiba-tiba?" tanyaku heran. Jarang sekali Lady Koa dan Duke Sander berbincang hanya berdua saja. Pasti ada masalah serius.

"Sebaiknya Lady tanyakan langsung pada Lord Sander," saran Philip padaku.

.....

Setelah mengganti pakaian dan menata kembali riasan di wajah, Philip mengantarkanku menuju ruang kerja Duke Sander Dorian, ayah dari Lady Koa. Setibanya kami di tujuan, pria itu segera membukakan pintu untukku.

"Lord Sander," panggil Philip dengan sikap hormat. Nampak Duke Sander yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaan kantornya.

Duke Sander mengangkat kepalanya. Kulihat wajahnya yang nampak begitu lelah. Aku yakin jika Duke Sander sangat letih dengan pekerjaannya.

Seusai mengantarkanku, Philip langsung pamit dan meninggalkan kami berdua.

Ayah dari Lady Koa mempersilahkanku untuk duduk. Tanpa membuang waktu, saat itu juga aku segera mendaratkan pantatku di atas sofa.

Duke tak langsung bicara. Sepertinya ia ingin menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu sebelum melanjutkan urusannya denganku. Ia kembali ke meja kerjanya, sementara aku tetap bertahan di tempatku sekarang.

"..."

Jujur, ini benar-benar canggung.

Duke Sander Dorian adalah seorang pria bangsawan yang sekarang sudah menginjak kepala empat. Beliau menikah dengan Madam Cleo saat umurnya baru 20 tahun. Di dunia ini, anak-anak dianggap sudah dewasa dan legal untuk menikah saat mereka memasuki usia 18 tahun.

Madam Cleo sendiri usianya lebih tua 5 tahun darinya.

Di novel, Duke Sander Dorian digambarkan sebagai sosok yang dingin, keras dan tegas. Namun di momen-momen tertentu, ia bisa berubah menjadi sosok pria yang lembut dan hangat. Di muka umum, ia terbiasa bersikap tidak peduli. Padahal aslinya ia sangat peduli.

Sikap inilah yang membuat Madam Cleo jatuh cinta padanya. Pesona dari Duke Sander Dorian bahkan membuat Madam Cleo rela menolak lamaran dari puluhan pria bangsawan lain dan memilih menunggu Duke Sander mencapai usia legalnya untuk menikah.

Jika saja Duke Sander tidak berselingkuh dengan maid itu, dia akan menjadi karakter favoritku di novel ini.

Mengingat kembali alur novel ini, pernah suatu hari aku membaca sebuah postingan di internet mengenai kisah tersembunyi di dalam novel ini. Seseorang pernah menuliskan sebuah komentar panjang berisi fakta jika sebenarnya Duke Sander tidak pernah benar-benar menyelingkuhi Madam Cleo.

Duke Sander telah dijebak seseorang. Orang itu mendasarkan komentarnya pada informasi yang ia peroleh dari akun sosial media pribadi si penulis novel.

Namun entahlah. Aku sendiri juga tidak bisa memastikan kebenarannya. Komentar itu segera dihapus oleh sang penulis setelah terjadi keributan di situs penggemar novel ini.

"Maaf membuatmu menunggu lama Koa," seru Duke Sander tiba-tiba. Ia berhasil membuatku tersentak kaget.

Duke Sander duduk di sofa yang berhadapan denganku. Sebelum kami memulai obrolan, seorang maid mengetuk pintu ruangan ini dan masuk mengantarkan teh untuk kami berdua. Maid tersebut langsung pergi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Aku akan langsung saja ke intinya," ucap Duke Sander seusai menyesap pelan teh miliknya. "Koa, apakah alasanmu membatalkan pertunanganmu dengan Pangeran Nathaniel dikarenakan Pangeran Zielle?"

"..."

"Kau jatuh cinta pada Pangeran Zielle?"

"Uhuk..."

Aku tersedak ludahku sendiri.

Apa-apaan ini. Bagaimana bisa Duke Sander berasumsi hal yang sangat tidak masuk akal. Padahal Duke Sander sendiri tahu jika putrinya belum pernah sekalipun bertemu dengan Pangeran Zielle sebelumnya.

Tapi, tunggu sebentar.

Darimana Duke Sander tahu jika aku baru saja bertemu dengan Pangeran Zielle? Siapa yang memberitahunya?

"Jadi itu benar?"

"Salah!"

"Koa?"

"M-maksudku itu tidak benar ayah."

Akan sangat berbahaya jika sampai Duke Sander menganggapku main-main dalam masalah ini. Bisa-bisa ia menarik keputusannya untuk mendukungku. Ia akan mengira jika keinginanku untuk berpisah dengan Nathaniel hanya karena kisah cinta sesaatku dengan pria lain. Seperti seorang gadis yang baru saja mengalami masa pubertas.

Mendadak, terlintas ide baru di kepalaku. Tapi bukan. Aku tidak bisa menganggap ini ide baru juga, karena memang sudah terpikirkan olehku sejak lama. Mungkin saja Duke Sander bisa membantuku untuk merealisasikannya.

“Ayah, kau pernah bilang jika pembatalan pertunangan ini akan sulit karena aku harus meminta ijin terlebih dahulu dari raja, bukan.”

“Iya.. lalu?”

“Karena itu, aku berencana untuk mencari pasanganku sendiri.”

Duke Sander terlihat menaikkan sebelah alisnya. Mungkin ideku ini terdengar konyol menurutnya. “Kau sudah memikirkan siapa calonnya. Mungkin aku bisa membantumu untuk bertemu dengannya,” Duke Sander menawarkan bantuan sembari menyesap kembali teh miliknya.

Aku anggap ini sebagai lampu hijau dari Duke Sander – tanda jika ia akan turun tangan menangani kasus putrinya. “Duke Leander, apakah dia masih laj—

Belum juga aku selesai bicara, suara pecahan cangkir yang tiba-tiba jatuh dari tangan Duke Sander berhasil membuatku terdiam. Detik berikutnya, Philip dan beberapa maid yang lain meringsek masuk ke dalam ruangan dengan wajah panik.

“Lord! Anda baik-baik saja?” Tanya Philip begitu khawatir. Ia segera memeriksa sekitar, mencari sumber masalahnya. Namun ia tidak menemukan siapapun kecuali dua majikannya itu.

Sementara aku mematung karena masih terkejut, Duke Dorian terlihat bertingkah aneh dan hilang fokus beberapa kali ketika Philip memberikannya pertanyaan.

“Kalian keluarlah dulu. Aku ingin membicarakan hal penting dengan putriku,” perintah Duke Sander pada yang lain.

Walaupun mereka terlihat tidak yakin, Philip dan para maid itu terpaksa meninggalkan ruangan.

Kembali pada Duke Sander sendiri. Pria itu terlihat sudah lebih dari tiga kali menghela napas panjang. Tangannya mengusap wajahnya kasar dan ia nampak sangat gelisah.

“Ayah?” panggilku sedikit ragu.

Duke Sander menoleh ke arahku. Tak berselang lama, mendadak ia bangkit dan berjalan menuju meja kerjanya. Ia meraih selebar kertas dan memberikan benda itu padaku. Ia menggerakkan matanya, memintaku untuk membaca tulisan di dalam kertas tersebut.

“Itu adalah surat yang dikirimkan oleh Duke Leander siang ini padaku. Saat pesta Debuntante di istana besok, raja berniat mengumumkan rencana pertunangannya dengan Putri Zehra.”

“Ini?” seruku terkejut.

Duke Sander kembali duduk di hadapanku dan menatapku serius. “Jika kau memilih Duke Leander, itu artinya kau harus bersiap berhadapan dengan Putri Zehra,” jelas Duke Sander.

Ini benar-benar di luar dugaan. Aku tidak menyangka jika Putri Zehra juga mengincar Duke Leander.

…..

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muhamadsolikun
menyakitkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status