Accueil / Rumah Tangga / RAHASIA BAPAK MERTUA / LAPORAN DIABAIKAN SUAMI

Share

LAPORAN DIABAIKAN SUAMI

Auteur: HANDA
last update Dernière mise à jour: 2024-03-21 09:41:08

"Suara apa itu ya?" Dengkus Jihan dalam hati.

Jihan membulatkan tekad untuk mencari tahu asal mula suara tersebut.

"Ekhem." 

Wanita yang sudah memakai hijab pashmina instan itu berdeham kencang. Langkahnya melaju semakin cepat melintasi ruangan kamar tersebut.

Bersamaan langkahnya itu, selintas Jihan melihat panorama bapak mertuanya yang ternyata sedang menyudut di tembok kamar tersebut.

'Sedang apa dia?' batin jihan terus saja bergemuruh. Banyak hal yang ia ingin ketahui dari mertuanya yang misterius itu. 

Dengan pandangan memusat, Jihan semakin melihat Sugiono mengangkatkan kepalanya, sambil menutup matanya erat. 

Pandangan Jihan pun mulai turun, menatap kencang ke arah bagian sel4ngk4ng4n mertuanya itu. Semuanya tampak sama namun Jihan menganggap kalau bapaknya itu sedang mengapit sesuatu di area tersebut.

"Astaghfirullahaladzim, apa yang sedang bapak lakukan?"

Pertanyaan aneh dari benak Jihan pun semakin membukit. Jihan tak tahu harus meluncurkan pertanyaan kepada siapa, yang jelas dia sengaja mengumpulkan semua pertanyaan tersebut di dalam hati dan pikirannya saja.

Detik itu Jihan hanya bisa menggelengkan kepala, Tak habis pikir dengan jalan otak dari mertuanya tersebut.

***

Malam hari sudah datang, itu tandanya adzrin akan pulang. Setelah seharian bercutat di dalam kegiatannya, jelas sekali kalau Jihan menunggu waktu itu tiba.

Ketukan pintu terdengar di telinga Jihan hingga ia terperanjat bangun dari ranjangnya. 

Tak bisa dipungkiri lagi pastilah tamu dibalik pintu itu adalah suaminya. Karena setiap jam tepat 19.00 Azlin akan pulang sesuai dengan jadwal.

"Akhirnya Mas pulang juga. Aku nggak sabar menunggu Mas pulang. Bagaimana pekerjaan Mas lancarkan?" tanya Jihan yang kerap membuka jaket suaminya selagi Azlin meredakan kelelahannya.

"Kerjaan baik. Emangnya kenapa kamu nungguin segitunya? Kangen, ya?" goda Azlin menurunkan satu persatu tangannya dari jaket yang ditarik oleh Jihan. 

Azlin pun menghempaskan tubuhnya di atas sebuah kursi tunggal di kamarnya. Dua tangannya menyiku disimpan di bahu kursi itu. 

Rasanya hal yang paling nyaman adalah duduk di kursi empuk samping ranjangnya itu. Dia bisa menaikkan kedua kakinya, dan merasakan pijatan-pijatan kecil dari sang istri.

"Idih Mas Geer deh. Aku nungguin mas dari tadi, karena ada hal yang ingin aku bicarakan. Jangan nyangkut-nyangkut sama kangen," ucap Jihan panjang lebar. "Tapi, kangen juga bisa jadi," lanjutnya dengan suara volume disempitkan.

Senyum mengembang terbuka dari bibir suaminya. Pria yang tinggal mengenakan sehelai kaus itu, menunggu lanjutan cerita dari istrinya yang tertahan. Seharian ditinggal kerja, membuat Azlin rindu dengan celetukan-celetukan sang istri polos itu.

"Jadi apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Azlin menangkap tangan lembut Jihan. Jari jemari Jihan yang tadi menari di atas betis Azlin itu, berpindah ke atas bahu.

Gerakan yang sama dilakukan oleh Jihan namun ditempatkan pada tempat yang berbeda.

Dengan mata sayu, Azlin terlihat menikmati pijatan dari sang istri.

"Tahu nggak sih Mas, beberapa hari ini Aku merasa nggak enak hati sama bapak."

"Bapak? Emangnya ada apa dengan bapak?" Tanya Azlin heran dengan topik utamanya.

Percakapan keduanya mulai serius hingga Jihan pun menghentikan gerakan tangannya, dan duduk di seberang Azlin, tepatnya di bibir ranjang.

"Mas, aku benar-benar risih dengan tingkah bapakmu itu. Ada aja tingkahnya yang membuat aku geli. Mulai hari pertama tuh ya, bapak itu nyuruh aku menggantikan pamper," Adu Jihan dengan suara keluhnya. "Masa harus aku yang menggantikan pamper, Aku kan nggak kuasa kalau lihat onderdilnya kemana-mana. Gimana kalau nanti aku berdosa Mas?" celetuk Jihan membuat kening Azlin keriting.

"Ah, masa?" Azlin menanggapinya santai dengan menyiapkan telinganya lebar.

"Bukan itu aja Mas. Masa bapak nepuk bokong aku sih Mas? Aku kan jadi nggak enak," protes Jihan merengek.

"Ha, menepuk bokong?" Azlin kini menaikan tubuhnya mulai tertarik. "Itu nggak sengaja kali, sayang. Bisa jadi bapak sedang lewat terus, nggak sengaja nubruk bokong kamu," elak Azlin menanggapi santai.

"Ih, Mas ini. Aku serius Mas. Parahnya lagi di hari tadi, Mas. Pas aku lagi mandi, tahu-tahu bapak sudah ada di depan pintu. Dia malah mainin b3h4 aku. Iiih, malu tahu." 

Kini wajah Azlin semakin serius, semua ucapan istrinya cukup mengganggu pikirannya. Setelah ia saring dalam otaknya, Azlin malah menepis-nepis kepalanya.

"Nggak mungkin." Azlin bangkit lalu pindah ke posisi lain.

Posisi di mana dia berdiri di samping punggung sang istri.

"Aku tahu sendiri bagaimana bapakku sebenarnya. Menurutku bapak adalah orang yang tertutup, sejak dia tidak bisa berjalan, bapak lebih sering menyendiri dan diam. Jadi aku rasa itu tidak mungkin sayang. Kamu jangan mengada-ngada, nanti jatuhnya jadi fitnah!"

"Mas!" Suara Jihan pun mulai naik beberapa oktaf dari biasanya.

Dia tidak terima kalau suaminya sendiri tak percaya dengan ucapan pribadinya. "Mas, Aku serius!" Tekan Jihan sambil menarik-narik ujung kain kaos Azlin.

"Oh, ya ada satu lagi yang aneh mas. Tadi aku lihat bapak, minta makan 3 porsi sekaligus Mas. Coba Mas bayangkan sendiri, 3 porsi sekaligus langsung habis waktu itu juga. Emangnya perut bapak segede apa, sampai dia bisa menghabiskan segitunya?" 

Jihan baru upaya untuk menerangkan sejelasnya kepada sang suami, namun semua itu tidak melunturkan kepercayaan Azlin.

Alih-alih percaya, Azlin malah terkekeh hebat, dan pria bertubuh tinggi itu tertawa terbahak-bahak, cukup memekikkan telinga Jihan.

"Mas, kok malah tertawa gitu sih?"

"Abis cerita kamu tuh lucu. Mungkin seharian tadi kamu mimpi sayang. Ah, lain kali kalau tidur berdoa dulu ya!"

Mata Jihan membola tak menyangka jika suaminya tidak mempercayai satupun pengaduannya.

Jihan menepuk-nepuk dadanya yang sesak karena kecewa. Akhirnya Jihan pun mengambil keputusan untuk tidur saja, daripada membuang-buang waktu ngobrol dengan suaminya yang pada akhirnya tetap menjengkelkan.

Keesokan harinya, saat matahari sudah menyuruh Azlin untuk pergi kerja. Ibu Puri, sudah sangat siap untuk mengikuti anaknya ke toko bunga kertas. 

Jihan lantas berdiri bangkit dari meja tak mau kalah pesona.

"Mas aku ikut ke tempatmu ya?!" pinta Jihan bulat.

"Ikut?" Ibu Puri meragukannya.

Sedangkan Azlin ikut menyambar. "Mmh, sebaiknya kamu tunggu di rumah saja ya Jihan. Aku titip bapak di sini. Kalau ibu, akan tetap ikut karena memang ibu harus banyak bergerak di usianya yang sudah rentan ini," urai Azlin membuat Jihan kembali nyalinya menciut.

"Tapi mas," rengekan Jihan pun segera ditepis oleh Puri.

"Udah ya negonya nanti aja, ini sudah siang kita harus pergi ke toko dulu," julidnya mertua.

Dengan kalimat yang terucap dari mertuanya, jihan pun tidak bisa berkutik lagi. Dia diam dan membayangkan akan ada kejadian apalagi di rumah besar.

Usai rumah sepi Jihan berinisiatif untuk membersihkan kamar mertuanya. Mumpung pak Sugiono sedang ada di luar rumah untuk berjemur, Rara cekatan masuk ke dalam kamar besar milik mertuanya.

Ia dengan sikap mengemas semua barang yang dirasa harus dibersihkan.

Namun detik kemudian pergerakan Jihan pun terhenti saat melihat seonggok barang yang mengherankan.

"Hah apaan ini?" ucapnya meringis jijik melihat benda kenyal yang tersampit di atas ranjang mertuanya itu.

Barang itu adalah barang yang sering digunakan oleh pria untuk memuaskan h4sr4tny4 tanpa menyentuh wanita.

"Ya Allah, ya Rabb. Kenapa ada permainan untuk orang d3w4s4 seperti ini di sini?" pekik Jihan heran dan jijik.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    SUGIONO BERAKHIR NELANGSA

    Wajah seketika memucat setelah mendengarkan penjelasan dari dokter spesialis kulit dan kelamin tersebut."Bagaimana mungkin saya bisa menginap HIV, Dok?" tanya Sugiono yang masih tak percaya dengan penjelasan dokter tersebut. Suaranya bergetar."Ada beberapa faktor yang memungkinkan seseorang bisa tertular penyakit mematikan ini. Bisa melalui pemakaian obat-obatan terlarang dalam jangka panjang, penggunaan jarum suntik yang digunakan oleh beberapa orang dan yang paling fatal adalah melalui hubungan seks dengan seseorang sudah terjangkit HIV," paper dokter tersebut.Sugiono tampak terdiam mematung setelah mendengarkan pemaparan dokter spesialis kulit dan kelamin tersebut. Seketika Sugiono teringat dengan Alda, karena hanya dengan perempuan itu sajalah belakangan ini dia melakukan hubungan badan.'Apa jangan-jangan Alda memang pengidap HIV AIDS? Sebelumnya tubuhku baik-baik saja saat berhubungan badan dengan Puri maupun dengan istri-istrinya Azlin,' batin Sugiono yang sebenarnya saat in

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    NASIB AKHIR ORANG-ORANG JAHAT

    Malam telah beranjak semakin larut. Sugiono yang tadi sore sudah tertidur dengan lelap karena kelelahan, seketika terbangun. Dia terbangun karena merasakan ingin buang air kecil."Duh, gelap lagi. Ini jam berapa, ya?" tanya Sugiono pada dirinya sendiriSugiono pun beranjak menuju jendela sambil menyingkap gordennya. "Ternyata ini sudah malam. Pantes aja gelap. Kirain tadi ada pemutusan aliran listrik."Sugiono pun segera menyalakan semua lampu yang ada dalam rumah itu. Setelah itu dia bergegas melangkah menuju kamar mandi untuk buang air kecil."Aaargh!" Sugiono memekik tertahan saat merasakan perih dan nyeri di sekitar kelelakiannya. "Loh, kok berdarah?"Kedua mata Sugiono terbelalak saat ia melihat air s*ninya berwarna merah. Keanehan di tubuh Sugiono makin hari makin menjadi-jadi, termasuk dengan air s*ninya yang berwarna merah tersebut.Setelah kegiatannya di dalam kamar mandi selesai, Sugiono pun beranjak ke arah ruang tengah. Dia menghempaskan tubuhnya ke arah kursi sambil mengh

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    SUGIONO GALAU

    Hari kian gelap. Gulungan awan hitam menyelubungi langit-langit.Tubuh Sugiono lelah menanti kedatangan seseorang di halaman depan rumah itu.Angin sesekali menyapa Sugiono dan meneriaki pria malang itu."Aaargh, sialan. Dingin banget sih!" kesal Sugiono menepuk nyamuk hitam yang hinggap bagian pipinya.Meskipun, dia sudah tertimpa kemalangan, tapi egonya masih meninggi. Ia bertindak seperti pemilik dunia."Kalau saja aku ketemu dengan Alda saat ini, aku akan mematahkan seluruh persendiannya. Aku akan kerjain dia sampai mulut anunya berbusa. Dasar manusia murahan. Lihat saja, aku akan melakukan semuanya," sumpah serapah Sugiono mulai meluap-luap.Tapi, power Sugiono kembali melemah saat dia melihat jalanan masih sepi. Wanita yang ia tunggu tak kunjung datang juga. Hati Sugiono terasa terkikis saat itu.Sugiono pun mengeluarkan ponselnya dan melihat dasar layar ponsel itu.Pria berkepala plontos itu lantas menekan nomor Alda di dalam phone booknya dan memijit tombol telpon untuk menyam

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    SUGIONO KEMALINGAN, JIHAN MENDAPAT KEBAHAGIAAN

    Sugiono semakin kaget saat tidak menemukan uang beserta ATM di dalam dompet."Ah, mana dompetku? Atmku? Uangku juga? Astaga, semua hilang? BAGAIMANA INI?" erang Sugiono merasa stres dan gila.Hanya kartu identitas saja yang tersisa di atas laci kamarnya."Ada yang tidak beres. Pasti, tadi ada maling di sinil" Ssugiono menggaruk kepalanya yang plontos botak.Dia meyakini kalau kontrakannya dimasuki garong darat.Sugiono memutar otaknya, dia memikirkan beberapa hal yang ia perbuat sebelumnya. "Alda," celetuk Sugiono saat tiba-tiba mengingat sosok wanita itu.Wajah dan ucapan Alda seakan menari-nari dalam ingatannya. "Ya, aku yakin ini semua ulah si cewek sialan itu," dengus Sugiono berwajah garang.la menghembuskan nafasnya panas. Lalu bangkit dari posisinya yang terpuruk setelah kehilangan segala karunnya.Laki-laki botak itu melenggang ke samping rumah sambil berkacak pinggang."Mana wanita itu?" Sugiono mendengus marah. Hingga kakinya mencapai halaman kontrakan Alda.Rumah hening dan

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    SIAPA SEBENARNYA ALDA?

    FLASH BACK ONAlda menangis di bawah titisan hujan.Wanita berdagu lancip itu menangisi kepergian ibu dan ayahnya yang mendadak meninggal secara tragis.Kala itu Alda masih berusia 17 tahun. Seorang teman yang sama-sama tinggal di satu kampung merangkul tangannya.Di bawah langit yang mendung, tubuh mereka basah kuyup terkena air hujan. "Jangan bersedih! Aku juga ditinggal orang tuaku, kok, bahkan sudah setahun lalu. Kamu bisa kerja sama aku. Nanti kita dapat banyak kemewahan dari para klien."Awalnya, Alda tak menghiraukan kata-kata orang di sampingnya, namun sesaat dia mencerna hingga keingintahuan Alda tentang hal yang dialami orang itu, ia pun menoleh."Apa maksud kamu?"Wanita di sampingnya lekas merangkul Alda dengan sebelah tangan kirinya. "Pokoknya, kamu ikut saja. Jangan banyak tanya, yang jelas seluruh kesedihan kamu akan hilang, dan kamu akan hidup bahagia.""Benarkah?"Teman Alda sejak kecil itu, lantas menarik tangannya tak bersyarat.Dilihatlah apartemen kawannya yang be

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    ALDA TAHU KEBUSUKAN SUGIONO

    FLASH BACK ONRumah kontrakan yang kosong di sebelah kediaman Alda tiba-tiba kedatangan seorang lelaki paruh baya berkepala botak.Awalnya, Alda hanya memperhatikan dengan acuh, merasa bahwa kehadiran orang baru itu tidak memiliki berpengaruh besar bagi hidupnya.Namun, hari demi hari kehadiran lelaki itu mulai mencuri perhatian Alda. Pernah sekali- kali ia memergoki pria botak itu sedang mencuri pakaiannya saat ia mencoba mengeringkannya di bawah sinar matahari yang hangat."Apa yang di lakukan bapak itu, ya?" bisik hati Alda, lalu kembali masuk dan bersembunyi di balik pintu tanpa di ketahui oleh Sugiono.Alda yang terkejut, keesokannya ia memanggil teman-temannya untuk memberitahu mereka tentang peristiwa itu."Heh, kalian kenal sama bapak itu nggak sih?" tanya Alda saat dia berkumpul dengan orang- orang yang mengontrak lainnya."Nggak tahu tuh. Sepertinya bapak itu baru ya?" jawab dari wanita lainnya yang ia sebut sebagai teman."Iya bapak itu orang baru di sini," timpal rekan lai

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    NYARIS DIBAKAR

    Jihan terengah kesakitan. Nafasnya memburu oksigen sekitar."Lepaskan! Siapa kamu?" cecar Jihan yang kini sudah terjerat dalam ikatan tubuh pria itu.Kedua tangan Jihan dicengkram erat hingga sulit untuk melawan. Sedangkan tubuh mungilnya sudah ditindih oleh badan besar berdada bidang itu.Wajah asing yang menyergap Jihan sangat mencekam. "Diam kamu! Kalu tidak diam, nyawamu akan melayang," ancamnya.Jihan meronta sekuat tenaga. Tak ada cara lain untuk dia melepaskan diri, hingga ia melakukan cara lain semampu tenaganya."Cuihh!"Jihan menyemprotkan salivanya, hingga wajah pria itu terciprat cairan kental dari mulut Jihan."Blegedes! Berani sekali kamu? Kamu mau melawan?""Aku nggak akan diam saja, aku nggak sudi kedatangan tamu kaya binatang seperti kamu!" lawan Jihan menantang pria berbalutkan kaus hitam itu.Mata pria itu semakin tajam, ia menghempas nafas panas, seolah siap melahap mangsanya.Dalam ketegangan, pria asing itu merobek sebelah baju yang ia kenakan. Lantas menggulingk

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    AZLIN BERTEMU IBUNYA

    Saat ini malam sudah semakin larut. Pria berusia 24 tahun itu tampak masih kelelahan setelah dikejar oleh anjing malam."Fiuh! Kakiku rasanya seperti mau lepas dari persendiannya. Andai saja tak ada truk tadi yang melintas dan membunyikan klakson, mungkin aku sudah menjadi korban keganasan anjing-anjing malam itu," gumam Azlin sambil nyekak keringatnya.Saat ini nafasnya bahkan masih ngos-ngosan. Azlin pun bersandar di tembok toko yang berada di pinggiran jalan besar tersebut."Aku harus ke mana lagi?" tanya Azlin pada dirinya sendiri. Bingung, sebab tak punya tempat tinggal.Azlin menatap jalanan yang tampak sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang saat ini melintas. Meski tanpa tujuan Azlin pun tetap melangkah meninggalkan lokasinya berdiri.Saat sedang melangkah, seketika kening Azlin mengernyit. Dia melihat seorang wanita tanpa hijab dengan bajunya yang sudah sangat kotor dan kumal, sedang tidur meringkuk di bawah tiang neon trotoar."Kenapa rasanya aku familiar sekali dengan gela

  • RAHASIA BAPAK MERTUA    SAKIT TIBA-TIBA

    Pagi yang cerah menyapa Azlin dengan kebingungan di dalam hatinya.Ia berjalan luntang-lantung tak tentu arah. Sampai tibalah lapar yang tak tertahankan membuatnya merenung sejenak di sebuah lorong kecil."Ya tuhan, kemana lagi aku berjalan? Kemana aku harus cari uang?" keluh Azlin menghrmpaskan di pinggir trotoar.Matanya menyapu seluruh tempat itu, memandang dengan cermat keadaan sekitar.Hingga dia memutuskan untuk mengatasi masalahnya dengan mengunjungi pasar setempat.Meskipun langkah ini agak nekat, tapi Azlin yakin dia bisa menemukan cara untuk mengisi perutnya yang kosong.Saat tiba di pasar, dia melihat tumpukan barang-barang yang perlu diangkat oleh penjual. Ide langsung muncul dalam pikirannya."Hemh, apa aku bisa?" Pikir Azlin memutar otaknya.Azlin pun langsung menyambangi tempat seorang pria yang sedang bersusah payah mengangkat banyak barang."Maaf, Bapak. Apa aku bisa kerja pada bapak?" tanya Azlin ragu."Kerja? Maaf-maaf. Pelayan tokoku sudah terlalu padat. Aku juga h

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status