Hari-hari Pun berlalu dengan cepat, akhirnya hari pernikahan Devana dan Raka pun telah tiba. Sesuai dengan syarat yang Devana dan Raka ajukan yaitu sebuah pernikahan sederhana tanpa Resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara saja. Tentu tanpa satu pun orang-orang dari kampus mereka yang tahu. Karena Raka dan Devana benar-benar ingin merahasiakan pernikahan mereka.
Pernikahan pun berjalan dengan khidmat semuanya pun lancar tanpa hambatan. kini Devana benar-benar sudah menjadi nyonya Raka Aditya Prayoga. Seorang dosen killer, mamun menjadi idola para mahasiswinya dan rekan sesama Dosen-dosen wanita dikampus tempat dia mengajar. beberapa wejangan pun telah diberikan oleh orang tua Devana dan Raka, serta kakek dan nenek mereka.
"Sekarang putri Mommy ini sudah menjadi seorang istri. Mommy berharap kamu akan menjadi istri yang baik dan menuruti perintah suamimu sayang, kamu juga harus belajar bersikap dewasa, buang sikap egois dan manjamu itu, ingatlah sekarang Deva sudah menjadi seorang istri." Anna pun memeluk dan mengelus punggung putrinya yang kini sudah dalam pelukannya. Devana pun mengangguk sambil terisak dalam pelukan sang Ibu tercinta, membuat sang mommy ikut menitikan air mata karena akan kehilangan sosok putrinya yang akan diboyong suaminya ke rumah baru Devana. lebih tepatnya apartemen milik Raka, yang selama 5 tahun dia tempati karena ingin mandiri, semenjak dia mulai mengajar di Universitas.
"Daddy titip putri Daddy ya, Nak. Tolong jaga dia, bimbing dia dalam hal apapun, jika dia bersikap manja dan egois tolong maklumi dan ajari dia menjadi wanita yang dewasa, karena itulah tujuan Daddy menikahkan putri Daddy dengan kamu. Untuk membuatnya bersikap dewasa dan menjadi perempuan yang bisa diandalkan. Jadi Daddy mohon, jangan berbuat kasar padanya. Karena dia putri Daddy satu-satunya, kebahagiaan dia adalah kebahagiaan Daddy, jadi Dad titip dia ya, Nak Raka."
Setelah berpesan menitipkan putrinya pada Raka. Devan pun memeluk Raka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya Dad, Raka pasti akan menjaga Deva dan membahagiakan dia. Jadi Dad gak usah khawatir. Raka akan menjaga dan melindungi Devana. Seperti Daddy dan Mommy menjaga dan melindunginya selama ini,” Ucap Raka lalu mengeratkan pelukannya pada sang ayah mertua.
Setelah berpamitan dengan keluarganya juga keluarga Devana. Raka pun mengajak Devana untuk pulang ke apartemen mereka, sedangkan ayah dan bunda Raka, mengantar nenek dan kakek Raka untuk pulang setelah memberi restu pada pasangan pengantin baru itu. Ratih dan Radit pun sudah setuju prihal keinginan Raka untuk tinggal di apartemennya sendiri bersama istrinya.
Kini Raka pun membawa Devana ke apartemennya, tentu saja tidak lupa dengan barang-barang dan beberapa bajunya. Devana membawa sebagian barangnya, dibantu oleh Raka yang kini sudah berstatus sebagai suaminya. Devana sudah menyiapkan mental untuk menghadapi suami yang adalah dosen killer pembimbingnya itu. Devana menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya seolah melepas sedikit beban, karena harus menjadi istri seorang dosen. dan jujur dia sedikit stres karena kesibukannya untuk mengurus skripsinya. Dia kini juga harus bersikap seperti seorang istri yang harus melayani sang suami.
Setelah melakukan perjalanan beberapa jam dalam keheningan, akhirnya Devana dan Raka pun sampai di apartement milik Raka, yang kini akan menjadi tempat tinggal Devana yang baru. Raka pun mengajak Devana masuk dengan membawa koper milik Devana. Pria yang Gentle bukan karena tidak membiarkan sang istri keberatan membawa koper yang lumayan besar itu.
"Masuklah!" Perintah Raka setelah membuka pintu apartemennya dengar SIM cardnya. Devana pun masuk meski dengan tagu-ragu. Namun, dia terperangah saat melihat didalam apartemen yang terlihat rapi dan dekorasi yang menakjubkan untuk seorang pria. Disana juga terdapat perpustakaan kecil, yang langsung menarik perhatian Devana, dan gadis itu pun menuju tempat rak-rak buku yang tertata Rapih.
"Wah ternyata Bapak mengoleksi beberapa novel Romance juga ya?” tanya Devana yang kini tengah melihat-lihat buku yang berada dirak buku yang tersusun Rapih.
"Ternyata dia beda banget ya, saat di kampus dan dirumah, hemm..., apa dia punya kepribadian ganda?" batin Devana yang kini melihat Raka sedang duduk disofa dekat rak buku-buku yang berjejer dan tersusun sangat Rapih.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, karena aku tidak memiliki kepribadian ganda. Hanya saat di kampus aku ingin membuat para mahasiswaku disiplin dan bisa menghargai dan menggunakan waktu dengan baik, itu juga demi kesuksesan mereka kelak.”
Raka seperti cenayang yang bisa menebak apa yang Devana pikirkan.
"Eh, ke-kenapa bapak bisa tahu apa yang aku pikirkan? Eh. Ups...."
Kini Devana bicara dengan gugup, sambil pura-pura melihat-lihat buku yang berada dihadapannya itu.
"Sudahlah jangan dibahas, aku akan belanja stok makanan dulu. Apa kau mau sesuatu? biar aku belikan sekalian."
Raka menatap Devana membuat Devana kembali gugup karena kembali ditatap oleh Raka.
"A-aku ingin makan mie instan," Sahut Devana yang kini masih terlihat gugup.
"Tidak baik kalau terlalu sering makan mie instan. Aku akan belikan kamu makanan yang lain saja,” ucap Raka menolak keinginan Devana.
"Dasar pria aneh tadi nanya mau apa? tapi aku bilang mau mie dia sendiri yang menolak,” Gerutu Devan sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal keinginannya tidak terpenuhi.
"Jangan merajuk, itu juga demi kesehatanmu, terlalu banyak makanan mie instan tidak baik untuk kesehatan usus dan lambungmu,” ucap Raka sambil beranjak dari duduknya. Namun sebelum melangkah pergi, Raka pun mendekati Devana yang masih asyik melihat-lihat novel milik Raka.
"Kamu beresin baju dan barang-barang kamu. Kamarnya ada diujung sana," tunjuk Raka pada sebuah pintu, memang hanya ada satu pintu dipojok yang tidak jauh dari ruang televisi.
"Hanya ada satu kamar. Jadi kita akan tidur satu kamar lalu akan terjadi sesuatu nantinya. tapi kalau kamu keberatan, kamu boleh tidur diruang televisi kebetulan disana ada sofa,” bisik Raka tepat didekat telinga Devana. bisikan Raka yang tepat didekat telinga Devana, membuat Devana menegang. Karena jarak yang begitu dekat dengan Raka membuat jantung Devana berdetak lebih cepat seperti habis lari maraton.
"Ba-biklah a-aku akan membereskan baju ku dulu." Devana lalu bergegas pergi menuju kamar untuk menghindari Raka, saat Raka melihat Devana pergi dengan membawa kopernya menuju kamar. Raka hanya terkekeh karena melihat kegugupan istrinya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Dasar gadis manja,” gumam Raka. Lalu dia pergi keluar dari apartemennya menuju pusat perbelanjaan, untuk membeli stok makanan yang sudah menipis. Tentu saja setalah menggoda istri manjanya itu, dia pun pergi dengan senyuman yang sulit diartikan. Entah apa yang terjadi pada Raka. Karena dibibirnya terukir senyuman meski hanya senyuman tipis.
Sedangkan dikamar Devana lagi-lagi dibuat kagum dengan dekorasi kamar yang sangat indah dengan suasana dan warna abu-abu dan putih juga aroma mint yg begitu sejuk dan menenangkan. Devana pun memejamkan mata sambil menghirup aroma mint yang diyakini wangi kesukaan Raka suaminya. Namun, tiba-tiba Devana kembali membuka matanya dan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Ya Tuhan, kenapa aku jadi gugup begini saat dekat-dekat dengan pak Raka. kenapa jantung ku berdegup tak beraturan. tidak Deva tidak mungkin lo jatuh cin-“
“Aarrgghh...! Ini benar-benar gila," Teriak Devana sambil mengacak rambutnya. Setelah membereskan bajunya ke lemari yang besar yang berada dikamar itu, dia pun meletakan barang-barang perlengkapan mak'upnya dimeja rias disamping ranjang king size milik Raka. Tapi betapa terkejutnya dia, saat dia melihat rambutnya yang berantakan karena ulahnya sendiri.
"Astaga rambutku! kenapa jadi seperti ini?” Lagi-lagi Devana yang terkejut kembali berteriak untung saja Raka tidak ada, jadi meski Devana berteriak kencang pun tidak akan ada yang memarahi atau memprotesnya, karena apartemen milik Raka kedap suara. Lalu dia mengambil sisir dan kembali menyisir rambutnya agar rapi, sebelum Raka kembali. Setelah selesai merapihkan semuanya, Devana pun kembali ke perpustakaan mini milik Raka. Lalu dia mengambil satu novel. Setelah itu Devana pun duduk di sofa dan membaca novel. Sambil menunggu dosen killer, eh suaminya pulang dari pusat perbelanjaan yang membeli kebutuhan dapur dan juga beberapa stok makanan yang sudah mau habis.
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu