공유

Bab 2. Keputusan

작가: Aryan Lee
last update 최신 업데이트: 2025-04-09 11:51:57

"Apa-apaan sih Umi, kami baru kenal dan --"

Umi Hafsah langsung memotong, "Seminggu lagi puasa, Umi ingin ramadhan dan lebaran kali ini ada yang membantu memasak."

"Ya, tapi nggak harus jadi istri aku juga kan," ujar Abidzar yang tidak mengerti jalan pikiran ibunya.

"Nggak baik wanita dan pria bukan muhrim tinggal satu rumah, nanti jadi fitnah. Lagipula Yura itu cantik Abidzar. Pokoknya Umi mau dia jadi istri kamu!" desak Umi Hafsah setengah memaksa.

Abidzar tampak mengacak rambutnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan gadis yang baru dikenalnya.

"Umi, menikah itu perlu komitmen dari kedua belah pihak. Nggak bisa main paksa begini," ujar Abidzar memberikan pengertian.

"Iya Umi tahu, mulai sekarang kalian langsung melakukan taaruf saja ya!" sahut Umi Hafsah yang segera menggandeng tangan putranya dan mengajak ke meja makan. "Ayo kita makan!" serunya sambil duduk.

Yura tampak ragu membuka masker yang dipakainya. Ia merasa canggung sekali sambil sesekali melirik ke arah Umi Hafsah dan Abidzar secara bergantian.

"Nggak apa-apa, memperlihatkan wajah sama calon suami," ujar Umi Hafsah yang membuat Yura terkejut mendengarnya.

Yura menatap Abidzar dengan saksama. Membuat jantungnya tiba-tiba berdetak kencang dan berdebar hebat.

"Sudah ayo kita makan dulu!" ajak Umi Hafsah yang segera menyendokan nasi dan lauk untuk Abidzar.

Selama makan mereka tidak banyak bicara. Bahkan Yura selalu menunduk, sedangkan Abidzar sesekali melirik ke arah gadis itu. Sungguh pria itu masih tidak percaya pulang dinas langsung dijodohkan dengan orang asing. Semua seperti mimpi baginya yang sulit diterima akal dan perasaan.

Setelah makan malam Yura langsung ke dapur untuk mencuci piring, sedangkan Abidzar melanjutkan pembicaraan dengan ibunya.

"Apa Umi yakin, kalau Yura adalah calon istri yang tepat untukku?" tanya Abidzar yang mulai serius menanggapi keinginan ibunya.

"Sangat yakin sekali. Yura itu mualaf kamu harus bantu Umi untuk membimbingnya. Agar kelak dia menjadi istri yang soleha!" sahut Umi Hafsah dengan penuh percaya diri.

"Tapi Umi aku su--"

"Umi harap kamu tidak menolak lagi. Ingat Nak, umurmu sudah kepala tiga!" potong Umi Hafsah.

Abidzar terdiam dan tampak ragu akan perjodohan ini. Akan tetapi, baru kali ini ibunya terlihat sangat cocok dan dekat dengan seorang wanita.

"Kenapa kamu nggak percaya sama latar belakang Yura? Dengarnya Abidzar, Umi tahu ketika seseorang sedang berbohong dan Yura berkata dengan jujur tentang jati dirinya," ujar Umi Hafsah berusaha menyakinkan putranya.

"Bukan begitu Umi, aku kan sering ke luar kota. Nanti dia kecewa karena merasa tidak diperhatikan," ujar Abidzar yang tidak mau menyakiti perempuan.

"Umi akan memberikan pengertian sama Yura. Insya Allah dia bisa memahami kesibukanmu!" sahut Umi Hafsah.

Abidzar terus berusaha mengulur waktu, "Tapi menurutku terlalu terburu-buru, kalau kami menikah sebelum puasa!"

"Lebih cepat lebih baik, sebentar lagi kedua adikmu datang. Kamu tahu sendiri kan watak dan sikap mereka. Umi tidak mau Yura pergi seperti calon-calon kamu yang lain. Umi, sayang sama Yura dan hanya dia yang membuatku merasa tidak kesepian lagi!" ujar Umi Hafsah yang membuat putra sulungnya itu kembali berpikir.

Kedua adik Abidzar memang kurang ramah sama orang baru. Bahkan marah kalau kamar mereka ditempati, meskipun hanya ditiduri sesekali saja kalau datang menginap. Namun, bukan hal itu yang membuat Abidzar gundah. Melainkan sebuah rasa dan janji yang harus ia ingkari.

"Umi sudah tua, anggap saja ini permintaan terakhir Umi!" ujar Umi Hafsah yang membuat Abidzar kehabisan alasan untuk menolak.

"Umi kok ngomong begitu sih. Ya sudah terserah Umi, atur saja bagaimana baiknya!" Abidzar akhirnya menerima perjodohan itu.

"Alhamdulillah, terima kasih Sayang. Ya sudah, istirahat sana!" ucap Umi Hafsah dengan girangnya.

Abidzar tampak mengangguk kecil sambil tersenyum melihat ibunya sangat senang sekali. Ia kemudian masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

Setelah berhasil membujuk putranya, kini giliran Umi Hafsah menyakinkan Yura. Ia mulai bicara dari hati ke hati dengan gadis itu.

"Umi sayang sama Yura, kamu mau ya jadi istri Abidzar. Insya Allah dia akan menjadi imam yang baik untuk membimbing kamu mengenal agama islam lebih jauh lagi!" ujar Umi Hafsah dengan penuh harap.

"Tapi Umi, saya nggak pantas jadi istri Kak Abidzar," ujar Yura yang belum siap untuk menikah. Tujuannya adalah ingin hijrah kembali ke jalan yang benar, bukan terikat pernikahan dengan seseorang.

Umi Hafsah membelai rambut Yura seraya berkata, "Insya Allah, Umi akan selalu mengajarkan kamu agar siap menjadi seorang istri yang baik."

Yura menatap Umi Hafsah yang memancarkan ketulusan dan sebuah harapan besar. Sungguh ia tidak tega menghancurkan harapan wanita yang sangat baik hati itu, meskipun di satu sisi batinnya bergejolak.

"Tolong beri saya waktu untuk menyakinkan diri sebentar, Umi!" sahut Yura yang dijawab anggukan oleh Umi Hafsah.

Setelah Umi Hafsah pergi, logika dan perasaan Yura mulai berperang hebat.

"Jangan pernah coba-coba atau kamu akan tenggelam dengan perasaan itu. Ingat kamu punya tujuan yang lebih penting!" Logika Yura mulai bermain.

Namun, perasaannya mengatakan lain.

"Kamu butuh rumah yang nyaman dan kasih sayang. Saat ini hanya Umi Hafsah yang bisa memberikannya semua itu. Tinggallah di sini sampai tujuan hidupmu tercapai!"

"Jangan Yura, pergilah dari rumah ini sebelum terlambat dan kau menyesal!"

Tujuan Yura tinggal di rumah ini adalah untuk hijrah. Memantapkan hatinya untuk memilih agama islam sebagai pedoman hidup. Tidak pernah sedikitpun terbesit untuk menikah secepat ini.

Yura terus memikirkan tawaran Umi Hafsah, sampai malam kian merambat jauh. Tiba-tiba Yura merasa haus dan segera keluar kamar untuk mengambil minum. Selesai minum tanpa disengaja ia berpapasan dengan Umi Hafsah yang baru saja selesai salat.

"Umi, salat apa kok malam sekali?" tanya Yura ingin tahu.

"Umi habis salat tahajud, Yura belum tidur apa baru bangun?" jawab Umi Hafsah sambil balik bertanya.

"Aku nggak bisa tidur Umi," jawab Yura tanpa memberitahu alasannya.

Mendengar itu Umi Hafsah berucap, "Kamu pasti mikirin tawaran itu, maafkan Umi ya."

"Tidak apa-apa, Umi aku sudah punya jawabannya," jawab Yura yang sudah memikirkan dengan matang tawaran untuk menjadi istri Abidzar. Akan tetapi, ia tampak ragu untuk mengatakannya.

"Katakan saja Nak, jangan merasa tidak enak. Umi siap menerima apa pun keputusanmu!" ujar Umi Hafsah yang tidak mau memaksa Yura.

"Maaf Umi aku bersedia menikah dengan Kak Abidzar," ujar Yura yang membuat Umi Hafsah menangis bahagia dan langsung memeluknya dengan erat.

"Terima kasih ya Nak," ucap Umi Hafsah yang dijawab anggukan oleh Yura.

Abidzar yang melihat itu tampak tersenyum. Ia akan mengorbankan apa pun demi kebahagiaan Umi Hafsah, meskipun perasaannya sebagai intel mengatakan Yura memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui siapa pun.

BERSAMBUNG

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 57. Akhir Sebuah Kisah

    Langit Makkah terlihat cerah hari ini, tapi hati Yura mendadak dicekam kekhawatiran. Di tengah lautan jamaah yang melantunkan doa-doa, Umi Hafsah tiba-tiba limbung dan jatuh dalam pelukannya."Umi!" seru Yura panik. Abidzar yang berada tak jauh langsung berlari menghampiri, wajahnya pucat.Ia segera membopong ibunya dan membawa ke pusat kesehatan terdekat. Akan tetapi, setelah diperiksa dokter jantung Umi Hafsah kian melemah. Jadi dirujuk ke rumah sakit terdekat. "Ya Allah, tolong beri kekuatan untuk ibu hamba!" doa Abidzar yang mulai cemas. Sepanjang perjalanan, Yura juga sangat khawatir. Ia menggenggam tangan ibu mertuanya dengan erat. Berulang kali memanggil namanya, berharap Umi Hafsah cepat membuka mata. "Umi, sadarlah!" ujar Yura yang takut terjadi apa-apa. Tidak lama kemudian, Umi Hafsah siuman. Nafasnya lemah, tapi senyum lembut tersungging di bibirnya. Ia menatap anak dan menantunya secara bergantian dan berkata lirih, "Yura, Abidzar…." Umi Hafsah meraih kedua tangan me

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 56. Ketika Takdir Berkata

    Agar tidak menjadi pusat perhatian, mereka berjalan perlahan ke sisi Masjidil Haram yang teduh. Duduk bersisian sambil menenangkan diri. Sungguh baik Abidzar maupun Yura tidak pernah membayangkan bertemu di tempat sebersih dan sesuci ini, setelah semua yang terjadi. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini," ujar Yura membuka pembicaraan. "Aku pun tak pernah menduga, Yura. Tapi mungkin pertemuan ini jawaban dari semua doa yang kita bisikkan dengan penuh harapan," balas Abidzar yang bersyukur dipertemukan dengan Yura lagi. “Maaf, aku tak pernah bermaksud meninggalkan Kakak dengan seperti itu,” ucap Yura sambil meremas pakaian ihramnya. “Aku tak menyesali perpisahan kita, tapi ....” Abidzar menarik nafas panjang. "Aku belum bisa menerima kehilangan yang tidak pernah bisa dijelaskan. Tentang cinta yang tidak bisa dimiliki. Selama tujuh tahun, aku hidup seperti bayangan yang masih terikat dalam sebuah janji. Aku selalu mencoba melupakanmu, tapi tidak bisa. Bahkan setiap malam na

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 55. Pertemuan di tanah suci

    Langit Makkah membentang dengan cahaya keemasan. Angin padang gurun berhembus lembut, membawa bisikan doa yang tak berkesudahan. Di antara lautan manusia yang mengelilingi Ka'bah, Yura menggenggam tangan mungil putranya, Arya, dengan erat. Seolah tak ingin melepaskan dunia yang kini menjadi satu-satunya alasan ia berdiri tegak.“Subhanallah,” bisiknya lirih, setiap langkah mengiringi lafaz zikir yang terangkai dari kerinduan dan ketundukan. Matanya sembab oleh tangis yang ia tahan selama bertahun-tahun. Inilah perjalanan suci yang didambakan, bukan hanya ingin menyempurnakan ibadah. Aka tetapi, memanjatkan doa untuk menyelesaikan masa lalu yang masih membelenggunya. "Kenapa kamu mengajak kami ke sini? Menangkap ikan sambil berenang Arya dan Maura juga sudah senang kok," tanya Rain yang tidak suka tempat ramai seperti masjidil haram. "Entahlah aku hanya mengikuti kata hati," jawab Yura dengan santai. "Kamu benar-benar nekat Yura, pergi ke sini tanpa pemandu dan pengawal. Bisa ngamuk

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 54. Hujan ajarkan aku lupa

    "Mami, jangan diam saja ayo kita ke Bali!" ajak Arya sambil menarik ujung gamis Yura. Yura tampak berpikir keras agar Arya tidak ikut ke Bali. Bukan tidak percaya menitipkan anaknya sama Dragon. Akan tetapi, ia takut akan kemungkinan yang terjadi. "Sayang, kamu nggak bisa ikut Dady ke Bali karena kita mau. " Yura membisikan sebuah ide yang tiba-tiba terbesit di benaknya. "Aku mau Mami, Maura kamu mau ikut nggak ke--" Arya meniru Yura berbisik di telinga gadis kecil itu. Sambil bersorak girang Maura menyahuti, "Iya aku mau ikut, hore!" Yura tampak tersenyum lega karena berhasil membuat Maura dan Arya berubah pikiran. Akan tetapi, tidak dengan Dragon. Jujur ia masih tidak terima wanita itu belum bisa melupakan Abidzar."Ya sudah ayo kita siap-siap!" ajak Yura sambil menggandeng Arya dan Maura meninggalkan tempat itu. "Jangan egois, kamu sudah tahu bagaimana rasanya cinta tidak bisa memiliki, kalau mencintai Yura biarkan dia bahagia!" saran Rain terdengar bijak. Dengan dingin Drag

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 53. Luka yang Tak Terlihat

    Malam itu kian merambat jauh, semilir angin menghapus jejak yang tertinggal di jalanan. Yura berdiri diam di ambang pintu, memandangi suaminya yang tertidur lelap di ranjang. Ia kemudian menulis surat yang telah dibacanya berulang kali, tapi tak pernah terasa cukup. Masa-masa kebersamaan mereka kini telah menyatu dengan gema kenangan yang tak bisa ia buang. Queenazalea dulu dikenal sebagai pembunuh bayaran paling tangguh dan hebat di timnya, The Ghost. Dengan julukan Phoenix ia menyelesaikan setiap misi dengan sempurna dan tanpa cela sedikitpun. Hingga satu hari tanpa sengaja ia mendengar percakapan rahasia ketua The Ghost dan putra tunggalnya Daren atau Dragon."Kau harus menikah dengan Letizia!" ujar Ramos dengan serius. "Tidak bisa, aku mencintai Lea." Dragon menolak dijodohkan.Mendengar penolakan putranya Ramos membentak dengan lantang, "Jangan gila kau, dia adikmu!" "Dia bukan adik kandungku!" sahut Dragon dengan berani. "Justru itu Ren, Lea bukan siapa-siapa. Lihatlah k

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 52. Tindakan Rain

    Rain yang baru pulang bergegas masuk ke kamar Yura sambil membawa pesanan adiknya itu. Ia tampak terkejut melihat Dragon ada di dalam kamar. "Ada apa ini?" tanya Rain sambil melihat wajah Yura dan Dragon yang tegang secara bergantian. Dragon lupa mengingatkan penjaga untuk tidak membiarkan siapa pun masuk. Ia kemudian mencabut senjata api dari balik jaketnya dan menodongkan ke arah Rain. "Jangan ikut campur, cepat lakukan Lea!" ujar Dragon yang membuat Rain terkejut bukan kepalang. "Jangan lakukan Yura!" seru Rain yang membuat Dragon bersiap menarik pelatuk. "Ayo tembak, kau boleh mengira aku bodoh selama ini Dragon. Tapi kalau aku tidak mengoperasikan lap top dalam sejam semua polisi dunia akan tahu di mana markas The Ghost. Kau akan tahu kan akibatnya, mereka akan membunuh kita semua!" ancamnya yang sudah memperkirakan tindakan Dragon. Kali ini ia tidak akan membiarkan pria itu semena-mena lagi.Dragon menarik kerah baju Rain dan menatapnya dengan geram. "Kurang ajar, mau jadi p

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status