Share

Bab 2. Keputusan

Author: Aryan Lee
last update Huling Na-update: 2025-04-09 11:51:57

"Apa-apaan sih Umi, kami baru kenal dan --"

Umi Hafsah langsung memotong, "Seminggu lagi puasa, Umi ingin ramadhan dan lebaran kali ini ada yang membantu memasak."

"Ya, tapi nggak harus jadi istri aku juga kan," ujar Abidzar yang tidak mengerti jalan pikiran ibunya.

"Nggak baik wanita dan pria bukan muhrim tinggal satu rumah, nanti jadi fitnah. Lagipula Yura itu cantik Abidzar. Pokoknya Umi mau dia jadi istri kamu!" desak Umi Hafsah setengah memaksa.

Abidzar tampak mengacak rambutnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan gadis yang baru dikenalnya.

"Umi, menikah itu perlu komitmen dari kedua belah pihak. Nggak bisa main paksa begini," ujar Abidzar memberikan pengertian.

"Iya Umi tahu, mulai sekarang kalian langsung melakukan taaruf saja ya!" sahut Umi Hafsah yang segera menggandeng tangan putranya dan mengajak ke meja makan. "Ayo kita makan!" serunya sambil duduk.

Yura tampak ragu membuka masker yang dipakainya. Ia merasa canggung sekali sambil sesekali melirik ke arah Umi Hafsah dan Abidzar secara bergantian.

"Nggak apa-apa, memperlihatkan wajah sama calon suami," ujar Umi Hafsah yang membuat Yura terkejut mendengarnya.

Yura menatap Abidzar dengan saksama. Membuat jantungnya tiba-tiba berdetak kencang dan berdebar hebat.

"Sudah ayo kita makan dulu!" ajak Umi Hafsah yang segera menyendokan nasi dan lauk untuk Abidzar.

Selama makan mereka tidak banyak bicara. Bahkan Yura selalu menunduk, sedangkan Abidzar sesekali melirik ke arah gadis itu. Sungguh pria itu masih tidak percaya pulang dinas langsung dijodohkan dengan orang asing. Semua seperti mimpi baginya yang sulit diterima akal dan perasaan.

Setelah makan malam Yura langsung ke dapur untuk mencuci piring, sedangkan Abidzar melanjutkan pembicaraan dengan ibunya.

"Apa Umi yakin, kalau Yura adalah calon istri yang tepat untukku?" tanya Abidzar yang mulai serius menanggapi keinginan ibunya.

"Sangat yakin sekali. Yura itu mualaf kamu harus bantu Umi untuk membimbingnya. Agar kelak dia menjadi istri yang soleha!" sahut Umi Hafsah dengan penuh percaya diri.

"Tapi Umi aku su--"

"Umi harap kamu tidak menolak lagi. Ingat Nak, umurmu sudah kepala tiga!" potong Umi Hafsah.

Abidzar terdiam dan tampak ragu akan perjodohan ini. Akan tetapi, baru kali ini ibunya terlihat sangat cocok dan dekat dengan seorang wanita.

"Kenapa kamu nggak percaya sama latar belakang Yura? Dengarnya Abidzar, Umi tahu ketika seseorang sedang berbohong dan Yura berkata dengan jujur tentang jati dirinya," ujar Umi Hafsah berusaha menyakinkan putranya.

"Bukan begitu Umi, aku kan sering ke luar kota. Nanti dia kecewa karena merasa tidak diperhatikan," ujar Abidzar yang tidak mau menyakiti perempuan.

"Umi akan memberikan pengertian sama Yura. Insya Allah dia bisa memahami kesibukanmu!" sahut Umi Hafsah.

Abidzar terus berusaha mengulur waktu, "Tapi menurutku terlalu terburu-buru, kalau kami menikah sebelum puasa!"

"Lebih cepat lebih baik, sebentar lagi kedua adikmu datang. Kamu tahu sendiri kan watak dan sikap mereka. Umi tidak mau Yura pergi seperti calon-calon kamu yang lain. Umi, sayang sama Yura dan hanya dia yang membuatku merasa tidak kesepian lagi!" ujar Umi Hafsah yang membuat putra sulungnya itu kembali berpikir.

Kedua adik Abidzar memang kurang ramah sama orang baru. Bahkan marah kalau kamar mereka ditempati, meskipun hanya ditiduri sesekali saja kalau datang menginap. Namun, bukan hal itu yang membuat Abidzar gundah. Melainkan sebuah rasa dan janji yang harus ia ingkari.

"Umi sudah tua, anggap saja ini permintaan terakhir Umi!" ujar Umi Hafsah yang membuat Abidzar kehabisan alasan untuk menolak.

"Umi kok ngomong begitu sih. Ya sudah terserah Umi, atur saja bagaimana baiknya!" Abidzar akhirnya menerima perjodohan itu.

"Alhamdulillah, terima kasih Sayang. Ya sudah, istirahat sana!" ucap Umi Hafsah dengan girangnya.

Abidzar tampak mengangguk kecil sambil tersenyum melihat ibunya sangat senang sekali. Ia kemudian masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

Setelah berhasil membujuk putranya, kini giliran Umi Hafsah menyakinkan Yura. Ia mulai bicara dari hati ke hati dengan gadis itu.

"Umi sayang sama Yura, kamu mau ya jadi istri Abidzar. Insya Allah dia akan menjadi imam yang baik untuk membimbing kamu mengenal agama islam lebih jauh lagi!" ujar Umi Hafsah dengan penuh harap.

"Tapi Umi, saya nggak pantas jadi istri Kak Abidzar," ujar Yura yang belum siap untuk menikah. Tujuannya adalah ingin hijrah kembali ke jalan yang benar, bukan terikat pernikahan dengan seseorang.

Umi Hafsah membelai rambut Yura seraya berkata, "Insya Allah, Umi akan selalu mengajarkan kamu agar siap menjadi seorang istri yang baik."

Yura menatap Umi Hafsah yang memancarkan ketulusan dan sebuah harapan besar. Sungguh ia tidak tega menghancurkan harapan wanita yang sangat baik hati itu, meskipun di satu sisi batinnya bergejolak.

"Tolong beri saya waktu untuk menyakinkan diri sebentar, Umi!" sahut Yura yang dijawab anggukan oleh Umi Hafsah.

Setelah Umi Hafsah pergi, logika dan perasaan Yura mulai berperang hebat.

"Jangan pernah coba-coba atau kamu akan tenggelam dengan perasaan itu. Ingat kamu punya tujuan yang lebih penting!" Logika Yura mulai bermain.

Namun, perasaannya mengatakan lain.

"Kamu butuh rumah yang nyaman dan kasih sayang. Saat ini hanya Umi Hafsah yang bisa memberikannya semua itu. Tinggallah di sini sampai tujuan hidupmu tercapai!"

"Jangan Yura, pergilah dari rumah ini sebelum terlambat dan kau menyesal!"

Tujuan Yura tinggal di rumah ini adalah untuk hijrah. Memantapkan hatinya untuk memilih agama islam sebagai pedoman hidup. Tidak pernah sedikitpun terbesit untuk menikah secepat ini.

Yura terus memikirkan tawaran Umi Hafsah, sampai malam kian merambat jauh. Tiba-tiba Yura merasa haus dan segera keluar kamar untuk mengambil minum. Selesai minum tanpa disengaja ia berpapasan dengan Umi Hafsah yang baru saja selesai salat.

"Umi, salat apa kok malam sekali?" tanya Yura ingin tahu.

"Umi habis salat tahajud, Yura belum tidur apa baru bangun?" jawab Umi Hafsah sambil balik bertanya.

"Aku nggak bisa tidur Umi," jawab Yura tanpa memberitahu alasannya.

Mendengar itu Umi Hafsah berucap, "Kamu pasti mikirin tawaran itu, maafkan Umi ya."

"Tidak apa-apa, Umi aku sudah punya jawabannya," jawab Yura yang sudah memikirkan dengan matang tawaran untuk menjadi istri Abidzar. Akan tetapi, ia tampak ragu untuk mengatakannya.

"Katakan saja Nak, jangan merasa tidak enak. Umi siap menerima apa pun keputusanmu!" ujar Umi Hafsah yang tidak mau memaksa Yura.

"Maaf Umi aku bersedia menikah dengan Kak Abidzar," ujar Yura yang membuat Umi Hafsah menangis bahagia dan langsung memeluknya dengan erat.

"Terima kasih ya Nak," ucap Umi Hafsah yang dijawab anggukan oleh Yura.

Abidzar yang melihat itu tampak tersenyum. Ia akan mengorbankan apa pun demi kebahagiaan Umi Hafsah, meskipun perasaannya sebagai intel mengatakan Yura memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui siapa pun.

BERSAMBUNG

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 3. Aku Bukan Asisten

    Beberapa hari menjelang puasa, Abidzar dan Yura melakukan ijab qabul secara sederhana di KUA setempat. Rencananya pesta pernikahan baru akan digelar setelah lebaran nanti sekalian halal bihalal. Bahkan adik-adik Abidzar tidak diberitahu. Semua Umi Hafsah yang mengatur, kedua mempelai tampak menurut saja. Setelah Yura resmi jadi menantunya, Umi Hafsah merasa tenang dan lega. Wajah wanita paruh baya itu bahkan tampak berseri-seri. Kini ia sudah siap, kapan pun dipanggil menghadap sang pencipta. Abidzar senang melihat ibunya sangat bahagia sekali. Sudah lama sekali Umi Hafsah tidak tersenyum seperti itu. "Ya Allah jika menikah dengan Yura membuat Umi bahagia, aku ikhlas menerima perjodohan ini. Tumbuhkanlah rasa cinta di hati kami, amin," lirih Abidzar di dalam hati sambil mengatur letak barang-barang di kamarnya karena mulai hari ini akan tidur bersama Yura. "Umi tahu kamu tidak mencintai Yura, tapi percayalah rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu!" ujar Umi Hafsah sambil m

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 4. Kakak Ipar

    "Jadi seperti ini sikap kalian? Pantas tidak ada yang betah menemani Umi," sahut Abidzar sambil melangkah masuk. Dengan gugup Reyhan bertanya, "Kak, A-abid kapan pulang?" Mereka langsung menghampiri Abidzar dan hendak menyalami, tetapi pria itu menghindar dan mendekat ke arah Yura. "Jaga sikap dan mulutmu kalian, Yura adalah istriku!" ujar Abidzar yang membuat kedua adik dan iparnya tampak tercengang. "Maaf Kak, kami tidak tahu," ucap Reyhan dengan wajah yang langsung pucat. "Dek, masuk ke kamar nanti kalau Umi pulang baru ke luar!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Setelah Yura pergi, Abidzar kembali melanjutkan pembicaraan dengan kedua adiknya. "Dengarkan baik-baik, kalau datang ke sini kalian harus menghormati Yura dan jangan pernah berani menyakitinya dengan alasan apa pun. Ingat aku tahu apa yang kalian lakukan, meskipun mataku tidak ada di rumah ini!" Abidzar memberikan peringatan keras. "Baik Kak," sahut Reyhan dan Farid secara bersamaan. Abidzar kemudian m

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

    Huling Na-update : 2025-04-22

Pinakabagong kabanata

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 17. Pergilah!

    Baru saja selesai kontrol, Abidzar dan Yura tampak terkejut mendapat kabar dari Farid, kalau rumah mereka kebakaran. Keduanya langsung pulang, tetapi karena macet ketika sampai keadaan rumah tinggal puing-puing bekas kebakaran yang masih berasap. Tidak ada yang tersisa semua hangus terbakar. Seperti baju dan berkas-berkas kerja Abidzar. Bahkan warga tidak ada yang berani mendekat, meskipun api sudah padam. Sementara itu Umi Hafsah berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Ya Allah cobaan apalagi yang kamu berikan kepada keluargaku!" lirih Abidzar dengan penuh sesal, meskipun Umi Hafsah selamat dari kebakaran itu. Seandainya ia tidak pergi mungkin kejadiaan ini tidak akan terjadi. Abidzar yakin sekali musibah ini ada kaitan dengan penembakannya. Setelah nyawanya kini keselamatan ibunya yang terancam. Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus bertindak sebelum keluarganya yang lain jadi korban. "Ya Allah, jika ini adalah takdir-Mu aku ikhlas. Tapi tolong berika

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 16. Musibah

    Setelah pulang buka puasa bersama Farid dan Reyhan, Umi Hafsah langsung masuk kamar. Sehingga membuat Yura jadi heran karena Umi Hafsah tidak pernah bersikap seperti itu. "Umi sudah pulang?" tanya Abidzar yang baru saja selesai salat tarawih bersama Yura. "Sudah baru saja, tapi kenapa Umi terlihat bad mood ya Kak?" sahut Yura sambil balik bertanya. "Mungkin Umi cape atau karena kita nggak ikut," jawab Abidzar menduga. "Ya sudah, aku mau siapkan bahan-bahan buat sahur dulu ya Kak," pamit Yura yang dijawab anggukan oleh Abidzar. Tidak lama setelah Yura pergi, Umi Hafsah datang menemui putra sulungnya itu. "Kenapa kamu tidak bilang sudah punya kekasih, kalau tahu Umi tidak akan menjodohkanmu dengan Yura. Biar dia jadi anak angkat saja, maafkan Umi ya!" ujar Umi Hafsah sambil menatap Abidzar dengan rasa bersalah. Abidzar tampak terkejut tiba-tiba ibunya berkata seperti itu. Ia mengerti siapa wanita yang dibilang sebagai kekasihnya itu. "Umi tidak bersalah karena aku dan Renita tid

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 15. Konspirasi

    Seorang wanita cantik dengan balutan busana seksi tampak melenggok menuju ke salah satu kamar hotel bintang lima di Singapura. Setelah menekan bel, pintu kamar itu pun terbuka. Meski sempat ragu ia memberanikan diri untuk masuk. Miss Flo tampak tekejut karena kamar mewah itu tidak terang benderang seperti biasanya. Hanya beberapa lampu saja yang menyala, sehingga keadaan menjadi temaram. Ia menelisik kamar itu dengan penuh kewaspadaan dan saksama. Jari-jari lentiknya tampak menggenggam erat sebuah paper bag. Seolah sudah siap jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Jangan takut, aku menjamin keamamanmu . Mulai dari masuk sampai ke luar dari hotel ini!" ujar seseorang yang membuat Miss Flo terkejut. Seorang pria memakai kemeja hitam yang digulung sampai siku dan masker senada menghampirinya sambil memegang dua gelas red wine. Ia kemudian menyodorkan tangan kanannya yang tampak kekar seraya berkata, "Senang bertemu denganmu Miss Flo, silahkan duduk!" Sambil tersenyum Miss Flo m

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 14. Bantuan

    Hari demi hari berlalu luka tembak Abidzar mulai mengering dan sudah bisa melakukan aktvitas sendiri. Para rekan kerjanya tidak ada yang menjenguk. Mereka bukan tidak mau datang, tetapi Abidzar melarangnya. Jadi cukup bertatap muka secara online saja. Abidzar sengaja melakukan itu karena ingin melindungi keluarganya, terutama Yura. Ia merasa keadaan sudah tidak aman, bisa saja pembunuh itu masih terus mengincarnya bukan. Namun, tanpa Abidzar ketahui pengobatannya telah dihentikan oleh pihak asuransi tanpa alasan yang jelas. Jadi untuk membeli obat-obatan tertentu dan kontrol ke dokter harus memakai uang sendiri. Umi Hafsah dan Yura sepakat untuk merahasiakan itu. Mereka ingin Abidzar tenang dalam masa pemulihan. "Tolong jualin perhiasan Umi, Yura!" seru Umi Hafsah sambil memberikan sebuah dompet. "Buat apa Umi, kenapa harus dijual?" tanya Yura dengan heran. "Selama ini Abidzar menyerahkan semua gajinya kepada Umi. Tapi habis Umi sedekahnya kepada yang membutuhkan. Nanti kalau ada

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 13. Mencari Tahu

    "Sebenarnya berat bagi kami untuk membebas tugaskanmu karena kamu salah satu agen terbaik. Tapi kami tidak rela kalau sampai kehilanganmu untuk selamanya. Jadi keputusan ini demi keselamatanmu semata!" ujar atasan Abidzar memberikan penjelasan secara detail. "Iya Pak, saya mengerti," jawab Abidzar yang menyadari keselamatannya sedang terancam. Mau tidak mau Abidzar menerima keputusan pengnonaktifan dirinya. Jujur akibat insiden ini membuatnya sedikit terpukul. Jadi ia minta pulang dan melakukan pemulihan di rumah saja, agar lebih fokus menenangkan diri. "Baiklah kami hargai permintaanmu!" ujar atasan Abidzar menyetujui dan memerintahkan beberapa orang polisi untuk mengantar sampai rumah. Abidzar kemudian memutuskan selama masa penyembuhan pisah kamar dengan istrinya. Jadi Umi Hafsah dan siapa pun yang datang menjenguk bisa melihat keadaannya secara langsung. Yura tidak mempermasalahkan pisah kamar dengan Abidzar. Justru ia merasa aman karena privasinya tetap terjaga. Lagipula bis

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 12. Mata-mata

    Abidzar berhasil melewati masa kritisnya. Ia sudah sadar, tetapi masih sangat lemah. Farid segera memberi kabar baik itu kepada keluarganya. Renita juga langsung menghampiri pujaan hatinya dengan senyum yang mengembang. "Syukurlah kamu selamat, aku tidak tahu bagaimana jadinya, kalau kamu sampai --"Mendengar itu Yura langsung memotong, "Tolong jaga batasanmu!" "Kamu tidak berhak melarangku karena kami saling mencintai!" sahut Renita yang tidak mau pergi meninggalkan Abidzar. "Jangan berdebat di dapan Kak Abid!" bisik Farid sambil melirik Yura. Yura tampak menghela nafas panjang dan memilih untuk pergi mengalah karena tidak mau membuat keributan. Namun, tidak berapa lama Renita dan Farid juga ke luar karena tim medis akan melakukan pemeriksaan terhadap Abidzar. Wanita dengan rambut bondol itu tampak membuang muka ketika bertatapan dengan Yura. "Ayo kita pulang karena Kak Abidzar harus dirawat intensif dan selama beberapa hari tidak boleh dijenguk dulu!" ujar Farid memberitahu yan

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 11. Bangunlah!

    "Ya Allah tolong selamatkan anakku!" pekik Umi Hafsah ketika mendapat kabar dari Farid kalau Abidzar tertembak dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Umi Hafsah sangat terpukul sekali karena takut akan kehilangan Abidzar untuk selama-lamanya. Tragedi itu persis seperti yang merenggut nyawa mendiang suaminya dulu. Sehingga membuatnya syok dan tidak sadarkan diri. "Umi!" teriak Farid dan Reyhan secara bersamaan dan segera menangkap tubuh ibu mereka, lalu membopongnya ke kamar. Tidak lama kemudian Yura pulang dan terkejut ketika melihat kedatangan kedua adik iparnya itu. "Kamu dari mana saja sih, kenapa ninggalin Umi sendirian di rumah?" tanya Farid dengan wajah yang tegang. "Aku habis jalan pagi, memangnya Umi kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya."Kak Abidzar tertembak ketika sedang bertugas dan sekarang Umi pingsan!" sahut Risa memberitahu. Mendengar itu Yura langsung masuk ke kamar Umi Hafsah. "Umi, bangun Umi!" ujar Reyhan sambil terisak di samping ibunya. "Ya Al

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status