RAHASIA ISTRI BERCADARKU

RAHASIA ISTRI BERCADARKU

last update最終更新日 : 2025-06-13
作家:  Aryan Leeたった今更新されました
言語: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
評価が足りません
57チャプター
1.6Kビュー
読む
本棚に追加

共有:  

報告
あらすじ
カタログ
コードをスキャンしてアプリで読む

概要

Pewaris

Pintar

Identitas Tersembunyi

Perjodohan

Cinta Pertama

Cinta Segitiga

Drama

Seorang gadis yatim piatu bernama Yura berhasil merebut hati dan simpati Umi Hafsah--ustadzah yang ramah dan baik hati--hingga ia dijodohkan dengan putra sulungnya bernama Abidzar, seorang agen intelegen. Namun, setelah menikah Yura menunjukan sikap yang mencurigakan. Bahkan Abidzar justru menjadi target pembunuh bayaran, tetapi gagal? Sebenarnya, rahasia apa yang disembunyikan istri bercadar Abidzar itu?

もっと見る

第1話

Bab 1. Perkenalan

"Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kesempatan bertobat. Tapi tidak berhak melakukan pembalasan dendam. Hanya Allah yang bisa menghakimi hamba-Nya dengan seadil mungkin," ujar Umi Hafsah mengakhiri kajian hari ini.

Para jemaah yang terdiri dari kaum hawa itu tampak mendengarkan dengan saksama. Mereka sangat berantusias sekali mengikuti tausiyah yang dibawakan oleh Umi Hafsah. Seorang Ustadzah yang bertutur kata lemah lembut, ramah, baik dan keibuan.

"Umi, pulang naik apa?" tanya seorang wanita berkerudung.

Sambil tersenyum Umi Hafsah menjawab, "Naik ojek."

"Mau bareng sama saya Umi, kebetulan kita searah!" ajak wanita berkerudung itu lagi.

"Terima kasih, lain waktu ya, Umi sudah pesan ojek online," tolak Umi Hafsah yang tidak mau merepotkan.

Wanita itu pun berpamitan, "Baiklah, kalau begitu saya duluan ya Umi!"

Biasanya Umi Hafsah, kalau sedang memberikan tausiyah diantar sama supir. Tapi sudah beberapa minggu ini pulang kampung, jadi terpaksa berangkat dan pulang sendiri.

Tiba-tiba orderan ojek Umi Hafsah dibatalkan oleh Driver. Ia segera memesan lagi, tetapi setelah menunggu cukup lama tidak juga dapat.

"Setelah pembegalan tempo hari, jarang ojek online yang mau masuk ke kampung ini Umi. Lebih baik Umi naik angkot saja dulu. Nanti di jalan besar baru pesan ojek online!" saran seorang ibu-ibu sekitar.

"Oh begitu, terima kasih atas informasinya Bu," ucap Umi Hafsah yang segera naik angkot bersama-sama warga lainnya.

Satu persatu penumpang turun, tinggal Umi Hafsah dan dua orang wanita lagi . Tiba-tiba seorang pria menodongkan pisau ke arah penumpang.

"Berhenti Pak Sopir. Cepat serahkan dompet, handphone, dan perhiasan kalian!" seru pencopet itu dengan lantang. Sehingga membuat korban ketakutkan.

"Astagfirullah alazim, silahkan ambil tapi jangan sakiti siapa pun!" ujar Umi Hafsah sambil memberikan dompetnya.

Setelah berhasil menggasak barang-barang pribadi penumpang, pencopet itu segera turun dari angkot. Akan tetapi, baru beberapa langkah, tiba-tiba seorang penumpang wanita yang memakai masker mengejarnya. Ia langsung melayangkan tendangan, hingga pencopet itu tersungkur.

"Kalau sayang sama nyawamu, kembalikan barang-barang kami!" ancam wanita itu yang sudah siap mengambil kuda-kuda.

"Perempuan kurang ajar, rasakan ini. Hiaat ....!" sahut pencopet itu yang segera menyerang sambil menyabetkan belati.

Akan tetapi, dengan dua kali gerakan saja. Pencopet itu berhasil dikalahkan dengan mudah. Bahkan dibuat tidak sadarkan diri di tempat.

Wanita yang memakai masker itu segera mengambil barang-barang yang dirampas pencopet tadi dan mengembalikan kepada pemiliknya.

"Terima kasih, siapa namamu Nak?" ucap Umi Hafsah dengan wajah yang tegang.

"Yura, Bu," jawab gadis itu sambil menyalami tangan Umi.

Pencopet itu dibawa ke kantor polisi oleh supir angkot dan Umi Hafsah diantar pulang oleh gadis yang menolongnya.

"Ayo silahkan masuk, jangan sungkan dan anggap rumah sendiri ya. Ibu mau bikin minum dulu!" ujar Umi Hafsah yang ingin menjamu tamunya.

Gadis bernama Yura menelisik depan rumah itu dengan saksama. Tempat tinggal yang sederhana, tapi memiliki teras yang cukup luas. Di pekarangan tumbuh subur pohon mangga, rambutan dan beberapa jenis bunga yang rindang. Sehingga membuat susana jadi sejuk dan asri. Ia merasakan rumah ini begitu tenangan dari tempat-tempat yang pernah disinggahi.

Tidak lama kemudian Umi Hafsah sudah kembali lagi. Sambil membawa dua gelas es teh manis dan stoples cemilan.

"Silahkan dicicipi!" ujar Umi Hafsah sambil duduk di samping gadis itu. "Oh ya, kamu dari dan mau ke mana?" tanyanya ingin tahu.

"Saya dari kampung Bu dan sedang mencari pekerjaan di Jakarta," jawab Yura yang membawa sebuah tas ransel, entah apa isinya.

Umi Hafsah kembali bertanya, "Punya saudara atau teman di sini?"

"Nggak ada, saya merantau sendirian, tapi belum dapat pekerjaan," jawab Yura kembali.

Umi Hafsah tampak mengangguk kecil, setelah sejenak berpikir kembali melanjutkan pembicaraan.

"Bagaimana untuk sementara waktu kamu bermalam di rumah ini, Umi tinggal sendirian?" Umi Hafsah menawarkan.

"Ibu tinggal sendiri di rumah sebesar ini?" tanya Yura tidak percaya.

Umi Hafsah tampak mengangguk dan menjelaskan, "Sebenarnya Umi punya tiga orang anak, laki-laki semua. Dua orang sudah menikah dan masing-masing sudah punya rumah sendiri, sedangkan yang paling sulung masih single dan jarang pulang. Makanya Umi memberikan tausiyah agar tidak jenuh di rumah. Ya Itung-itung cari bekal, kalau suatu saat dipanggil sama Allah."

"Kenapa Ibu tidak ditemani asisten, nanti kalau ada orang jahat kayak tadi lagi bagaimana?" tanya Yura dengan heran.

"Umi bingung mau melakukan apa kalau ada asisten, waktu jadi terasa lama. Soal orang jahat Umi yakin Allah pasti memberikan perlindungan untuk hamba-Nya. Seperti hari ini, pertolongan-Nya datang melalui kamu," jawab Umi Hafsah yang membuat Yura tampak tertegun mendengarnya.

Kata-kata Umi Hafsah telah membuat rasa bangga sebagai penyelamat di hati Yura seketika hancur. Seolah menamparnya kalau tidak ada kekuatan yang lebih hebat dari kekuasan-Nya.

"Bagaimana kamu mau nggak tinggal di rumah ini sama Umi?" tanya Umi Hafsah kembali.

"Terima kasih banyak, saya mau Bu," jawab Yura menerima tawaran itu.

"Alhamdulillah, maaf, apakah Umi boleh lihat wajah Yura?" sahut Umi Hafsah yang ingin mengenal gadis berpenampilan tomboi itu lebih jauh lagi.

Yura merasa tidak enak dan segera membuka masker yang dipakainya. Ia kemudian tersenyum sambil menatap Umi Hafsah.

"Masya Allah," ucap Umi Hafsah yang terpukau.

***

Hari demi hari berlalu Yura semakin betah tinggal di rumah Umi Hafsah. Ia belajar banyak dari wanita paruh baya itu. Mulai dari membantu melakukan pekerjaan rumah tangga sampai ilmu agama. Sifat keibuan Umi Hafsah membuat Yura nyaman, seolah mendapatkan kasih sayang seorang dari ibu kandung.

Sementara itu Umi Hafsah semakin menyayangi Yura. Apalagi setelah mendengar cerita kalau gadis itu yatim piatu dari kecil dan harus merantau ke Jakarta karena panti asuhannya kena gusur. Sehingga membuat keduanya semakin dekat. Seperti ibu dan anak kandung saja karena ke mana-mana selalu berdua. Bahkan gadis itu dibuatkan kartu tanda penduduk yang beralamatkan rumah Umi Hafsah.

"Umi, saya baru jadi mualaf. Tolong ajari saya agama islam lebih banyak lagi!" pinta Yura dengan penuh harap.

"Alhamdulillah, dengan senang hati Umi akan ajari kamu. Nanti habis salat magrib kita belajar ngaji ya!" sahut Umi Hafsah yang membuat Yura tersenyum senang.

Dengan sabar dan telaten, Umi Hafsah mengajarkan dasar-dasar agama islam, ilmu fiqih, tauhid dan cara membaca huruf-huruf hijayah. Yura juga sering dinasehati arti kesabaran, keikhlasan dan terutama dalam hal berbagi kepada sesama. Seperti hari ini ia sedang belajar mengaji dengan baik dan benar.

"Masya Allah, kamu pintar sekali Yura," puji Umi Hafsah yang semakin kagum dengan daya ingat gadis itu. Cuma sekali dijelaskan langsung cepat tanggap.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar rumah.

"Waalaikumsalam," sahut Umi Hafsah yang sudah hafal dengan suara itu. "Kita sambung besok lagi ya Yura!" ujarnya kemudian. Ia segera membukakan pintu dan tersenyum melihat seorang pria berusia tiga puluh lima tahun.

Pria itu segera menyalami Umi Hafsah dan mendaratkan di dahinya. Ia kemudian melihat Yura yang sudah memakai masker dengan heran.

"Bodyguard Umi," bisik Umi Hafsah sambil tersenyum.

Sambil mengernyitkan dahinya pria itu menegaskan, "Tiba-tiba perasaan aku kok nggak enak ya Umi."

Umi Hafsah tampak terkekeh dan memanggil, "Yura, sini!"

Yura langsung menghampiri sambil menyahuti, "Saya Umi."

"Kenalkan ini putra sulung Umi, namanya Abidzar," ujar Umi Hafsah mengenalkan anak lelakinya.

"Yura," jawab gadis itu sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Abidzar tampak tersenyum sehingga membuat pria dengan tubuh kekar dan tinggi 175 cm itu terlihat manis. Apalagi dengan brewok tipis membuatnya terlihat gagah.

"Yura kamu siapkan makan malam ya!" seru Umi Hafsah yang langsung dikerjakan oleh Yura.

"Serius, dia bodyguard Umi atau asisten baru?" tanya Abidzar menegaskan.

"Yura sudah yatim piatu dari kecil dan besar panti asuhan. Dia .... " Umi Hafsah menceritakan latar belakang Yura yang sangat memprihatinkan.

Setelah mendengar cerita ibunya, Abidzar bertanya, "Terus Umi mau mengangkatnya jadi anak?"

"Iya, tapi dengan menjadikannya menantu," jawab Umi Hafsah membuat Abidzar yang baru masuk ke rumah langsung terkejut.

BERSAMBUNG

もっと見る
次へ
ダウンロード

最新チャプター

続きを読む

読者の皆様へ

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

コメント

コメントはありません
57 チャプター
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status