Share

BAB 6

Rashva berlari dan berlari.

Cahaya itu terasa jauh sekali.

Rashva teringat lagi akan kehidupannya sendiri.

Semenjak dahulu, yang ia temukan hanyalah kekecewaan. Impiannya tidak ada yang menjadi kenyataan. Harapan selalu tinggal harapan.

Mulai dari ditinggal pergi ayahnya yang hilang di medan perang. Lalu kekecewaan saat kuliah di jurusan yang tidak diminatinya, karena ternyata ia tidak diterima di jurusan yang diharapkannya. Teman-teman akrabnya yang hanya sedikit sekali dan kini mereka sudah berada di lain kota. Kehidupan di dunia maya yang penuh kepalsuan yang membuatnya bosan. Belum lagi percintaan yang selalu gagal.

Akhirnya bermain game adalah satu-satunya pilihannya untuk lari dari kekecewaan ini. Di dunia game, setidaknya ia bisa memenangkan sesuatu. Menyelesaikan tugas atau melawan musuh yang kuat. Dia suka dengan game strategi di mana ia harus mengatur siasat dan taktik dalam menghadapi lawan. Juga suka game fighting di mana ia harus menemukan jurus dan cara untuk mengatasi lawan. Semuanya itu membawa sedikit kebahagiaan padanya.

Tetapi hidupnya masih terasa hampa.

Kini, di hadapannya ada cahaya yang harus diraihnya. Rashva merasa ini adalah harapan terakhirnya. Inilah satu-satunya jalan di mana ia bisa menjadi seseorang di masa depan nanti. Membuat ibunya bangga, dan memperlihatkan kepada semua orang yang meremehkannya bahwa ia bukanlah pecundang.

Karena itu Rashva berlari dengan sekuat tenaga. Seluruh harapannya, kekuatannya, kesedihannya, kekecewaannya bercampur menjadi satu dan berubah menjadi sebuah kekuatan yang tak pernah ia sangka.

Entah berapa jauh ia berlari. Nafasnya sudah tersenga-sengal. Dadanya terasa panas mau meledak. Jantung seakan dapat berhenti kapan saja. Matanya sudah mulai kabur. Tetapi Rashva tidak mau berhenti. Meski cahaya itu terlihat masih jauh, bagi Rashva cahaya itu sangat lah dekat.

“Sedikit lagi…..sedikit lagi…., aku akan dapat mengubah semuanya…..,” bisiknya dalam hati. Tangannya menggapai ke depan mencoba meraih cahaya itu.

Airmatanya mengalir. Airmata pengharapan.

Ya Tuhan, kali ini saja. Kabulkanlah…..

Di saat seseorang telah mencapai keputusasaan yang paling dalam, yang tertinggal di hatinya hanyalah doa.

Sedikit lagi….,

Sedikit lagi….,

Lagi….,

Dan lagi….,

Lalu Rashva terjatuh.

Tubuhnya tidak kuat lagi. Nafasnya terasa seperti terputus. Dadanya terbakar. Kakinya lumpuh.

Rashva memandang cahaya itu. Matanya terpejam. Airmata itu akhirnya terjatuh.

Ia menghela nafas.

“Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan untuk kejayaan.”

Cahaya itu menghilang. Dunia terasa begitu gelap.

Ingin rasanya ia menangis sekeras-kerasnya. Tetapi entah kenapa, ada perasaan lega di hatinya. Mungkin karena ia telah sekian lama kecewa. Telah sekian lama berharap ada perubahan berarti di dalam hidupnya. Namun selalu gagal dan gagal lagi.

“Tak apalah,” senyum Rashva.

Apabila orang lain melihat senyum ini, mereka akan menangis untuknya.

Tetapi Rashva tetap tersenyum, meskipun airmata deras membasahi pipinya.

“Sudah terlalu sering kecewa, kecewa satu kali lagi tidak apa-apa,” tawanya.

“Setidaknya aku sudah berusaha.”

Sejak dahulu ia memang selalu telah berusaha. Dan usaha itu selalu gagal. Selalu zonk.

Apakah Tuhan memang menciptakan sebagian orang untuk selalu kecewa?

“Tidak apa-apa. Ya Tuhan, saya tidak marah. Tidak kecewa. Saya ikhlas. Saya terima semua ini, Ya Tuhan. Terima kasih untuk nafas dan kehidupan yang telah Engkau berikan.”

Ia berbisik lirih dalam hati.

Tiba-tiba cahaya yang tadi menghilang itu muncul kembali dengan terang benderang!

Blaaaaaaaaaammmmmmm!

Terdengar suara Fenrir,

“Membuka Mata Ketiga memang tidak dapat dilakukan dengan hasrat, dengan keinginan. Mata Ketiga hanya dapat terbuka apabila seseorang sudah ikhlas menerima keadaan dirinya.”

Seketika Rashva paham.

Tak ada seorang pun yang mampu mengejar cahaya itu. Ujian terakhir adalah bahwa ketika kita gagal meraih sesuatu, kita mampu ikhlas dan berterima kasih ke Sang Pencipta atas segala yang telah ia berikan.

Lalu cahaya yang menyilaukan tadi menyelimuti tubuh Rashva.

Anak muda itu merasakan kehangatan aneh yang sama sekali tidak pernah dirasakannya.

Kehangatan itu berubah menjadi rasa panas yang sangat dahsyat!

Herannya, Rashva entah bagaimana dapat menahan rasa panas yang meledak-ledak itu.

Tubuhnya seperti mengeluarkan cahaya putih kemerahan.

Blllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrr!

Seolah ledakan energi nuklir yang pecah keluar dari dalam tubuhnya.

“Mata Ketiiga telah terbuka!” terdengar suara Fenrir.

“Badanku terasa segar sekali, Fenrir. Seolah aku tidak pernah sakit. Aku merasa ada energi yang begitu membara berputar-putar mengikuti aliran darahku.”

“Itulah yang dinamakan Chi. Semua orang memilikinya, tetapi hanya mereka yang Mata Ketiganya telah terbuka yang mampu mengendalikan dan memanfaatkannya,” jelas Fenrir.

“Ya, aku pernah membaca tentang Chi di dalam novel-novel online. Tak kusangka ternyata kini aku mampu mengendalikannya,” kata Rashva.

“Dengan Mata Ketiga yang terbuka, kau akan mampu mengendalikan Chi, memiliki refleks yang sangat cepat, intuisi yang sangat tajam, serta mata batin yang mampu menembus rahasia alam semesta. Kau hanya perlu melatihnya setiap hari agar semakin terasah,” kata Fenrir.

“Baik. Apa yang harus aku pelajari pertama kali?”

“Aku akan mengajarimu jurus Langkah Lingbo Weibu,” kata Fenrir

“Apa? Lingbo Weibu itu kan jurus langkah milik pendekar Duan Yu yang ada di novel ‘Demi Gods and Semi Devils’ karya Jin Yong!” seru Rashva.

“Di dunia Mirrorverse ini, apapun yang manusia khayalkan di dunia nyata, dapat menjadi nyata di sini,” jelas Fenrir.

“Baiklah. Aku ingat bahwa Lingbo Weibu adalah sejenis ilmu meringankan tubuh di dalam novelnya.”

“Jurus langkah Lingbo Weibu adalah ilmu meringankan tubuh. Arti dari kata Lingbo Weibu adalah "Langkah Kecil Menapak Samudra'. Dengan ilmu ini gerakanmu akan menjadi sangat cepat, footwork mu dalam bertarung akan menjadi tak tertebak dan tidak bisa diduga, sehingga kau akan bisa menciptakan serangan yang sangat berbahaya hanya dengan mengendalkan langkah kaki dan positioning-mu saja,” kata Fenrir.

“OH? Keren sekali! Aku mau belajar jurus itu!”

“Mari kita tinggalkan dunia Roh menuju ke Mirrorverse,” kata Fenrir.

“Yuks!”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status