Entah sudah berapa lama Rashva berlatih. Waktu dan jam di dunia paralel ini memang sangat berbeda. Sekian lama ia berlatih mengucurkan keringat, bahkan terkena sambaran kuku dari Fenrir yang terus menerus mengujinya, membuat Rashva menjadi semakin bersemangat. Karena ia merasakan kemajuan yang sangat pesat.
“Sekarang kita coba.”
Giliran Rashva yang mengangguk.
“Pejamkan matamu,” perintah Fenrir.
Rashva mengikuti perintahnya.
Tahu-tahu Rashva merasakan ada pukulan dari sebelah kanannya. Dengan refleks ia menghindar.
“Bagus! Kau sudah bisa merasakan serangan lawan berkat indra ke-6 mu. Perhatikan lagi!” seru Fenrir.
Kali ini Fenrir berpindah tempat dan memukul lagi dengan kaki depannya. Jika pada awal-awal latihan Rashva masih terkena serangan Fenrir, kini ia sudah dapat menghindarinya dengan sempurna.
“Bagus!” kata Fenrir.
“Okee!”
Lama sekali mereka berlatih. Entah berapa lama.
“Aku harus kembali ke dunia nyata. Kasihan Ibu menungguku. Sudah berapa lama ini aku pergi.”
“Ada perbedaan waktu di Mirrorverse. Di sini, 10 tahun sama dengan 1 hari di duniamu.”
“Apaaa? Berarti seperti merem aja di dunia nyata ya?” tanya Rashva.
Fenrir mengangguk. ‘Baik aku akan mengantarkanmu kembali.”
“Sebentar! Sebentar!” tahu tahu Rashva mengingat sesuatu.
“Kemarin-kemarin kau kupanggil-panggil tapi tidak muncul sama sekali. Memangnya ada mantra tertentu ya untuk manggil kamu?” tanya Rashva.
Fenrir tersenyum, katanya, “Sekarang Mata Ketiga-mu sudah terbuka, kau akan dapat melihatku di dunia nyata. Aku selalu mendampingimu dari dalam cermin. Jika kau membutuhkanku di dunia nyata, kau cukup memanggil namaku.”
“Baik. Kau tidak bohong, bukan? Nanti ternyata kupanggil malah nggak muncul-muncul,” kata Rashva sedikit curiga.
Fenrir memasang tampang masam dan menggeleng-geleng seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Oke! Oke! Gak jengkel gitu lah, oke siap!”
Bagaimana tidak jengkel jika Kyrios malah tidak percaya dengan Daimonnya?” tukas Fenrir setengah marah setengah tertawa.
Mereka berdua berbagi tawa.
Nampaknya ikatan batin antara Kyrios dan Daimon sudah langsung terjalin dengan kuat.
Sebuah cahaya datang lagi. Cahaya itu berbentuk lingkaran dan menyedot Rashva masuk di dalamnya. Saat ia tersadar, dilihat wajah ibunya masih berada di sampingnya. Ibunya sedang menangis hebat dan airmatanya ditahannya agar tidak sampai jatuh membasahi wajah Rashva.
“Ibu…..,” bisik Rashva lemah
“Astagfirullah kamu masih hidup ya, Nak? Alhamdulilla,h sebut nama Tuhan banyak-banyak.”
Suasana di kost itu terasa suram. Tetapi saat itu, sang ibu merasakan ada sinar harapan besar saat mengetahui anaknya yang tadi sempat meninggal beberapa saat, kini sudah kembali lagi.
Meskipun harapannya sangat kecil agar Rashva dapat sembuh, sang Ibu tetap memiliki harapan.
Harapan seorang ibu.
Bukankah harapan seorang ibu-lah yang membuat kita semua sanggup bertahan menghadapi kehidupan yang penuh penat dan kesedihan?
Jika bukan karena doa seorang ibu, apakah kita akan mampu terus melangkah menyusuri hari-hari yang melelahkan dan hanya membawa kehampaan?
“Tenanglah ibu. Insya Allah, aku tak akan pergi lagi.”
Bukankah kata-kata ini teramat indah?
Seberapa lama seseorang sanggup menepati janji itu?
Janji untuk tidak pergi lagi.
***
Sudah 2 minggu sejak ia “kembali” ke dunia ini. Tubuhnya berangsur-angsur pulih sejak saat itu. Ginjal dan livernya pun terlihat membaik dari hari ke hari. Para dokter yang menangani Rashva pun terheran-heran dengan kenyataan ini. Bagi mereka penyakit yang diderita akibat penganiyaan yang dialami Rashva sudah terlalu berat dan harapan untuk sembuh bahkan tidak sampai 10%.
Kini keadaan Rashva sudah sangat membaik. Ibunya bahkan sudah tidak menemaninya lagi di kost sudah kembali ke rumah mereka di Malang Selatan. Saat ini Rashva beristirahat total dengan meminum ramuan jamu buatan ibunya. Hanya dengan bermodal itu saja ia merasa penyakitnya akan sembuh total.
Tetapi ia tahu, penyakitnya itu adalah buatan Fenrir yang gunanya adalah untuk membuka Mata Ketiganya.
Namun walaupun di dunia nyata kesahatannya belum pulih seluruhnya, di Mirrorverse ia tetap berlatih dengan dibantu oleh Fenrir. Setiap hari ia berlatih dengan penuh semangat. Meskipun tubuhnya belum sehat sepenuhnya, setidaknya ia merasa 80% kesehatannya sudah kembali.
“Jurus Lingbo Weibu-mu sudah sangat sempurna. Sekarang kau harus berlatih ilmu kultivasi. Aku memiliki banyak sekali pengetahuan tentang kultivasi.”
“Satu ilmu yang paling aku suka namanya ‘Ilmu 9 Matahari’, dari novel karya Jin Yong juga. Apakah kau mengetahuinya?” tanya Rashva.
“Ilmu itu ilmu yang sangat hebat. Tidak gampang menguasainya. Kalau melihat tampangmu, rasanya sulit menguasai ilmu itu. Hahahah,” tawa Fenrir sedikit menghenduskan nafasnya.
“Oh, matamu. Hahahah!”
“Ilmu Lingbo Weibu juga ilmu yang sulit, tetapi aku sanggup menguasainya,” tawa Rashva.
Fenrir tidak mengomentari apa-apa tentang lagak Rashva yang sedikit jumawa. Ia hanya berkata, “Baiklah, kita mulai latihan.”
“Aku siap!”
“Sebelum kita mulai, ada yang harus kujelaskan kepadamu.”
“Silahkan.”
“Kemampuan yang kau miliki sekarang, boleh dianggap cukup hebat. Kau mampu menguasai Lingbo Weibu dengan sangat cepat. Yang aku tahu, Spiritual Roots-mu memang sangat kuat dan tertanam dalam. Sepertinya karena engkau adalah keturunan dari DIA.”
“Oh ya. Selama ini waktu dan pikiranku selalu terpusat untuk berlatih dan memahami keadaan dunia ini, sehingga aku lupa bertanya tentang ayahku!”
“DIA bukanlah ayahmu.”
“Oh? Jadi siapa yang kau maksud?”
“DIA adalah Kyrios terkuat sepanjang jaman, Zeon Naiga.”
“Ceritakan tentang Zeon Naiga ini,” pinta Rashva.
“Zeon sejak lahir memang dikaruniakan Spiritual Root yang sangat kuat. Sejak kecil ayahnya sudah mengajarinya pertarungan dan ilmu perang. Ia lahir di dekat laut timur. Ayahnya adalah seorang samurai pengelan di Jepanga. Ibunya berdarah Rusia.”
Lanjut Fenrir, “Ia yang berhasil mengusir penjajah Mongol yang mencoba menguasai Tanah Matahari Terbit itu. Ia juga kemudian pergi menghilang dari dunia nyata, masuk ke Mirrorverse dan menaklukkan dunia itu.”
“Di Mirrorverse, ia memiliki kastilnya sendiri. Yaitu Kastil yang kita diami sekarang ini. Di sini semua makhluk takut dan taat kepadanya. Semua perintahnya tidak ada yang berani menolak. Tetapi ia Emperor yang baik. Ia adil. Ia penuh kasih sayang kepada musuh dan sahabat-sahabatnya. Tetapi kasih sayang inilah yang merupakan kelemahannya.”
Pagi belum lagi tiba.Rashva mimpi itu lagi.Naga menelan matahari. Lama-lama ia menjadi sangat terbiasa. Karena malas untuk kembali tidur, Rashva memutuskan untuk pergi ke dapur saja untuk memasak. Selama beberapa hari ini Rikka yang selalu memasak untuk mereka. Kasihan juga jika ia selalu berkutat di dapur saja setiap hari.Saat menyusuri lorong, dilihatnya kamar Rikka ternyata masih terbuka. Ada terang cahaya lilin yang menyinari kamar itu. Ia berdiri di depan pintu kamar dan melihat gadis itu sedang menjahit sesuatu.“Rikka belum tidur? Sedang menjahit apa?”“Rikka membuatkan pakaian untuk Tuan,” jawabnya dengan pandangan yang aneh.“Untuk apa kau membuatkan pakaian untukku? Aku masih punya banyak,” tawa Rashva.“Kemarin Tuan membawa satu peti besar penuh dengan pakaian, perhiasan, dan berbagai macam benda lainnya. Tetapi Rikka lihat tak ada satu pun barang yang Tuan beli untuk Tuan sendiri.”Rashva tersenyum pahit. Katanya, “Aku memang tidak perlu banyak barang. Bagiku yang ada s
“Dalam ilmu peperangan, yang paling penting adalah data dan informasi mengenai lawan. Saya tahu saat ini kita masih buta dengan kekuatan lawan. Di mana benteng mereka, dan logistik apa yang mereka punya. Oleh karena itu saya mengajukan diri untuk mencari informasi. Kami para Kitsune mempunyai jaringan sendiri dan bisa saling berkomunikasi.”Lanjut Kitsune itu, “Nanti jika kita sudah mendapatkan informasi yang lengkap, baru kita mengirim Bhiksu Ben untuk menginfiltrasi benteng mereka melalui alam rohnya. Untuk saat ini saya perlu beristirahat satu hari penuh, dan besok sudah mulai bisa bergerak. Itu pun jika diijinkan Rashva-sama.”“Tentu saja kuijinkan, Miku. Malah aku dan teman-teman semua sangat berterima kasih atas bantuanmu,” kata Rashva.Akhirnya mereka memutuskan satu hari itu untuk “libur”. Sama sekali tidak melakukan apa-apa. Tetapi Rashva memilih berlatih di Ruang Latihan. Fenrir dan Icara duduk di samping dan hanya memperhatikan majikan mereka berlatih.“Apakah gerakanku sud
Mereka pulang.Rashva membawa satu kontainer besar yang berisi pakaian dan macam-macam keperluan mereka. Mulai dari bahan makanan, bahan bangunan, dan perobatan. Ada juga berbagai macam kain dan benang yang mahal.Rikka memilih-milih barang dengan senang. Ia sangat suka menata rumah dan juga menjahit. Itu adalah ketrampilan yang sudah dipelajarinya sejak kecil.Bhiksu Ben tidak banyak memilih barang. Ia hanya mengambil satu karpet dan sebuah sepatu kulit.Miku ternyata sudah kuat berjalan-jalan dan ia memilih-milih barang juga untuk kamar barunya yang sedang dipersiapkan Rikka. Saat ditunjukkan Kimono untuknya, matanya terbelalak.“Hikizuri ini mahal sekali!”Hikizuri adalah sejenis kimono yang biasa dipakai oleh para Geisha. Ava memperhatikan dulu saat pertama kali bertemu Miku, Siluman Rubah itu memang mengenakan Kimono jenis ini.Ada bermacam-macam kimono untuk Miku. Hampir semuanya berwarna merah. Ia memang suka warna merah. Hatinya trenyuh sekali mendapatkan semua kebaikan ini. I
“Selamat pagi Bhiksu Ben. Bagaimana hasil penyelidikan semalam?” tanya Rashva.“Masih belum mendapatkan hasil. Siang nanti saya akan pergi menyelidiki lagi.”“Baik. Kalau begitu silahkan sarapan dulu. Sambil dengarkan kami bercerita.”Rashva kemudian menceritakan tentang kejadian dengan Miku dan keadaan yang sekarang terjadi di Teranthe. Bhiksu itu mendengar dengan seksama.Setelah sarapan selesai Rashva berkata, “Ava, kau ikutlah aku pergi berbelanja ke Shangrilla. Kita juga bisa memantau perkembangan kabar saat di sana.”Gadis itu mengangguk dan mereka segera berangkat.Begitu sampai di Shangrilla, Rashva mengajak ke pusat perbelanjaan dan meminta Ava memilihkan baju untuk Miku.“Nona Miku kan selalu mengenakan Kimono. Mari kita ke tempat yang berjualan Kimono. Aku tahu tokonya,” kata Ava.Tempat yang dituju mereka ternyata sangat besar dan megah. Terdiri dari 7 lantai. Namanya Hakka, menjual segala jenis pakaian. Rashva terpesona juga saat memasuki tempat itu. Segala macam jenis pa
Matahari perlahan muncul dari balik gelap malam.Rashva tersenyum. Hari baru adalah harapan yang baru. Kesempatan yang baru. Selama ada matahari pagi, selama itu juga seluruh makhluk hidup memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik.Begitu ia menoleh kembali ke arah pembaringan, dilihatnya Nona Hayami Miku telah kembali ke wujud manusianya.Untung sebelumnya Rashva sudah menutupi tubuhnya denganselimut, tetapi tetap saja bagian-bagian tubuh nona itu sedikit terlihat.Dalam sekilas pandang itu saja, Rashva secara tidak sengaja telah melihat seluruh tubuh Nona itu. Kulitnya begitu terang seperti warna susu. Badannya montok dengan lekuk-lekuk yang begitu indah. Rambutnya kuning pirang panjang sampai ke punggung.Segera Rashva membuang muka dan bertanya, “Nona sudah pulih?”“Berkat bantuan Rashva-sama dan Rikka-chan, hamba sudah pulih 70 persen,” jawab Nona itu. Suaranya masih lemah, namun terdengar sangat merdu.“Baik. Harap Nona tunggu di sini saya akan mencarikan pakaian untuk Nona,”
Rashva terbangun karena kaget.Ia menceritakan mimpinya kepada Fenrir dan Icara.“Bagaimana bentuk jurang itu, Tuan?” tanya Icara.Rashva menjelaskannya dengan sangat detail. Karena mimpi itu terasa begitu nyata olehnya.“Saya tahu tempat itu. Jurang itu adalah salah satu tempat pelarian bagi Raja jika terjadi sesuatu. Hanya saya dan Hayami-san yang mengetahui tempat itu.” jawab Icara.“Aku tidak yakin ini hanya mimpi,” kata Rashva.“Hayami-san memang memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang,” kata Icara.“Oh, ya. Aku pernah baca memang katanya Siluman Rubah ekor 9 bisa masuk ke dalam mimpi manusia.”Fenrir dan Icara sudah paham maksud tuan mereka.“Kita harus pergi ke jurang itu. Hanya sekedar memastikan bahwa mimpi itu benar atau tidak.”“Baik,” kata kedua Daimon itu bersamaan.Rashva segera mengganti baju dan berteleportasi ke tempat yang diketahui Icara itu.Benar saja.Di dalam jurang itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang sudah reot. Tidak ada lampu yang menyala di sana teta