Usai membersihkan diri, Elrissa keluar dari kamar mandi. Kini, tubuhnya telah terbalut dress kasual selutut berwarna biru dengan motif bunga-bunga. Dia melihat Alano duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponsel.
Menyadari keberadaan Elrissa, Alano mengantongi ponselnya di celananya lagi, kemudian bertanya, "Sayang— udah selesai? Kamu nggak apa?""Nggak apa." Elrissa mendekat ke ranjang. Dia penasaran akan sesuatu. "Ngomong-ngomong mana HP-ku?""Kayaknya jatuh ke laut, aku nggak nemuin HP kamu waktu nyelamatin kamu, di tepi pantai juga nggak ada.""Aku main air sambil bawa HP?""Mana kutahu.""Aku juga agak penasaran—" Elrissa menatap pria yang mengaku suaminya itu dengan serius. "—kamu bilang aku main air, renang mungkin 'kan? Tapi kenapa aku pakai baju blus sama rok sebelumnya? Kan nggak masuk akal. HP-ku juga nggak ada.""Kamu mau bilang kalau aku bohong sama kamu? Kamu mau bilang kalau penjelasanku nggak masuk akal?""Aku loh nggak bilang kamu bohong.""Tapi cara ngomong kamu sama cara kamu natap aku itu kelihatan banget kamu ragu sama aku.""Kamu kok ngomongnya gitu? Apa jangan-jangan emang benar kamu nyembunyiin sesuatu dariku?"Ekspresi Alano berubah menjadi serius pula. Otot-otot wajahnya tegang. Usai jeda beberapa detik, dia berdiri lalu mendekati wanita tersebut.Dia menegaskan, "Rissa, aku ini suami kamu, aku bicara apa adanya.""Aku bingung aja. Aku mungkin tenggelam, tapi masa gara-gara main air? Tolong jujur, sebenarnya ada apa denganku? Apa yang terjadi sebelum aku tenggelam?"Alano menghela napas panjang. Dia kelihatan seperti sedang menahan diri. Senyuman palsu mengembang di bibir, tak ingin ada ketegangan di antara mereka.Dia menjelaskan, "jujur, Sayang ... aku sebenarnya nggak terlalu tahu kamu renang apa enggak atau gimana. Kamu ke pantai duluan, ninggalin aku di villa. Waktu aku ke sana, kamu udah tenggelam. Aku berenang buat nyelamatin kamu."Selesai jeda sesaat, dia menambahkan, "jadi, aku ngiranya kamu mungkin nekad main air atau renang."Penjelasan itu cukup masuk akal di telinga Elrissa, tapi entah mengapa dia masih tidak enak. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh pria ini.Tapi, apa?Alano mendekat, lalu memeluknya dengan erat. Suaranya begitu lembut dan dalam ketika berkata lagi, "maaf barusan mungkin aku nakutin kamu. Aku cuma bingung aja sama sikap kamu yang jadi over waspada kayak gini padahal aku suami kamu."Elrissa membeku di tempat. Pelukan Alano sangat hangat dan terasa tak ada niat jahat. Dia sedikit terjepit, tapi tak merasa kesakitan, justru merasa aman dalam dekapan dada keras pria tiu.Dia menjawab, "nggak apa-apa. Maaf juga soalnya aku nuduh kamu bohong padahal kamu udah nyelamatin aku.""Kamu istriku. Aku cinta sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak bisa bayangin hidupku kalau aja gagal nyelamatin kamu. Aku nggak bisa dan nggak mau hidup tanpa kamu, Rissa."Elrissa terbuai oleh perkataan manis tersebut. Dia merasa kalau dekapan pria itu makin erat seakan ingin meluapkan perasaan rindu mendalam.Tanpa terasa bibirnya melebarkan senyuman manis. Dia berkata lirih, "makasih udah nyelamatin aku.""Iya." Alano melepaskan pelukannya, lalu beralih mencubit dagu Elrissa. Dia mendongakkan wajah wanita itu agar bisa menatapnya lebih dekat. Tak heran dia harus begitu karena dia jauh lebih tinggi.Elrissa masih menahan malu dengan sikap orang yang mengaku suami itu. "Apa? Kenapa kamu ngeliatin aku sampai kayak gitu?""Nggak apa, aku cuma kangen aja, pengen ngeliatin wajah cantik kamu dari dekat.""Ja-jangan godain aku.""Shh," desis Alano seakan tak mau mendengar penolakan. Bibirnya menyeringai lebar. "Ini salah kamu.""Kenapa jadi aku yang salah?""Soalnya kamu cantik banget. Rugi 'kan kalau punya istri cantik tapi nggak digodain?"Elrissa merinding sekujur tubuh. Perasaan makin tidak karuhan akibat seringaian Alano makin lebar. Pesona pria misterius ini sungguh tak bisa ditolak.Benar, Alano seolah terlahir di dunia hanya untuk membahagiakan para wanita. Dari mulai fisik yang tangguh, atletis nan berotot— wajah tampan menawan luar biasa, suara pun terdengar menggairahkan.Karena Elrissa makin tegang, Alano pun terpaksa melepaskan sentuhannya di dagu wanita itu. Dia menahan tawa saat menggodanya, "sayangku kayaknya speechless. Masa baru aku sentuh pakai jari aja udah begini— apa jadinya kalau aku sentuh pakai anggota tubuh yang lain?""Apaan, sih ..." Elrissa merasa wajahnya menguap. Daun telinga pun memerah akibat membayangkan maksud pria itu. "Jangan ngomong yang enggak-enggak, aku beneran belum kenal sama kamu, loh.""Iya, iya, Sayang. Maaf, aku nggak betah kalau nggak godain kamu. Yaudah, itu aku buatin teh buat kamu, minum aja, terus tidur," kata Alano sembari menuding cangkir teh di atas meja.Setelahnya, dia melihat jam tangan sambil berkata kembali, "aku mau bersihin sampah sama ngurusin barang-barang kita yang masih berantakan di luar.""Iya."Alano pergi keluar dari kamar.Selama semenit lamanya, Elrissa hanya diam di tempat. Baru setelah itu, pandangannya menoleh ke jendela berteralis besi.Entah mengapa, pikirannya menjadi sedikit liar— kalau misalkan dia disekap, maka tempat seperti ini yang paling sempurna.Villa misterius di tengah hutan. Tidak ada siapapun di antara mereka, dan tidak ada komunikasi."Apa yang aku pikirin ... nggak mungkin Alano orang jahat, lagian dia udah nyelamatin aku," ucap Elrissa menepis pemikiran buruk itu.Dia lantas mengamati cincin kawin di jari manisnya sambil terus bertanya-tanya—Tidak mungkin 'kan?***Elrissa dan Alano duduk di kursi yang dipisahkan oleh meja bundar. Di atas meja itu terdapat piring-piring berisi daging, sate dan burger yang semuanya masih hangat. Mereka berdua kompak bersandar santai sembari melihat ke langit dimana sudah ada kembang api yang menyala.Pesta tahun baru sudah dimulai.Alano menuangkan alkohol jenis gin ke gelasnya untuk kesekian kalinya.Elrissa memegangi piring kecil berisi irisan daging. Dia sudah memakan sebagian. Pandangannya masih ke arah samping, ke kekasihnya yang sudah habis dua botol alkohol. “Sayang, kamu terlalu banyak minum itu, sudah jangan lagi.”“Aku masih sadar, kok, nggak apa-apa.” Alano menoleh pada wanita itu sembari tersenyum. Memang benar, kelihatan sekali kalau dia masih belum terlalu terpengaruh alkohol.“Aku takut kamu tipe pengamuk kalau mabuk.”Alano tertawa. “Aku tipe tukang tidur kalau mabuk.""Awas saja kalau ketiduran disini, aku nggak akan membawamu masuk ...""Jangan gitu, dong, nanti kamu kedinginan loh kalau nggak d
Rumah sewaan Alano adalah bangunan tua pinggir jalan. Rumahnya tidak terlalu besar, tidak bertingkat, tapi setidaknya punya halaman belakang yang cukup luas dan dilindungi oleh pagar yang aman. Itu yang paling penting sekarang.Saat mereka datang, semua sudah dibersih, tetapi areanya masih basah dan lembab. Untungnya, cuaca bagus hari ini, udara lebih hangat dari sebelumnya.Elrissa beristirahat di kamarnya sendirian. Dia diminta untuk tidur saja oleh Alano. Tetapi, wanita itu tidak mungkin bisa beristirahat setelah kejadian di supermarket tadi. Semuanya begitu mengejutkan.Ketika hari sudah mulai gelap, Elrissa keluar dari kamar untuk memeriksa keadaan. Dia penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh calon suaminya di halaman belakang.Selama berjam-jam, Alano menikmati waktu sendirinya di halaman belakang. Dari mulai menyiapkan alat panggangan untuk pesta BBQ, menaruh meja di sampingnya yang sudah banyak terhidang potongan paprika, udang, daging dan lain-lain.Pencahayaan di hala
Elrissa tenggelam dalam pemikiran. Tetapi, semua itu buyar akibat wanita misterius tadi tak berhenti berteriak. Dia sempat berteriak, “Nona, jauhi pria itu! Dia monster! Dia bukan manusia! Tolong selamatkan dirimu!” Alano risih mendengarnya. Dia menarik tangan Elrissa, lalu diajak pergi ke rak terjauh agar menghindari kerumunan orang yang penasaran dengan keributan ini. Ketika sudah berada di samping rak minuman beralkohol, Alano berhenti berjalan, lalu mengambil beberapa kaleng alkohol untuk dimasukkan ke dalam troli. Elrissa tersadar. “Sayang, kamu minum alkohol? Kamu bilang nggak minum?” “Nggak apa-apa ‘kan? Ini juga mau tahun baru, sekalian merayakan.” Alano menjawab dengan nada cukup dingin. "Hmm ..." Elrissa tidak suka dengan ini. Alano paham kekhawatiran Elrissa. "Tenang, aku nggak mungkin mabuk. Jangan takut. Lagian di supermarket ini, alkohol yang dijual itu terbatas, nggak ada yang kandungan alkoholnya tinggi, malahan mirip soda biasa." "Oh." Alano kembali m
Seminggu telah berlalu …Alano mengajak Elrissa untuk pergi berlibur di kota kecil, sekaligus menghindari keramaian tahun baru di kota besar.Elrissa tampaknya ingin menghabiskan waktu lebih private bersama Alano. Kehamilannya telah diperiksa dan ternyata sudah jalan lima minggu. Ini cukup mengejutkan karena dia tidak terlalu merasakan gejalanya, kecuali lelah dan suka mengantuk.Sebelum ke rumah yang mereka sewa, terlebih dahulu Alano membelokkan mobilnya masuk ke area supermarket. Halaman parkirnya sudah ramai pengunjung. Tak heran sekarang sudah cukup siang.Supermarket itu bernama Tony’s Market, tempat yang jelas familiar kepada semua warga yang pernah berada di kota ini, termasuk Alano dan Elrissa. Saat kecil, mereka beberapa kali mampir kemari untu berbelanja.Saat keluar dari mobil, Elrissa menatapnya bagian depan supermarket itu. “Sudah berapa tahun ya aku nggak ke sini?”Alano ikut keluar mobil, menikmati udara segar di kota ini. “Aku juga sudah lupa kapan terakhir ke kota in
Elrissa memeluk Alano begitu sampai di rumah. Dia menangis di pelukan pria itu, menyesali keputusannya untuk pergi sendirian. Hatinya masih terluka dengan kelakuan tersembunyi dari Daniel.Alano mengelus rambutnya. Tidak perlu dijelaskan, dia sudah mengetahui segalanya. "Nggak usah menangis, Sayang, nanti akan aku balas semua sakit hatimu.""Dia ingin melenyapkan anak kita.""Nggak akan. Nggak akan ada orang yang bisa mencelakaimu ataupun anak kita. Tenang saja, ya."Elrissa melepaskan pelukannya, lalu memandangi wajah Alano. Air mata membasahi pipinya. Dia sangat stres karena semua ini.Alano tidak tega melihatnya. Dia memgusap air mata Elrissa dengan jempolnya. "Sudah jangan nangis. Dia nggak akan mengganggu kita lagi.""Iya.""Kamu mau liburan nggak? Kita bisa menyewa villa di kota lain? Kita bisa main ke pantai atau semacamnya."Elrissa menatap Alano dalam-dalam, senang dengan perubahan sikap pria itu. Sekarang, dia merasa sangat aman dan dicintai. Tidak dikekang seperti sebelumny
Daniel baru saja menindih tubuh Sarah di atas ranjang, tapi suara berisik pintu gerbang mengganggunya. Dia langsung bangun, dan menaikkan celananya lagi."Siapa itu, jangan-jangan dia ..." katanya sambil mengancingkan lagi kemeja yang dia pakai.Sarah bangun sembari menutupi dadanya dengan selimut. "Daniel, mau kemana?"Daniel mengacuhkannya, dan berlari keluar kamar, curiga kalau David mengkhianatinya.Dia menggebrak pintu kamar tamu, dan tak melihat ada Elrissa disitu. "Rissa!"Panik, dia keluar rumah, dan berlari ke pintu gerbang. Dari situ, dia bisa melihat wanita itu berlari menyusuri trotoar menuju ke jalan raya yang berjarak dua ratus meter dari rumah ini."ELRIISSSSAAA! MAU KEMANA KAMU!" teriak Daniel mengejarnya.Elrissa kaget, ternyata ucapan David benar, suara berisik dari pintu gerbang menyadarkan Daniel akan kepergiannya.Dia menambah kecepatannya berlari, dan untungnya jarak ke jalan raya tidak terlalu jauh.Sebuah taksi berhasil dia berhentikan, tapi sialnya lari Daniel