Share

Bab 6 - Pembersihan

Secara diam-diam Raul mengikuti Pria itu dan dia pergi menuju sebuah Bar, tapi sebelum Pria itu sampai Raul mengambil sebuah batu kerikil dan melemparnya dengan kuat. Lapisan Qi milik Raul menyelimuti batu itu dan dengan kecepatan yang sangat cepat batu kerikil itu menembus kepala Pria itu seperti sebuah peluru.

"Jadi disini tempatnya !" Raul menendang mayat itu kesamping dan berjalan kearah pintu Bar.

Pintu kayu perlahan dia buka dan Raul melihat banyak mata yang tertuju kearahnya, dia berjalan dengan nyaman dan mengambil tempat duduk. Tidak ada diantara mereka yang tidak tahu tentang identitas Raul, jadi tentu saja tindakannya menarik perhatian mereka semua.

"Tuan Raul..." Seorang Pelayan mengusap kedua tangannya dan menawarkan minuman.

"Kalian semua tidak usah bertele-tele... dimana pemimpin Kelompok Anjing... maksudku Serigala sialan itu. Suruh dia keluar dan biarkan aku mengambil nyawanya !" Raul duduk dengan santai dengan gaya menantang.

Ketika kata-kata ini keluar semua senjata yang disimpan keluar. Pedang, Pisau dan Tombak diacungkan langsung kearah Raul. Melihat hal ini Raul hanya bisa tersenyum dan menarik Pedang dari sarungnya.

Raul tersenyum dan berkata, "Waktunya pembersihan."

Raul bergerak sangat cepat dan tebasan Pedangnya langsung memotong beberapa orang menjadi dua bagian. Mereka menyerang bersamaan namun tidak ada satupun serangan yang dapat mengenai Raul, gaya Pedangnya terlalu rumit dan selain menyerang tebasan Pedang acaknya juga dapat digunakan bertahan.

Terlebih ketajaman Pedangnya juga tidak masuk akal sama sekali. Setiap senjata mereka berbenturan dengan Pedang milik Raul senjata itu akan hancur dalam sekali serang. Darah dan potongan tubuh berserakan dilantai dengan tangisan keras yang memilukan.

Hanya dalam waktu beberapa menit saja Raul sudah membunuh mereka semua, tidak peduli siapa pemimpin mereka atau tindakan kejam yang dia lakukan. Hal ini juga baik untuk wilayahnya sendiri dan membunuh penjahat juga menambah hal baik untuk dirinya.

Raul keluar dan mengambil semua kekayaan mereka, " Hanya 30 koin emas... miskin sekali !"

Semuanya sudah berakhir dan Gereja tidak akan mendapatkan masalah lagi. Raul pergi ke pasar dan dengan reputasinya yang buruk Raul sedikit menggila dalam memberi herbal. Tidak banyak hal baik yang bisa dia dapatkan dan kebanyakan herbal hanya berusia 30 sampai 50 tahun saja.

Meski begitu semuanya masih tetap berguna dan hanya saja butuh usaha lebih untuk memulainya, Raul membawa sebuah karung dan bergegas kembali ke Gereja untuk menjemput Nuna kembali.

Setelah Raul kembali Nuna merasa lega dan seperti apa yang dikatakannya Raul membeli banyak sekali herbal. Banyak anak-anak yang datang kepadanya dan Raul tidak terbiasa dengan hal ini, namun demi Nuna dia mau bersikap ramah dan bermain sebentar.

Nuna menarik lengan Raul dan bertanya, "Tuan Muda... saya memiliki Saudara bermana Kevin dan dia bersedia menjadi Kesatria, bisakah Tuan Muda membantunya untuk masuk dan menjalani latihan. Saya mohon agar Tuan Muda memberikan sedikit bantuan !"

"Bawa saja." Raul mengangguk dan membawa karung, "Suruh dia bersiap-siap untuk pergi !"

Nuna merasa sangat senang dan memberitahu Kevin tentang hal ini, setelah beberapa waktu mereka memutuskan untuk pergi dan Raul meninggalkan semua koin emas yang dia ambil sebelumnya kepada Suster.

Sampainya mereka bertiga di Kediaman Raul duduk dengan santai dan Nuna membuatkannya secangkir teh. Kevin sedikit gugup karena sejak mereka kemari tidak sepatah katapun Raul berbicara ataupun meliriknya.

Raul meletakkan cangkirnya dan berdiri didepan Kevin, "Kau ingin jadi Kesatria ?"

"Iya Tuan." Jawab Kevin dengan hormat.

"Kau tahu apa kesalahan yang sudah kau lakukan ?" Tanya Raul dengan dingin.

Kevin terlihat bingung dan gugup, "Ma...maksud Tuan ?"

Raul tersenyum dan pukulannya mendarat tepat diperut Kevin, Nuna yang melihat ini sedikit terkejut namun Raul memintanya tetap diam. Kevin meringkuk sambil memegang perutnya yang terasa sakit dan mual.

Raul berjongkok dan berkata, "Fisik yang lemah dan pemalu, kau meminta Nuna untuk menjadikanmu Kesatria dan aku benci sikap itu. Jika kau menginginkan sesuatu kau harus punya tekad yang kuat dan berbicara dengan tegas. Aku melakukan ini karena Nuna menganggapmu sebagai Saudaranya, aku tidak ingin melihatnya menangisi kematian Saudaranya nantinya."

Raul berdiri dan kembali duduk, "Berdiri... jika kau ingin menjadi Kesatria maka tunjukan tekadmu. Putari lapangan sebanyak 30 kali, kau juga tidak boleh berhenti atau meminum air. Jika kau bisa melakukannya maka aku akan menerima dirimu, jika kau tidak senang maka pulanglah... lebih baik kau melupakan untuk menjadi seorang Kesatria karena kau hanya akan membuang nyawamu dimasa depan."

Kevin mencoba berdiri dan memberi hormat, "Saya akan melakukannya."

Kevin berjalan keluar dan mulai berlari sekuat tenaganya untuk menyelesaikan tugas, dia tidak ingin impiannya berakhir. Walaupun dia tidak punya bakat tapi itu akan terbayarkan dengan kerja keras, tidak peduli berapa lama usaha yang dia kerahkan setidaknya ada hasil nyata.

Nuna merasa sedikit cemas dan bertanya, "Apakah ini tidak terlalu kejam Tuan ?"

"Berhenti memanjakan orang sepertinya... dunia itu lebih kejam dari apa yang kau tahu. Pembunuhan adalah hal yang biasa terutama kami Kelompok Bangsawan, jika dia terus bersikap seperti ini dimasa depan kau hanya akan melihat mayatnya dan menangisinya. Aku tahu batasanku dan jika kau tidak suka maka suruh dia pulang dan cari pekerjaan yang aman." Raul mengatakan pendapatnya.

Jika Nuna berpikir ini terlalu berlebihan itu sama sekali tidak seberapa didepan Raul. Waktu pelatihan Neraka di Sekte Iblis, bocah berusia delapan tahun dengan jumlah yang banyak akan saling membunuh satu sama lain. Mereka yang berdiri diatas orang lain akan tetap hidup dan mereka yang kalah akan mati.

Penipuan dan ketidakadilan sudah menjadi hal yang biasa bagi Sekte Iblis. Siang dan malam dia harus tetap menjaga kewaspadaannya , sedikit kesalahan saja maka dia bisa saja mati dalam tidurnya.

Nuna mengangguk dan merasa senang, "Pelayan ini akan mendengarkan perkataan Tuan Muda !"

"Sudah seharusnya begitu karena kau adalah Pelayanku." Raul berdiri dan menguap, "Siapkan obatnya besok dan jika kau ingin melihat Saudaramu maka tidak masalah. Aku akan langsung pergi tidur !"

"Baik Tuan Muda." Nuna memberi hormat.

Raul tidak sabar untuk melihat apakah Kevin memang memiliki potensi atau tidak, bahkan sekalipun tidak ada dengan metodenya Raul bisa membuatnya menjadi lebih berguna. Tapi untuk kali ini dia akan sedikit berbaik hati dan membiarkannya bergabung kedalam jajaran Kesatrianya.

Lampu kamarnya mati dan Kevin masih berlari dengan penuh keringat, Nuna mengawasinya dari tangga dan bersedia mendukung sekaligus menghitung putaran yang telah Kevin selesaikan. Kevin juga tidak punya niatan untuk menyerah dan akan melakukan yang terbaik dalam segala prosesnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status