"Your Highness." "Lady Eiren." Di bawah langit malam yang kelam, tanpa sedikit pun memunculkan cahayanya sang bintang apalagi cahaya sang rembulan. Di tengah-tengah taman yang banyak ditanami bunga eglantine yang merumpun, … juga di antara hujan taburan kelopak bunga pohon plum yang jatuh meluruh. Beserta di sekitar beterbangannya bola-bola cahaya api, dilengkapi dengan kepakkan sayap kecil ratusan kupu-kupu merah muda. Mereka berdua, sepasang anak muda berlawanan jenis, yang masing-masing darinya sedang mencium harumnya setangkai bunga keramat pun, … saling berhadapan satu sama lain, dengan ekspresi muka yang tampak begitu serius. "Daripada Tunangan saya, …." "Daripada Tunanganku, …." Berbicara bersamaan sekaligus bergerak secara bersamaan pula, mereka … lekas melanjutkan ucapan yang sempat terjeda dengan menggunakan suara yang lantang, seraya mengasongkan tangkai bunga yang tengah dipegang sendiri untuk cepat-cepat diberikan kepada sang lawan bicara. "… Saya akan memilih Anda!" Sang pemberi bunga yang melambangkan cinta mati, yaitu bunga mawar hitam, … Lady dari kediaman Marquess Eiren, Darissa. "… Aku akan memilihmu!" Juga sang pemberi bunga yang melambangkan banyak kebebasan, yaitu bunga bakung laba-laba merah, … pangeran kedua kerajaan Aethelred, Lancient. "MARI/AYO KITA MENIKAH!" Sudah memutuskan untuk bekerja sama di kesempatan kedua ini, … dalam membalaskan dendam mereka.
Lihat lebih banyak“Your Grace, Saya mohon percayalah pada Saya! Saya tidak pernah berbuat kejahatan apapun terhadap Lady Aira. Jangankan berbuat jahat, baru merencanakan perbuatannya saja tidak!”
Seorang wanita kuyu menangis tersedu-sedu sambil terus menjerit-jerit membela dirinya pada seorang pria berpakaian rapi khas bangsawan tingkat tinggi kerajaan.
Dengan tubuh lunglai dan penuh dengan bekas luka siksaan, wanita itu diseret paksa oleh 2 ksatria bawahan dari pria tadi.
“Kenapa Anda memperlakukan Saya sampai seperti ini hanya demi membela Lady Aira yang bisa saja menjebak Saya?! Padahal dia tak ada hubungannya dengan Anda, Your Grace. Sedangkan Saya … Saya … Saya ini adalah tunangan Anda!”
Wanita itu, Darissa Na Eiren. Wanita yang dulunya sangat cantik bagaikan bunga anggrek biru yang langka, kini malah terlihat seperti bunga kering yang sudah mati. Rambut biru arktiknya yang secerah langit kini tampak kusam, kusut, dan kotor tak terawat. Padahal dia adalah putri dari seorang Marquess, di mana perawatan tubuh seorang keturunan bangsawan sepertinya sudah sangat terjamin.
Yah … Itu dulu, namun kini dia ….
PLAKKK!
“Tutup mulutmu dasar j*l*ng sialan! Kau membuatku jijik!”
Setelah bertunangan dengan pria itu, Duke muda Antshel Gracious, kehidupan bangsawan royal yang ia rasakan sedari janin berubah menjadi kehidupan seorang gelandangan yang melarat lagi menderita.
Tubuhnya dipenuhi bekas luka, wajah cantiknya dipenuhi goresan yang di mana itu adalah sebuah pantangan untuk tubuh seorang wanita.
TWACKK!
“Ahhhh!”
Darissa mengeluarkan suara yang melengking pilu tatkala kaki telanjangnya di injak dengan keras oleh ksatria yang menyeretnya menuju ke hadapan Putra Mahkota kerajaan Aethelred.
Bagaimana bisa dia tak merasakan sakit, saat kaki kecil berkomposisi tulang-tulang rapuh itu diinjak sekuat tenaga oleh laki-laki yang memakai sepatu besi bersetelan dengan baju zirah?
Manik mata emas Darissa tampak memudar akibat dipenuhi oleh buliran bening air mata, di sepanjang lorong menuju aula pertemuan kerajaan tempat sang bintang kerajaan berada, jejak darahnya yang terseret-seret dan rintikan air mata menodai lorong istana yang sangat panjang.
Darissa diam tak berkutik dan hanya menggigit bibir bagian bawahnya dengan kuat, pikirannya jadi liar dan dia merasa kalau dia mungkin saja sudah gila.
Siapa yang tidak akan gila jika diperlakukan seperti itu selama hampir 6 tahun?
Pada penderitaan yang tak berujung dari siksaan yang diberikan pria itu padanya secara fisik maupun batin.
Ingin sekali dia menarik pedang yang terikat di samping pinggang Duke Antshel, lalu membesit lehernya sendiri untuk mengakhiri hidupnya.
Ah tidak, mungkin lebih baik kalau dia menarik pedangnya lalu menusuk Pria b*jingan itu untuk mengirimnya ke neraka.
“Your Highness, His Excellency The Duke Antshel of Gracious menghadap Anda.”
KRIEETT~
Pintu gerbang aula pertemuan istana terbuka, banyak bangsawan yang terkejut dengan kedatangan Duke Antshel dan benda yang di seretnya (Darissa) sehingga mereka semua serentak langsung segera menyingkir ke tepi aula.
Duke Antshel menyeret Darissa mendekati Putra Mahkota dan langsung memberi hormat padanya, Putra Mahkota yang sedang duduk santai di singgasana itu hanya menggulirkan netra biru lautnya yang tajam kepada Duke Antshel.
“Ada permasalahan apa, The Duke of Gracious. Lord Antshel?”
Lancient Re Aethelred, Pangeran kedua kerajaan Aethelred yang kini bergelar Putra Mahkota itu menopang pipinya bosan.
Rambut pirang keemasannya bergerak miring mengikuti pergerakan tubuh pemiliknya, salah satu kaki panjangnya ditopangkan ke atas kaki yang lain lalu kemudian memasang ekspresi wajah serius ketika melihat tampilan menyedihkan dari Darissa.
“Y-your Highness. Anda tidak tahu? Lady Darissa Na Eiren mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi Saya, bagaimana bisa Lady Darissa melakukan itu pada Saya? Memangnya Saya itu salah apa padanya? Sampai saat ini, Saya masih menggigil ketakutan saat mengingat kejadian itu, beruntungnya Lord Antshel menolong Saya dengan memberi pelajaran pada Lady Darissa.”
Aira Qianzy, tunangan Putra Mahkota yang berasal dari keluarga Viscount itu berujar sambil menunjuk-nunjuk Darissa dengan raut wajah takut-takut.
Semua orang di sana mengiba pada Aira, namun, dalam waktu yang sama mengumpati Darissa, kecuali Lancient yang mendecih kasar dan menatap jengkel pada Aira.
“Begitukah menurut Anda, Lady Aira?”
“Y-ya Your Highness, percayalah pada Saya!”
Seluruh tenaga yang menopang tubuh ringkih Darissa roboh, dirinya luruh jatuh tertekuk di lantai tepat di hadapan tangga-tangga kecil jalan menuju tempat singgasana Putra Mahkota berada.
Kejadian ini benar-benar sebuah insiden buruk yang tak pernah dia inginkan sekalipun itu hanya mimpi semata, di tambah pula tak akan ada yang mau berada di pihaknya untuk membelanya karena keluarganya sudah meninggal secara beruntun baru-baru ini.
“Your Highness, mohon persetujui permintaan Saya untuk membatalkan pertunangan Saya dengan Lady Darissa Na Eiren. Beserta, tolong untuk menghukumnya seberat mungkin karena sudah berani-beraninya mencoba menyakiti Putri Mahkota kerajaan ini.”
“Hm … baiklah, Aku menyetujuinya.”
Lancient menghela nafasnya sebentar lalu menyeringai, tangan yang menopang pipinya itu diangkat ke atas untuk mendapatkan perhatian dari para bangsawan lain.
“Aku, Lancient Re Aethelred. Dengan resmi menyatakan pertunangan antara Duke Antshel Gracious dan Lady Darissa Na Eiren dibatalkan!”
Darissa tidak tahu apa yang dia rasakan sekarang, apa harus bahagia karena pertunangannya berakhir atau sedih karena selanjutnya dia akan dihukum?
Ada kemungkinan dia akan di eksekusi mati.
“Ah, dan juga."
Berakhir sudah harapannya untuk di tolong oleh seseorang, sebentar lagi Putra Mahkota pasti mau mengumumkan hukuman yang akan dijatuhkan padanya.
Padahal dia sudah menjalani hidupnya setenang mungkin agar tak mengganggu Duke muda itu, padahal dia tak pernah berinteraksi dengan orang lain apalagi mencelakainya.
Tapi kenapa?
Kenapa dia dianggap sebagai seorang penjahat atas tuduhan tak berdasar yang dilayangkan oleh perempuan yang disangka oleh semua orang sebagai wanita terhormat, padahal wanita itu hanyalah berpura-pura saja dan membodohi semua orang dengan tingkah laku kepolosannya yang dibuat-buat.
“Nurufufufu.”
Kekehan pelan dan tatapan yang merendahkan Darissa, tersembunyi dari balik lebarnya kipas kertas kepunyaan sang Putri Mahkota, perempuan itu menyeringai puas tanpa sepengetahuan orang lain selain wanita malang Darissa yang terperangah tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
“Aku, Lancient Re Aethelred dengan resmi menyatakan kalau pertunanganku dengan Lady Aira Qianzy juga dibatalkan!”
SHOOT!
“A-apa?!”
Aira Qianzy, perempuan yang baru saja terkekeh senang karena menganggap wanita pengganggu itu akan segera dihukum mati oleh tunangannya pun tersentak, kipasnya jatuh dengan keras menghantam lantai.
Tanpa pikir panjang, dia segera melangkahkan kakinya dengan ringan mendekati sang bintang kerajaan.
“Your Highness, apa maksud Anda? Anda tidak serius mengatakan itu, benar ‘kan?”
Aula istana mulai berisik dipenuhi oleh bisik-bisik setiap bangsawan yang ada, mereka semua tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi termasuk juga Darissa.
Aira segera menghempaskan bokongnya ke lantai dan berlutut di depan Putra Mahkota, matanya yang indah mulai mengalirkan air bening dan kemudian memohon pada pria mulia di depannya dengan suara yang tersendat-sendat karena sedang menangis tersedu-sedu.
“Your Highness, bagaimana--- hiks … bagaimana bisa Anda melakukan ini pada Saya? Bukankah kita akan segera menikah di akhir bulan musim semi yang menyegarkan ini?”
“Ya, tapi itu dulu. Aku bukanlah orang yang ingin dibodohi terus olehmu, Lady rendahan.”
Lancient bangkit dari singgasananya dan mengayunkan tubuh kokohnya, untuk merunduk mendekati Aira yang terdiam membeku, aura biru muda menguar dari tubuh pria itu dan mata sapphirenya terlihat menyala dengan terang.
Tangan beruratnya terangkat dan mengusap pipi Aira perlahan, lalu kemudian ditekannya rahang perempuan itu dengan nafsu ingin membunuh.
“Beraninya Kau jalang rendahan mengkhianati cintaku secara diam-diam, dan sekarang Kau masih berpura-pura tidak tahu apa-apa, huh? Orang sepertimu ‘lah yang lebih pantas untuk di siksa daripada wanita yang ada di sana.”
“Your Highness, Anda tidak bol—!“
“—Berisik! Diam di sana, Aku belum selesai bicara namun bisa-bisanya Kau dengan lancang memotong pembicaraanku?!” sambar Lancient pada Duke Antshel dengan kilatan mata penuh amarah.
Dia mengerahkan beberapa tenaganya lagi ke tangan yang mencengkeram rahang Aira sehingga membuat perempuan itu ketakutan setengah mati.
“Kau pikir Aku tidak tahu? Kau dan si Duke bodoh itu selama ini menjalani hubungan terlarang meskipun Kalian berdua masing-masing memiliki pasangan. Haha, bukankah itu lucu?”
Lancient Re Aethelred, pria yang selama ini berkelakuan tenang dan tak suka keributan itu kini meledak-ledak mengeluarkan semua emosi dan perasaan yang selama ini dia kubur dalam-dalam.
Di masa lalu, pernah sekali dua kali Lady Darissa dari rumah Marquess itu menemuinya dan memintanya untuk lebih perhatian kepada tunangannya.
Saat diberitahu kalau tunangannya itu dekat dengan Duke of Antshel, dia tak menghiraukannya karena Lancient lebih percaya kepada tunangannya.
Lalu mengapa?
Mengapa perempuan itu dengan teganya mengkhianati kepercayaannya?!
Mengapa perempuan itu menghancurkan hatinya sampai remuk tak tersisa di saat hari perayaan pertunangan mereka?
Di saat Lancient sangat kelelahan akibat sibuk seharian menyiapkan berbagai macam persiapan pesta, tanpa sengaja dia melihat tunangannya sedang bercumbu rayu memadu bibir ranumnya yang tak pernah dia sendiri rasakan, Lancient melihat secara langsung ketika Aira dan Duke muda itu saling memadu kasih di belakang istana Putri Mahkota.
“Hah, j*l*ng rendahan. Minggir dari jalanku dan jangan pernah menunjukkan keberadaanmu yang menjijikkan lagi, Kau membuat mataku sakit!”
Lancient menghempaskan cengkeramannya hingga membuat Aira tergolek menyedihkan memeluk lantai, dilewatinya perempuan yang kini terlihat menangis gemetaran itu dengan tampang dingin lalu dengan tenang menuruni anak tangga.
Darissa yang menyadari kalau Putra Mahkota sedang mendekatinya, segera saja dia merendahkan tubuh kurusnya hingga kepalanya menyentuh lantai.
Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi barusan, namun, kali ini dia yakin kalau ini adalah akhir bahagia untuk dirinya, yah … maksudnya, akhirnya Darissa bisa segera terbebas dari semua penderitaan ini dengan cara mati meninggalkan dunia fana.
“Lady Darissa Na Eiren.”
Sang Putra Mahkota berdiri tepat beberapa inchi di depan kepalanya, suara berat itu memanggil nama lengkapnya dengan penuh kewibawaan.
“Saya mohon, angkatlah kepala Anda dan tolong lihatlah Saya.”
“Mohon maaf Your Highness, bagaimana bisa Saya yang makhluk rendahan ini menatap langsung ke arah Anda sang bintang terang pelita kerajaan?”
Lancient menekuk satu kakinya dan bertekuk lutut di depan wanita itu, tatapannya yang sendu tak bisa lepas memandangi wanita kuyu yang berbalutkan baju compang-camping dan berhiaskan berbagai jenis luka.
Wanita itu memiliki nasib yang sama sepertinya, alih-alih mendapatkan cinta dan kasih sayang dari pasangannya, mereka berdua justru diberi pengkhianatan dan luka membekas yang tak bisa sembuh begitu saja.
Jadi karena itulah, Lancient bertekad untuk membahagiakan wanita yang selama ini tenggelam di lautan kesengsaraan, agar terbang menuju langit kebahagiaan yang sempurna, selamanya dan tak akan ada ujungnya.
“Lady.”
Diraihnya bahu kecil Darissa dengan lembut dan mengangkat tubuh wanita muda itu agar berhenti merendahkan badannya, rambut kumal panjang yang menyembunyikan kecantikan sejatinya tumpah menimpa punggungnya bagaikan ombak air laut.
Mata emasnya yang berkilauan membulat lebar bertemu dengan mata biru miliknya yang menyejukkan.
“Dengan segala hormat. Lady Darissa Na Eiren, maukah Anda menikah dengan Saya?”
"Haah, …." Lancient mengeluh.
"Andai saja hatiku bertemu dengan wanita ini lebih dulu," pikirnya.
Semuanya terkejut dengan tindakan tak terduga dari Sang Pangeran, Darissa pun mengerjapkan matanya berkali-kali dengan mulutnya yang terkatup-katup.
“S-saya—!“
—SWUNGG!
Belum sempat Darissa menjawab lamaran mendadak itu, tak dikira sebilah pedang panjang yang tajam dihunuskan oleh Duke Antshel tepat pada dada kiri Putra Mahkota hingga menembus jantungnya.
Seberapa kuatnya pun manusia yang memiliki bakat pertahanan hidup seperti magic spell atau daya tahan tubuh di atas manusia normal, jika jantungmu yang merupakan inti sari kehidupanmu terluka, maka itu semua akan sia-sia.
SPRRATT!
Dalam sekali tarik, Duke Antshel menarik pedang yang menembus jantung itu hingga menyebabkan darah Putra Mahkota terciprat kemana-mana.
Terutama, Darissa yang syok terhadap wajahnya yang tertutupi cipratan darah hangat.
“Y-your Highness!” pekik Darissa.
Semua tamu undangan menjerit histeris, mereka berlarian saling berebut pintu keluar hanya untuk melarikan diri menyelamatkan nyawa mereka masing-masing, tanpa sedikit pun memperdulikan bagaimana kondisi Putra Mahkota kerajaan.
“Ukhokh!”
Tangan Lancient gemetar menutupi mulutnya yang terus mengeluarkan darah, rasa sakit yang membakar dan dirinya yang mulai kesulitan bernapas terasa sangat menyiksa.
Pusing mulai mendera dan kesadarannya mulai berkurang, tubuh Lancient oleng dan hendak jatuh ke lantai begitu saja, namun, dengan cekatan Darissa segera merangkulnya.
“Your Highness!”
Darissa panik, dia gemetaran melihat dan merasakan suhu tubuh Sang Putra Mahkota secara perlahan kian menurun.
Tangan rampingnya yang menonjolkan tulang itu amat sangat terguncang dan tak bisa berhenti bergetar saat tangannya yang berlumuran darah mencoba menutupi dada Lancient yang terluka.
Lancient terus memuntahkan cairan merah itu dari mulutnya bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, iris biru yang menentramkan jiwanya Darissa, sekarang mulai tak terlihat lagi karena kelopak matanya mulai memaksanya untuk terpejam.
Walaupun nyawanya sudah berada di ujung tanduk, Lancient masih berusaha bergumam dengan suara lirih yang tercekat.
“My … Lady, maukah … An-da … me … ni … kah … de—!“
—DEG!
“H-huh? Y-your Highness?!”
Darissa membeku tatkala sang bintang kerajaan yang bersinar terang benderang itu, kini … secara perlahan mulai meredup, meninggalkan jejak yang tak sepenuhnya selesai diutarakan.
Tangisnya buncah, dan rasa sakit di dalam dadanya menghantuinya.
"Ah, andai saja hati Saya bertemu dengan Anda terlebih dahulu. Mungkin Saya akan jauh lebih bahagia bersama Anda daripada dengan tunangan jahat Saya, Your Highness," ungkap batinnya meraung-raung.
“Dengan senang hati, Saya menerimanya, ….”
Darissa menangkup wajah Lancient dan menundukkan kepalanya mendekati wajah rupawan Lancient, dimiringkannya kepalanya yang merendah itu dan tanpa ada rasa jijik sama sekali, dikecupnya perlahan dan penuh perasaan bibir Lancient yang berlumuran darah.
“… Your Highness, The Crown Prince of Aethelred,” bisiknya kecil.
Cahaya putih yang membutakan mengelilingi mereka berdua sesaat setelah Darissa mencium Sang Pangeran, kejadian itu adalah hal yang tak akan pernah ia lupakan bahkan setelah kematiannya.
Karena itu adalah … ciuman pertama dan terakhirnya.
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen