Beranda / Fantasi / REINKARNASI / GADIS YANG MANJA

Share

GADIS YANG MANJA

Penulis: Alya Snitzky
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-21 22:21:00

    Giselle tersenyum saat melihat siapa yang datang menjemputnya di gerbang kampus.

"Mas Genta!" serunya.

"Kok tau kalau aku di sini?" tanya Giselle. 

"Mamamu bilang kau sedang mengurus pendafaran kuliahmu, jadi aku sengaja menjemputmu."

"Duh, yang habis jalan-jalan dari luar negeri. Katanya nggak lama, hanya tiga hari aja, taunya lebih dari sebulan."

     Genta tersenyum manis sambil memeluk gadis itu lalu mengecup dahinya penuh rasa sayang.

"Aku ada pekerjaan, jadi aku harus ke beberapa tempat. Tidak hanya ke Bangkok, tapi aku mampir ke Hongkong juga."

"Yang penting oleh-oleh untukku jangan sampai lupa," ujar Giselle dengan manja.

"Ada di rumahmu, jadi sekarang kita pulang,ya. Sudah selesai semuanya,kan?"

"Sudah,semua sudah selesai. Dua minggu lagi aku akan menjalani masa orientasi."

"Hmm, calon mahasiswi," komentar Genta.

"Ya sudah, kita pulang," ajak Genta.

      Giselle dan Genta pun segera pulang. Giselle merasa gembira sekali melihat Genta sudah kembali berada di dekatnya.

***

       Sementara itu Sersan Yonseng dan Takeda  baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Mereka dijemput oleh KOMPOL Buana dengan wajah penuh senyum. 

"Welcome in Indonesia," sambut Buana sambil merentangkan kedua tangannya. Ya, Buana dan Yongseng masih memiliki hubungan saudara dari ibu mereka. 

"Basa- basi yang basi!" hardik Yongseng.

"Ternyata besar dan tinggal di Hongkong tidak membuatmu melupakan bahasa leluhur ibumu," sahut Buana.

"Meledek?!"

      

         Buana hanya tergelak sambil menepuk bahu sepupunya itu.

"Kita ke rumahku saja dulu, besok baru kau melapor ke kantor," kata Buana.

"Yakin?" 

"Hari sudah sore, atasanku pasti sudah pulang. Aku pikir siapa yang datang dari Hongkong , ternyata kau!"

"Memangnya kenapa kalau aku?"

"Hahaha ... Sudahlah, ayo kita segera pulang. Jakarta macet, ini jam pulang kerja."

"Jika macet, apa tidak sebaiknya kita mencari rumah makan dulu? Takeda belum makan, dia juga baru pertama kalinya ke Indonesia."

"Ah, kalau begitu keluar dari tol kita cari, rumah makan Padang!" seru Buana yang disambut Yongseng dengan wajah ceria.

"Kalau itu, aku setuju," sahutnya. Sementara Takeda yang memang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

        Keluar dari bandara Soeta menuju tol Buana dan Yongseng berbincang dengan akrab, sesekali mereka mengajak bicara Takeda dalam bahasa inggris tentunya karena Takeda tidak mengerti bahasa Indonesia sementara Buana kurang fasih berbahasa kanton. Bahasa kanton adalah bahasa Mandarin dari provinsi Guangdong, bahasa resmi Hong Kong secara de facto .

       "Apa asli orang Hongkong? Sorry, I mean ...."

"Ayahku asli Tokyo, Jepang dan ibuku berasal dari Guangdong. Aku memang lahir di Osaka, namun sejak ayah meninggal,ibu membawaku pindah ke Hongkong," jawab Takeda dengan santai.

"Ah, jadi ayahmu orang Tokyo."

"Iya, tapi sudah sangat lama sekali aku tidak mengunjungi makamnya di Osaka."

        Karena Yonseng dan Takeda datang sore hari di jam pulang kantor, mereka terpaksa harus sedikit bersabar karena jalanan yang luar biasa macet. Tetapi ketiganya bisa bernapas dengan lega saat mereka keluar dari tol dan menemukan rumah makan padang. 

        Buana hanya tertawa kecil saat melihat Takeda makan dengan lahap. 

"Aku belum pernah mencicipi masakan seperti ini sebelumnya, ini enak sekali. Rempahnya terasa harum dan citarasanya luar biasa," ujar Takeda sambil kembali menambah nasi.

"Kau belum pernah mencoba masakan seperti ini sebelumnya? Setauku di Hongkong sudah ada tempat makan khusus yang menjual masakan khas Indonesia," kata Buana.

"Ya, memang ada. Aku pernah singgah tetapi rasanya tidak seenak ini," jawab Takeda.

        "Apakah besok atau lusa kita bisa ke gunung yang pernah kau ceritakan itu?" tanya Yonseng kepada Buana.

"Ciremai, maksudmu?"

"Ya."

"Jadi, tujuanmu datang ke Indonesia sebenarnya untuk menyelidiki siapa?" tanya Buana pada akhirnya.

"Terjadi beberapa kasus pembunuhan dalam kurun waktu yang berbeda. Tapi,kondisi korban selalu sama,tanpa pakaian sama sekali, dan darah yang mengering. Anehnya setelah kami periksa kami curiga kepada seseorang, dia berasal dari Indonesia. Entah apakah ini satu kebetulan, tetapi dalam tiga kasus terakhir dia sedang berada di Hongkong."

"Jadi karena itu kau meminta surat dari atasanmu untuk mengejar sampai ke Indonesia. Apa kau sudah yakin? Ada bukti yang mengarah pada orang itu, sehingga membuatmu begitu yakin?" 

         Yanseng menggelengkan kepalanya, "Tidak ada sama sekali," jawabnya.

"Lalu apa yang membuatmu yakin?"

"Aku juga belum terlalu yakin, tapi coba kau baca buku ini," kata Yonseng sambil memberikan buku tebal kepada Buana.

     Buana meraih buku yang disodorkan oleh Yongseng. Isinya tentang pemujaan dan ilmu yang bisa membuat hidup abadi.

"Maksudmu?"

"Buana, kejadian itu tidak hanya terjadi di Hongkong. Tapi, menurut informasi yang aku dapatkan korban dengan kondisi yang sama ditemukan di beberapa negara berbeda." 

    

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • REINKARNASI   PEMAKAMAN

    Pagi harinya, ramai orang sudah berkumpul di sebuah pemakaman.Orang-orang berbondong mengenakan pakaian serba berwarna hitam, seperti barisan semut yang mengular panjang untuk mengantarkan sang jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir.Isak tangis terdengar di mana-mana, bebarengan dengan kidung doa yang dilantunkan merdu sepanjang perjalanan menuju ke makam. Inilah waktunya untuk orang baik hati itu pergi meninggalkan dunia fana ini, guna menuju alam yang lebih tinggi dan abadi.Gendis tak kuasa menahan tangisnya sebab kabar ini terlalu mendadak. Semalam dia diberitahu pihak berwajib bahwa suaminya meninggal dunia di atap sebuah apartemen mewah.Benar! Kini Buana telah benar-benar wafat, tepatnya ketika pertarungan puncak berakhir dan jiwa Mpu Supa pergi meninggalkan tubuh tersebut, tampaknya luka-luka yang diderita oleh Buana tidaklah sepele.Tercatat bahwa dadanya berlubang cukup besar, kepalanya pun terus meneteskan darah sebab terbentur

  • REINKARNASI   PERTARUNGAN PUNCAK

    Tak ingin berbicara lebih lama lagi, sebab waktu yang dipunyai terbatas, maka Mpu Supa segera menyerang balik Sang Iblis menggunakan ajian putihnya.Dia terbang melesat mendekati Sang Iblis dengan kecepatan cahaya, dan ketika berada di depannya Mpu Supa langsung memegangi kepala Sang Iblis. Dia membenturkan wajahnya sendiri ke arah wajah Sang Iblis!Duakkk!!! Suara benturan tersebut terdengar sangat keras membelah hening malam.Sang Iblis terpental jauh ke belakang menerima benturan tersebut. Kakinya masih melayang di udara. Namun belum sampai kesadarannya pulih, Mpu Supa sudah melesat lagi menuju ke arahnya dan kali ini hantaman bertubi-tubilah yang dia terima.‘Bugh’‘Bugh’‘Bagh!!!’Dengan jurus seribu cahaya Mpu Supa menghajar Sang Iblis tanpa ampun! Dia menghantam kepala, badan, tangan, kaki, serta titik-titik persendian tertentu yang memang sudah diicarnya sebagai kelemahan dari Sang Iblis.

  • REINKARNASI   NOSTALGIA

    Di atap gedung, Sang Iblis terus mencekik seraya menyedot darah dari leher Giselle. Perempuan malang itu benar-benar sudah tidak bisa bangun lagi akibat Sang Iblis mengekang jiwanya.Bahkan muka Giselle kini sudah pucat pasi sebab kehilangan darah yang banyak. Setiap darah yang mengalir dari tubuh Giselle segera berpindah kepada Sang Iblis, dan darah tersebut mengandung kekuatan tertentu untuk Iblis. Makin banyak darah yang diambil maka makin banyak kekuatan yang didapat, serta Iblis berencana untuk menyedot semua darah perempuan tersebut.Namun di luar dugaan, saat sedang melakoni ritual tersebut tiba-tiba dua orang datang dengan cara terbang dan mengangumkan. Tentu itu membuat Sang Iblis terheran-heran, pasalnnya sekarang dia menyangka hanya dirinyalah yang mampu terbang seperti itu.“Hentikan perbuatanmu!” teriak Mpu Supa begitu melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sang Iblis!“Jauhi perempuan itu sekarang juga!” Raden Kamandr

  • REINKARNASI   KEBANGKITAN

    Sementara itu di saat bersamaan, di dalam apartemen, Buana dan Segara masih terkapar tidak bergerak. Denyut nadinya sudah menghilang, dan jantungnya pun berhenti bergerak.Secara medis memang keduanya sudah dinyatakan meninggalkan, sebab lambat-laun organ tubuh dan sel-sel di dalam badan perlahan berhenti bekerja. Namun, sebenarnya mereka itu belum mati, hanya saja ruh-nya berpindah ke alam yang lebih tinggi.“Bangunlah kalian!” ucap seorang tua berpakaian serba putih kepada ruh Buana dan Segara. Rambut orang tua tersebut juga menjulur panjang dan putih, sambil tersenyum dia pun kembali berkata, “Buana, Segara, bangunlah!”Mendapat panggilan tersebut ruh Buana dan Segara pun seketika bangun. Keduanya tercengang saat mendapati alam sekeliling yang berbeda dengan alam dunia, sebab di sini semuanya serba berwarna putih. “Apakah aku sudah mati?” ucap Buana dan Segera secara bersamaan.“Belum, sebab lebih tepatnya di s

  • REINKARNASI   TERBUNUHNYA BUANA DAN SEGARA

    Mendapati kakaknya sedang ditikam spontan saja Segara membantunya. Dia langsung memuul wajah Sang Iblis tepat di ppinya. Namun sayangnya Iblis tak bergeming dengan pukulan lema tersebut. Malahan dengan kejam dia berkata, “Lihatlah sekarang Kakakmu ini akan kubunuh di depan matamu! Hahahaa...”“Sial, lepaskan dia!” teriak Segara yang masih berusaha terus memukul. Namun Sang Iblis terlalu tangguh untuk menerima pukulan lemah tersebut. “Hentikan! Aku bilang hentikan!”Sang Iblis tak peduli! Dia terus menancapkan kukunya semakin dalam dan bahkan kini mengenai bagian jantung Buana, lalu merobeknya membuat seisi perut porak-poranda!Buana sudah lemas tidak bisa melawan lagi, wajahnya yang penuh dengan darah hanya menatap ke langit-langit, mengerjab satu kali, kemudian mati!“Hahahaa!! Lihatlah makhluk lemah ini. Hanya dengan begini saja dia sudah mati. Cih, siapa suruh mau melawanku!” ucap Sang Iblis dengan tawany

  • REINKARNASI   PERTARUNGAN

    Genta terpental mendapat tiga tembakan tersebut. Tubuhnya ambruk menghantam meja kaca hingga pecah.Meski dengan tiga buah peluru yang bersarang di dada, namun Genta tidak mati. Dia hanya limbung sebentar kemudian bangkit lagi dan tertawa renyah.“Kamu pikir bisa membunuhku dengan pistol seperti itu?” ucapnya yang kini sudah terdengar bahwa itu bukanla suara Genta lagi. Suara itu terdengar berat dan serak, serta menggunakan logat seperti orang zaman kuno. Jelas sekali bahwa itu adalah suara Sang Iblis.Mendengar suara aneh tersebut Buana bersiap-siap untuk menembak kembali. Namun sayangnya Sang Iblis sudah terlebih dahulu bergerak cepat sekali, secepat cahaya, yang tiba-tiba dirinya sudah berada di samping persis Buana. “Enyahlah kamu! Dasar manusia makhluk lemah dan penganggu!”Brakkk!!! Dipukul-lah kepala Buana dengan telak hingga sampai tengkoraknya berbunyi.Buana terlempar cukup jauh hingga sampai menabrak dinding. Lalu

  • REINKARNASI   PENGAKUAN

    Mimik wajah genta berubah menjadi ketakutan saat tahu Buana tidak main-main. Wajar, siapa yang tidak takut dengan peristiwa seperti ini, ditodong pistol tepat di hadapan keningnya? Jelas saja semua orang akan takut. Namun sebenarnya yang dilakukan Buana hanyalah sedang ingin memancing Sang Iblis agar keluar dari tubuh Genta. Sebab sampai saat ini belum ada tanda-tanda kemuculan makhluk laknat tersebut.“Akan kuhitung satu sampai tiga, jika kamu masih mengelak atas perbuatanmu, maka jangan salahkan aku jika kutarik pelatuk ini!” ucap Buana semakin menekan moncong pistol ke kening iparnya.“Satu...”Tubuh Genta mulai gemetar. Terlihat jelas dia ketakutan dan tidak ingin mati. Sepertinya jiwanya sekarang sedang ingin melawan Sang Iblis yang mengekang dalam dirinya.“Dua...” Buana terus menghitung mundur tanpa ampun. Jarinya telah bersiap untuk menarik pelatuk!“Tiga!!!”“Oke, oke, stop! Aku

  • REINKARNASI   APARTEMEN NO 904

    Tidak heran jika ini disebut apartemen elite karena berada di tengah kawasan tempat tinggal para orang konglomerat. Bagi Genta tentu saja uang bukanlah masalah sebab dia merupakan putra seorang yang sangat berada, sehingga bahkan uang sakunya sangat cukup jika harus membeli apartemen di sini.Bangunan ini terdiri dari 15 lantai, sedangkan lantai paling atas digunakan untuk tempat pendaratan helikopter. Sebab tidak jarang para penghuni apartemen di sini kerap menyewa helikopter untuk kepentingan sehari-hari atau sekadar untuk cari sensasi. Begitulah.Setelah menganalisis dengan saksama lingkungan sekitar apartemen, Buana dan Segara langsung naik menuju lantai sembilan. Kepada security di depan Buana menunjukkan lencananya sebagai perwira polisi dan berkata dia ingin melakukan investigasi dengan salah satu penghuni di sini.Tentu saja si security langsung memberikan izin tanpa banyak bertanya. Malahan dia menawarkan jasa informasi mengenai apartemen jika memang di

  • REINKARNASI   REINKARNASI

    Memang begitulah yang terjadi. Setelah bertemu dengan Mpu Badingga, seolah kehidupan Buana dan Segara selalu diikuti oleh sosok ruh yang tidak kasat mata.Semua ini terlau sulit untuk dijelaskan oleh keduanya, tetapi mereka benar-benar merasakan kehadirannya, sosok Mpu Supa dan Raden Kamandraka.Seperti halnya ketika Buana sedang tidur, dia akan didatangi oleh sosok laki-laki tua berambut serba putih yang menjulur panjang. Memang di dalam mimpi tersebut sosok Kakek tua tidak terlihat begitu jelas, namun yang pasti Buana bisa memastikan melalui instingnya bahwa itu adalah sosok Mpu Supa.Saat mendatangi Buana di alam mimpi Mpu Supa tidak bericara banyak hal. Beliau hanya suka duduk di samping Buana, dan saat itu adalah malam hari dengan taburan bintang-bintang.Buana pun tidak mencoba untuk bertanya hal apa pun dengan sosok Mpu Supa di dalam mimpinya, melainkan Buana hanya membiarkan beliau tersenyum memandangi wajahnya, sambil sesekali mengusap-usap kepal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status