_Hongkong_
Sersan Yongseng menghela napas panjang, ia baru saja mendapatkan hasil autopsi dari penemuan mayat gadis yang ditemukan di Kowloon Walled City. Gadis itu ditemukan oleh warga sekitar dalam kondisi tanpa sehelai pakaian pun. Yang paling aneh adalah, darah gadis itu kering.
"Apa mungkin ini perbuatan Vampir, sersan?"
Yongseng menatap anak buahnya dengan tajam.
"Kau pikir seperti cerita dalam film? Vampir pengisap darah yang meminum habis darah korbannya!"
"Tapi, manusia macam apa yang mengisap darah korbannya sampai habis, bahkan tanpa jejak sedikitpun seperti hantu."
"Itulah tugas kita sebagai polisi, untuk menyelidikinya!"
Dalam perjalanan karirnya sebagai seorang polisi Sersan Yongseng baru pertama kali ini menemukan mayat dalam kondisi yang sangat aneh. Ini adalah mayat kedua yang ditemukan dalam kondisi seperti ini. Polos dan kehabisan darah, bahkan satu tetes darah pun tak tersisa sama sekali.
"Sersan, aku baru saja mendapat berita, bahwa di Malaysia dan di New York ditemukan juga pembunuhan terhadap gadis-gadis muda. Modusnya semua sama, rapi tanpa sidik jari tanpa pakaian dan tanpa setetes darah yang tersisa."
Sersan Yongseng menatap anak buahnya tak percaya.
"Kau memiliki datanya?" tanya sersan Yongseng.
Anak buahnya segera memberikan berkas yang ia bawa kepada atasannya itu.
Melihat berkas berikut fotonya membuat Sersan Yongseng merasa kepalanya bertambah pusing.
"Pembunuhnya adalah orang yang gemar keliling dunia."
"Ada satu hal aneh yang mungkin adalah suatu kebetulan ,Sersan."
"Apa itu?"
"Ya, menurut apa yang saya pelajari dari budaya orang Indonesia, para korban lahir di hari yang sama yaitu malam jumat legi.Malam Jumat Legi menurut sebagian orang adalah malam yang istimewa dan sakral. Terlebih bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya, di Indonesia khususnya.Beragam tradisi dan ritual pada malam Jumat Legi tetap dipercayai dan masih berlangsung hingga saat ini. Dan,menurut apa yang saya baca, malam itu menjadi semacam malam keramat, bagi orang- orang Jawa."
Sersan Yongseng menghela napas, kebetulan ia memiliki darah keturunan Indonesia dari sang ibu yang kebetulan Jawa tulen.
"Ya, ibuku masih percaya dengaan mitos itu. Hmm ... rasanya aku harus ke Indonesia untuk bertanya hal-hal yang berkaitan dengan mitoe seperti ini," ujar Yongseng.
"Saya?"
"Kau ikut! Jangan kau tanyakan itu lagi, Takeda!"
Takeda hanya menghela napas panjang. Yongseng memang adalah atasan sekaligus partner kerjanya. Ke mana saja ia tidak mau jika didampingi oleh perwira yang lain.
"Tapi, bukannya anda ke sana dalam rangka pulang ke kampung halaman ibu anda?"
"Kali ini selain pulang dan mengunjungi ibu, aku juga memiliki misi khusus. Aku akan bicara dengan Komisaris Harada mengenai hal ini. Dan mungkin juga kita tidak hanya ke Indonesia, tapi ke negara lain yang kebetulan menemui kasus yang sama seperti ini."
"Ini akan menambah panjang pekerjaan kita tentunya, juga akan membuat biaya operasional membengkak," kata Takeda.
"Bukan uang pribadimu juga yang dipakai. Lagi pula kau bisa sekalian bersenang-senang,bukan? Anggap saja kita dalam perjalanan berlibur keliling dunia."
***
Sementara itu di sebuah hotel di Phuket Thailand seorang pria tampan tampak sedang bersama seorang gadis cantik dalam sebuah kamar. Mereka sudah beberapa hari ini bersama, namun selama ini, sang pria tak sedikitpun berbuat lebih kecuali mencium gadis cantik itu.
Kwang gadis cantik itu baru saja genap berusia 20 tahun, sedang mekar-mekarnya dan begitu cantik. Sehari-hari Kwang bekerja di Phuket sebagai pemandu turis asing. Biasanya ia tidak pernah mau diajak menginap. Tapi, tamunya kali ini membuatnya mabuk kepayang dan merasa sangat tertarik.
"Apa sebelumnya kau sudah pernah tidur dengan seorang pria?"
"Tidak. Baru kali ini saya bermalam sampai berhari-hari dengan lelaki dewasa. Hanya saja, saya merasa bingung, apakah saya kurang cantik bagi anda?"
Lelaki itu menatap Kwang dengan mata terpicing, "Mengapa kau bisa mengatakan bahwa dirimu kurang cantik?"
Pipi Kwang merona seketika.
"Aku ... Ehm, bi-biasanya jika seorang pria dewasa bersama seorang wanita di dalam sebuah kamar, mereka ... mereka ...."
Kwang merasa sangat malu saat mengucapkannya. Dia masih perawan, dan ia merasa ucapannya tadi terlalu berani sehingga membuat gadis cantik itu salah tingkah.
"Malam ini malam purnama,aku ingin menikmati suasana pantai di malam hari. Bagaimana jika kita berjalan-jalan ke pantai?"
"Hmm ... Malam-malam begini?"
"Iya, aku sangat menyukai sinar bulan purnama di malam hari."
Kwang menganggukkan kepalanya, mereka berdua pun memutuskan untuk berjalan- jalan di pantai Patong. Dari hotel tempat mereka menginap ke pantai patong bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Kwang tampak sangat cantik dengan mengenakan hot pants dan tangtop berwarna merah yang tampak kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
"Kita duduk di sebelah sana."
Kwang hanya mengangguk, "Anda senang?" tanyanya.
"Ya, aku sangat senang terutama jika suasananya seperti ini." Lelaki itu perlahan menjentikkan jarinya,dan dalam sekejap di sekeliling mereka berubah seperti di dalam kaca aquarium. Kwang tentu saja merasa keheranan, namun dadanya berdebar kencang, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Perlahan lelaki itu mendekat dan mulai mencium bibir mungil Kwang dengan lembut. Lalu perlahan tanpa perlawanan berarti dalam hitungan menit tubuh Kwang sudah polos tanpa sehelai benang pun. Lelaki itu menelan saliva menatap indahnya tubuh gadis perawan di hadapannya ini.
Ia menatap ke langit seolah menunggu sesuatu. Dan saat purnama bersinar penuh, tanpa aba-aba, lelaki itu memasuki inti tubuh Kwang sehingga membuat gadis itu menjerit kesakitan. Namun seolah tak peduli lelaki itu terus memacu dan perlahan ia menggigit leher Kwang dan mengisap darah gadis itu hingga tak bersisa setetes pun.
Setelah menuntaskan dahaganya ia pun hanya menyeringai dan kembali mengenakan pakaiannya, lalu berlalu begitu saja meninggalkan tubuh Kwang yang sudah tak bernyawa itu di pinggir pantai. Anehnya, tidak ada yang dapat melihat semua kejadian itu meskipun semua dilakukan di tempat terbuka. Itu semua karena lelaki itu sudah melepaskan ilmu halimunan untuk membutakan pandangan mata orang lain, sehingga tidak satupun yang dapat melihat Kwang sampai ia sudah pergi jauh dari negara itu.
Dan, setelah tiga hari, beberapa turis yang sedang berjalan- jalan di pantai itu berteriak histeris saat menemukan tubuh seorang gadis dalam kondisi tanpa sehelai pakaian pun dan juga tanpa setetes darah di tubuhnya. Membuat polisi setempat geger dan kebingungan. Setelah dilakukan pemeriksaan barulah polisi memberi kabar kepada kedua orangtua Kwang yang sudah seminggu lebih kehilangan sang putri tercinta.
Saat melihat jasad Kwang dalam kondisi mengenaskan, kedua orangtua itu hanya bisa menangis dan meratapi putri mereka satu-satunya itu. Dan, jasad Kwang merupakan jasad ke 80 yang ditemukan dalam keadaan yang sama. Tidak hanya di Thailand,tapi juga di beberapa negara. New York, Malaysia, Hongkong, Cina, Thailand, Korea dan Indonesia.
Pagi harinya, ramai orang sudah berkumpul di sebuah pemakaman.Orang-orang berbondong mengenakan pakaian serba berwarna hitam, seperti barisan semut yang mengular panjang untuk mengantarkan sang jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir.Isak tangis terdengar di mana-mana, bebarengan dengan kidung doa yang dilantunkan merdu sepanjang perjalanan menuju ke makam. Inilah waktunya untuk orang baik hati itu pergi meninggalkan dunia fana ini, guna menuju alam yang lebih tinggi dan abadi.Gendis tak kuasa menahan tangisnya sebab kabar ini terlalu mendadak. Semalam dia diberitahu pihak berwajib bahwa suaminya meninggal dunia di atap sebuah apartemen mewah.Benar! Kini Buana telah benar-benar wafat, tepatnya ketika pertarungan puncak berakhir dan jiwa Mpu Supa pergi meninggalkan tubuh tersebut, tampaknya luka-luka yang diderita oleh Buana tidaklah sepele.Tercatat bahwa dadanya berlubang cukup besar, kepalanya pun terus meneteskan darah sebab terbentur
Tak ingin berbicara lebih lama lagi, sebab waktu yang dipunyai terbatas, maka Mpu Supa segera menyerang balik Sang Iblis menggunakan ajian putihnya.Dia terbang melesat mendekati Sang Iblis dengan kecepatan cahaya, dan ketika berada di depannya Mpu Supa langsung memegangi kepala Sang Iblis. Dia membenturkan wajahnya sendiri ke arah wajah Sang Iblis!Duakkk!!! Suara benturan tersebut terdengar sangat keras membelah hening malam.Sang Iblis terpental jauh ke belakang menerima benturan tersebut. Kakinya masih melayang di udara. Namun belum sampai kesadarannya pulih, Mpu Supa sudah melesat lagi menuju ke arahnya dan kali ini hantaman bertubi-tubilah yang dia terima.‘Bugh’‘Bugh’‘Bagh!!!’Dengan jurus seribu cahaya Mpu Supa menghajar Sang Iblis tanpa ampun! Dia menghantam kepala, badan, tangan, kaki, serta titik-titik persendian tertentu yang memang sudah diicarnya sebagai kelemahan dari Sang Iblis.
Di atap gedung, Sang Iblis terus mencekik seraya menyedot darah dari leher Giselle. Perempuan malang itu benar-benar sudah tidak bisa bangun lagi akibat Sang Iblis mengekang jiwanya.Bahkan muka Giselle kini sudah pucat pasi sebab kehilangan darah yang banyak. Setiap darah yang mengalir dari tubuh Giselle segera berpindah kepada Sang Iblis, dan darah tersebut mengandung kekuatan tertentu untuk Iblis. Makin banyak darah yang diambil maka makin banyak kekuatan yang didapat, serta Iblis berencana untuk menyedot semua darah perempuan tersebut.Namun di luar dugaan, saat sedang melakoni ritual tersebut tiba-tiba dua orang datang dengan cara terbang dan mengangumkan. Tentu itu membuat Sang Iblis terheran-heran, pasalnnya sekarang dia menyangka hanya dirinyalah yang mampu terbang seperti itu.“Hentikan perbuatanmu!” teriak Mpu Supa begitu melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sang Iblis!“Jauhi perempuan itu sekarang juga!” Raden Kamandr
Sementara itu di saat bersamaan, di dalam apartemen, Buana dan Segara masih terkapar tidak bergerak. Denyut nadinya sudah menghilang, dan jantungnya pun berhenti bergerak.Secara medis memang keduanya sudah dinyatakan meninggalkan, sebab lambat-laun organ tubuh dan sel-sel di dalam badan perlahan berhenti bekerja. Namun, sebenarnya mereka itu belum mati, hanya saja ruh-nya berpindah ke alam yang lebih tinggi.“Bangunlah kalian!” ucap seorang tua berpakaian serba putih kepada ruh Buana dan Segara. Rambut orang tua tersebut juga menjulur panjang dan putih, sambil tersenyum dia pun kembali berkata, “Buana, Segara, bangunlah!”Mendapat panggilan tersebut ruh Buana dan Segara pun seketika bangun. Keduanya tercengang saat mendapati alam sekeliling yang berbeda dengan alam dunia, sebab di sini semuanya serba berwarna putih. “Apakah aku sudah mati?” ucap Buana dan Segera secara bersamaan.“Belum, sebab lebih tepatnya di s
Mendapati kakaknya sedang ditikam spontan saja Segara membantunya. Dia langsung memuul wajah Sang Iblis tepat di ppinya. Namun sayangnya Iblis tak bergeming dengan pukulan lema tersebut. Malahan dengan kejam dia berkata, “Lihatlah sekarang Kakakmu ini akan kubunuh di depan matamu! Hahahaa...”“Sial, lepaskan dia!” teriak Segara yang masih berusaha terus memukul. Namun Sang Iblis terlalu tangguh untuk menerima pukulan lemah tersebut. “Hentikan! Aku bilang hentikan!”Sang Iblis tak peduli! Dia terus menancapkan kukunya semakin dalam dan bahkan kini mengenai bagian jantung Buana, lalu merobeknya membuat seisi perut porak-poranda!Buana sudah lemas tidak bisa melawan lagi, wajahnya yang penuh dengan darah hanya menatap ke langit-langit, mengerjab satu kali, kemudian mati!“Hahahaa!! Lihatlah makhluk lemah ini. Hanya dengan begini saja dia sudah mati. Cih, siapa suruh mau melawanku!” ucap Sang Iblis dengan tawany
Genta terpental mendapat tiga tembakan tersebut. Tubuhnya ambruk menghantam meja kaca hingga pecah.Meski dengan tiga buah peluru yang bersarang di dada, namun Genta tidak mati. Dia hanya limbung sebentar kemudian bangkit lagi dan tertawa renyah.“Kamu pikir bisa membunuhku dengan pistol seperti itu?” ucapnya yang kini sudah terdengar bahwa itu bukanla suara Genta lagi. Suara itu terdengar berat dan serak, serta menggunakan logat seperti orang zaman kuno. Jelas sekali bahwa itu adalah suara Sang Iblis.Mendengar suara aneh tersebut Buana bersiap-siap untuk menembak kembali. Namun sayangnya Sang Iblis sudah terlebih dahulu bergerak cepat sekali, secepat cahaya, yang tiba-tiba dirinya sudah berada di samping persis Buana. “Enyahlah kamu! Dasar manusia makhluk lemah dan penganggu!”Brakkk!!! Dipukul-lah kepala Buana dengan telak hingga sampai tengkoraknya berbunyi.Buana terlempar cukup jauh hingga sampai menabrak dinding. Lalu
Mimik wajah genta berubah menjadi ketakutan saat tahu Buana tidak main-main. Wajar, siapa yang tidak takut dengan peristiwa seperti ini, ditodong pistol tepat di hadapan keningnya? Jelas saja semua orang akan takut. Namun sebenarnya yang dilakukan Buana hanyalah sedang ingin memancing Sang Iblis agar keluar dari tubuh Genta. Sebab sampai saat ini belum ada tanda-tanda kemuculan makhluk laknat tersebut.“Akan kuhitung satu sampai tiga, jika kamu masih mengelak atas perbuatanmu, maka jangan salahkan aku jika kutarik pelatuk ini!” ucap Buana semakin menekan moncong pistol ke kening iparnya.“Satu...”Tubuh Genta mulai gemetar. Terlihat jelas dia ketakutan dan tidak ingin mati. Sepertinya jiwanya sekarang sedang ingin melawan Sang Iblis yang mengekang dalam dirinya.“Dua...” Buana terus menghitung mundur tanpa ampun. Jarinya telah bersiap untuk menarik pelatuk!“Tiga!!!”“Oke, oke, stop! Aku
Tidak heran jika ini disebut apartemen elite karena berada di tengah kawasan tempat tinggal para orang konglomerat. Bagi Genta tentu saja uang bukanlah masalah sebab dia merupakan putra seorang yang sangat berada, sehingga bahkan uang sakunya sangat cukup jika harus membeli apartemen di sini.Bangunan ini terdiri dari 15 lantai, sedangkan lantai paling atas digunakan untuk tempat pendaratan helikopter. Sebab tidak jarang para penghuni apartemen di sini kerap menyewa helikopter untuk kepentingan sehari-hari atau sekadar untuk cari sensasi. Begitulah.Setelah menganalisis dengan saksama lingkungan sekitar apartemen, Buana dan Segara langsung naik menuju lantai sembilan. Kepada security di depan Buana menunjukkan lencananya sebagai perwira polisi dan berkata dia ingin melakukan investigasi dengan salah satu penghuni di sini.Tentu saja si security langsung memberikan izin tanpa banyak bertanya. Malahan dia menawarkan jasa informasi mengenai apartemen jika memang di
Memang begitulah yang terjadi. Setelah bertemu dengan Mpu Badingga, seolah kehidupan Buana dan Segara selalu diikuti oleh sosok ruh yang tidak kasat mata.Semua ini terlau sulit untuk dijelaskan oleh keduanya, tetapi mereka benar-benar merasakan kehadirannya, sosok Mpu Supa dan Raden Kamandraka.Seperti halnya ketika Buana sedang tidur, dia akan didatangi oleh sosok laki-laki tua berambut serba putih yang menjulur panjang. Memang di dalam mimpi tersebut sosok Kakek tua tidak terlihat begitu jelas, namun yang pasti Buana bisa memastikan melalui instingnya bahwa itu adalah sosok Mpu Supa.Saat mendatangi Buana di alam mimpi Mpu Supa tidak bericara banyak hal. Beliau hanya suka duduk di samping Buana, dan saat itu adalah malam hari dengan taburan bintang-bintang.Buana pun tidak mencoba untuk bertanya hal apa pun dengan sosok Mpu Supa di dalam mimpinya, melainkan Buana hanya membiarkan beliau tersenyum memandangi wajahnya, sambil sesekali mengusap-usap kepal