Home / Thriller / REVEAL / 4. Teriakan Arsha

Share

4. Teriakan Arsha

Author: yuiiii
last update Last Updated: 2021-09-09 19:54:00

"Nama lo siapa?" tanya gadis berambut sebahu itu. Gadis itu melihat Rasen hanya bergeming seperti sedang berpikir, entah memikirkan apa.

"Kita satu kampus 'kan? Jadi ga ada salahnya kalau kita kenalan, hehe," lanjut gadis itu tersenyum mencoba menghilangkan rasa sebalnya, berharap Rasen mau berkenalan dan berteman dengannya.

"Emang penting?" Rasen balik bertanya dengan wajah yang tidak dapat diartikan lalu ia menaiki motornya dan segera meninggalkan gadis tersebut. Eleena.

Eleena bersumpah ia tidak merasa sakit hati atau tersinggung, Eleena hanya merasa agak kesal. Kenapa ada laki-laki dingin seperti itu? Apa Eleena salah bila hanya ingin mengajak ia ngobrol dan berkenalan?

"Parah banget sih, orang ngajak kenalan doang juga malah ditinggal. Untung ya, untung lo ganteng. Kalau ngga, awas aja." Untung saja di sana sudah tidak ada orang lain lagi selain dirinya, sepasang kekasih yang tadi pun sepertinya sudah pergi, bila masih ada mungkin mereka yang melihat Eleena mengira gadis itu agak stres karena bicara sendiri.

Setelah dilihatnya Rasen sudah tidak ada dari pandangannya, Eleena kembali ke motor yang ia parkir kan tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dia pergi meninggalkan tempat itu.

Tidak disadari ada sepasang mata tajam melihat ke arahnya yang tentu saja Eleena tidak menyadari bahkan melihatnya pun sepertinya Eleena tidak bisa.

***

"Nih, Feb, kunci motor lo, makasih ya!" Eleena memberikan kunci motor yang ia gengam kepada Febby tetangganya. "Boba gue mana, Kak? Lu tadi bilang mau beliin gue boba," pinta Febby sedikit merasa kesal.

"Oh iya, lupa gue, Feb. Hehe, besok-besok deh gue beliin tadi penuh banget tuh tukang boba terus gue ke toilet dulu jadinya lupa deh. Gue balik dulu, ya," jawab Eleena langsung ngacir ke rumahnya karena tidak mau mendengar umpatan Febby. Febby meluruhkan bahunya, kecewa karena hanya diberi harapan palsu oleh tetangganya itu.

"Assalamualaikum, Mah. Eleen pulang," teriak Eleena nyaring memasuki rumahnya. Eleena menyimpan tas dan belanjaannya di atas sofa dengan asal.

"Waalaikumsalam, dari mana kamu, Len?" tanya mama Eleena dari arah dapur.

"Abis cari alat lukis tadi ke mall depan, Mbul mana Mah?" balas Eleena sembari berjalan ke arah halaman belakang rumahnya mencari kucing gendut kesayangannya, mamanya tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah anaknya.

"Gembuuuul! Udah mam belum, Sayang?" tanya Eleena melihat Gembul sedang selonjoran santai di kursi. Gembul yang melihat Eleena di depan pintu dan mendengar teriakan Eleena pun langsung terperanjat dan siap-siap lari. Gembul sangat malas bila harus merelakan perutnya di acak-acak oleh manusia menyebalkan yang satu ini.

Eleena yang melihat Gembul lari ke dalam rumah pun berdecak kesal, bahkan kucing saja tidak mau dekat-dekat dengan dia. Menyebalkan. Eleena duduk di kursi yang tadi kucingnya tempati. Menyandarkan kepalanya dan merilekskan tubuhnya. Cukup melelahkan, padahal ia hanya kedua tempat toko alat lukis di mall itu. Memang kedua toko tersebut berbeda lantai membuat Eleena harus mau tidak mau bolak-balik menaiki dua eskalator berturut-turut.

"Pengen banget gue ngeluh, tapi masa cuma ke mall doang gue ngeluh haha." Mungkin Eleena benar-benar stres karena lagi-lagi ia berbicara sendiri.

"Biasanya gue jalan sama Achaa tuh ga kerasa capenya, ditambah ada temen rumpi haha. Ah sepi banget hidup gue sekarang." Eleena memejamkan matanya sebentar, menarik napasnya dan mengembuskannya dengan berat. Eleena terkejut ketika mendengar kursi di hadapannya berdecit seperti di gerakkan seseorang.

Eleena membuka matanya, ia berpikir mamanya duduk di kursi di seberangnya. Tapi tidak ada siapapun di sana. Bulu kuduknya berdiri seketika, ia lihat kursi di hadapannya pun sedikit berubah posisi dari sebelumnya. Apa kucingnya yang menggerakkannya? Tapi saat Eleena melihat sekitar mencoba untuk memastikan, ia benar-benar tidak bisa menemukan siapapun di sekitarnya.

Eleena merasa suhu di sana pun mulai berubah, dingin. Eleena benar-benar merinding dan takut kali ini, ia segera bergegas untuk masuk ke dalam.

***

Rasen sedang asik bermain game di ponsel pintarnya. Hari sudah malam, dia masih belum beranjak dari sofa belakang rumahnya. Rasen merasa sangat mager.

"Haduh, tank open map dong!" Rasen berseru kesal saat Lord yang mau dia bunuh dicuri oleh musuh.

"Mana retri saya masih cooldown lagi! Ngeselin banget!" Rasen masih tidak terima karena kemenangan tim nya dibalik keadaanya oleh musuh.

Perhatian Rasen teralihkan ketika merasa tangkai pohon di rumah tetangganya terlihat sedikit bergerak. Rasen sadar betul merasa tidak ada angin yang kencang, dan anehnya hanya tangkai pohon bagian itu saja yang bergerak.

Rasen melupakan permainan yang sedang ia mainkan itu masih berjalan. Rasen membenarkan posisi duduknya, dia berubah sedikit tegak dan menajamkan penglihatannya.

Terperanjat, Rasen melihat sepasang kaki menggantung di pohon itu. Tidak mau melihat wujud makhluk itu dengan jelas, buru-buru Rasen masuk kedalam dan menutup pintu membuat perhatian papa dan adiknya yang sedang menonton TV teralihkan.

"Kenapa lagi, Bim?" tanya papa nya melanjutkan menonton Talk Show di layar kaca tersebut. "Kamu liat jurig lagi, ya? Makanya diem di sini, ngapain diem di luar." Arsha ikut mengkritik.

"Iya Dek, kata jurignya nanti malem mau tidur di kamar kamu," Rasen menjulurkan lidahnya dan segera bergegas ke kamar membiarkan adiknya yang mengadu ke papa nya.

"Liat Pah, Kak Abim mah sompral mulu ih nyebelin," adu Asrha geram. "Papa ga ikut-ikutan ya, Dek, haha" ujar papanya membuat Arsha kesal karena selalu saja diusili oleh kedua pria yang ada di rumah itu.

***

Arsha sedang menggosok giginya sambil berkaca didepan wastafel kamarnya. Ia melihat betapa cantiknya dia. Tiba-tiba salah satu sabun di sebelah kiri milik Arsha terjatuh. Arsha lalu berjongkok untuk mengambilnya, belum sempat terambil tapi pasta gigi dan beberapa barang miliknya ikut terjatuh menimpa kepalanya.

"Awwww," Arsha mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit, dia melihat ke arah atas. Merasa sedikit kesal karena kenapa tiba-tiba barang-barang yang tersimpan dengan baik bisa terjatuh begitu saja. Saat Arsha menengadah, ia terkejut hingga jatuh kebelakang. Dengan sikat gigi yang masih ada di genggamannya dan mulut yang masih berbusa, dia berteriak sangat kencang.

***

Rasen sedang berbaring di kasur empuk miliknya. Ia masih sedikit was-was karena kejadian yang baru saja ia alami tadi. Hantu dari mana lagi? Pikir Rasen.

Sejujurnya Rasen lelah dengan semuanya, lelah dengan kemampuannya yang bisa menarik perhatian para makhluk halus untuk mengikutinya. Rasen lagi-lagi terperanjat mendengar suara teriakan melengking, sepertinya itu berasal dari kamar Arsha adiknya.

Rasen yang mendengar itu pun langsung terbangun dari rebahan nya dan segera melihat kondisi Arsha. Apa Arsha melihat sesuatu? Apa karena tadi sepertinya Rasen berkata sompral kalau makhluk yang ia lihat di pohon tadi akan tidur di kamar Arsha jadi makhluk itu benar-benar pergi ke kamar Arsha?

Dengan panik, Rasen membuka pintu kamar Arsha. Rasen melihat Arsha masih terduduk di lantai, sikat giginya pun masih tergenggam. Dia diam seperti tidak terjadi ada apa-apa. Rasen sedikit aneh. Ada apa? Kenapa Arsha duduk di lantai depan wastafel? Apa Arsha terjatuh? Terpeleset hingga berteriak? Tidak, teriakannya tadi berbeda seperti melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • REVEAL   60. Sepasang Kekasih

    Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de

  • REVEAL   59. Ayu

    Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh

  • REVEAL   58. Kilas Balik

    Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj

  • REVEAL   57. Tutup Mata

    Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men

  • REVEAL   56. Lisa

    Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus

  • REVEAL   55. Makan Malam Spesial

    Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status