Share

4. Teriakan Arsha

"Nama lo siapa?" tanya gadis berambut sebahu itu. Gadis itu melihat Rasen hanya bergeming seperti sedang berpikir, entah memikirkan apa.

"Kita satu kampus 'kan? Jadi ga ada salahnya kalau kita kenalan, hehe," lanjut gadis itu tersenyum mencoba menghilangkan rasa sebalnya, berharap Rasen mau berkenalan dan berteman dengannya.

"Emang penting?" Rasen balik bertanya dengan wajah yang tidak dapat diartikan lalu ia menaiki motornya dan segera meninggalkan gadis tersebut. Eleena.

Eleena bersumpah ia tidak merasa sakit hati atau tersinggung, Eleena hanya merasa agak kesal. Kenapa ada laki-laki dingin seperti itu? Apa Eleena salah bila hanya ingin mengajak ia ngobrol dan berkenalan?

"Parah banget sih, orang ngajak kenalan doang juga malah ditinggal. Untung ya, untung lo ganteng. Kalau ngga, awas aja." Untung saja di sana sudah tidak ada orang lain lagi selain dirinya, sepasang kekasih yang tadi pun sepertinya sudah pergi, bila masih ada mungkin mereka yang melihat Eleena mengira gadis itu agak stres karena bicara sendiri.

Setelah dilihatnya Rasen sudah tidak ada dari pandangannya, Eleena kembali ke motor yang ia parkir kan tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dia pergi meninggalkan tempat itu.

Tidak disadari ada sepasang mata tajam melihat ke arahnya yang tentu saja Eleena tidak menyadari bahkan melihatnya pun sepertinya Eleena tidak bisa.

***

"Nih, Feb, kunci motor lo, makasih ya!" Eleena memberikan kunci motor yang ia gengam kepada Febby tetangganya. "Boba gue mana, Kak? Lu tadi bilang mau beliin gue boba," pinta Febby sedikit merasa kesal.

"Oh iya, lupa gue, Feb. Hehe, besok-besok deh gue beliin tadi penuh banget tuh tukang boba terus gue ke toilet dulu jadinya lupa deh. Gue balik dulu, ya," jawab Eleena langsung ngacir ke rumahnya karena tidak mau mendengar umpatan Febby. Febby meluruhkan bahunya, kecewa karena hanya diberi harapan palsu oleh tetangganya itu.

"Assalamualaikum, Mah. Eleen pulang," teriak Eleena nyaring memasuki rumahnya. Eleena menyimpan tas dan belanjaannya di atas sofa dengan asal.

"Waalaikumsalam, dari mana kamu, Len?" tanya mama Eleena dari arah dapur.

"Abis cari alat lukis tadi ke mall depan, Mbul mana Mah?" balas Eleena sembari berjalan ke arah halaman belakang rumahnya mencari kucing gendut kesayangannya, mamanya tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah anaknya.

"Gembuuuul! Udah mam belum, Sayang?" tanya Eleena melihat Gembul sedang selonjoran santai di kursi. Gembul yang melihat Eleena di depan pintu dan mendengar teriakan Eleena pun langsung terperanjat dan siap-siap lari. Gembul sangat malas bila harus merelakan perutnya di acak-acak oleh manusia menyebalkan yang satu ini.

Eleena yang melihat Gembul lari ke dalam rumah pun berdecak kesal, bahkan kucing saja tidak mau dekat-dekat dengan dia. Menyebalkan. Eleena duduk di kursi yang tadi kucingnya tempati. Menyandarkan kepalanya dan merilekskan tubuhnya. Cukup melelahkan, padahal ia hanya kedua tempat toko alat lukis di mall itu. Memang kedua toko tersebut berbeda lantai membuat Eleena harus mau tidak mau bolak-balik menaiki dua eskalator berturut-turut.

"Pengen banget gue ngeluh, tapi masa cuma ke mall doang gue ngeluh haha." Mungkin Eleena benar-benar stres karena lagi-lagi ia berbicara sendiri.

"Biasanya gue jalan sama Achaa tuh ga kerasa capenya, ditambah ada temen rumpi haha. Ah sepi banget hidup gue sekarang." Eleena memejamkan matanya sebentar, menarik napasnya dan mengembuskannya dengan berat. Eleena terkejut ketika mendengar kursi di hadapannya berdecit seperti di gerakkan seseorang.

Eleena membuka matanya, ia berpikir mamanya duduk di kursi di seberangnya. Tapi tidak ada siapapun di sana. Bulu kuduknya berdiri seketika, ia lihat kursi di hadapannya pun sedikit berubah posisi dari sebelumnya. Apa kucingnya yang menggerakkannya? Tapi saat Eleena melihat sekitar mencoba untuk memastikan, ia benar-benar tidak bisa menemukan siapapun di sekitarnya.

Eleena merasa suhu di sana pun mulai berubah, dingin. Eleena benar-benar merinding dan takut kali ini, ia segera bergegas untuk masuk ke dalam.

***

Rasen sedang asik bermain game di ponsel pintarnya. Hari sudah malam, dia masih belum beranjak dari sofa belakang rumahnya. Rasen merasa sangat mager.

"Haduh, tank open map dong!" Rasen berseru kesal saat Lord yang mau dia bunuh dicuri oleh musuh.

"Mana retri saya masih cooldown lagi! Ngeselin banget!" Rasen masih tidak terima karena kemenangan tim nya dibalik keadaanya oleh musuh.

Perhatian Rasen teralihkan ketika merasa tangkai pohon di rumah tetangganya terlihat sedikit bergerak. Rasen sadar betul merasa tidak ada angin yang kencang, dan anehnya hanya tangkai pohon bagian itu saja yang bergerak.

Rasen melupakan permainan yang sedang ia mainkan itu masih berjalan. Rasen membenarkan posisi duduknya, dia berubah sedikit tegak dan menajamkan penglihatannya.

Terperanjat, Rasen melihat sepasang kaki menggantung di pohon itu. Tidak mau melihat wujud makhluk itu dengan jelas, buru-buru Rasen masuk kedalam dan menutup pintu membuat perhatian papa dan adiknya yang sedang menonton TV teralihkan.

"Kenapa lagi, Bim?" tanya papa nya melanjutkan menonton Talk Show di layar kaca tersebut. "Kamu liat jurig lagi, ya? Makanya diem di sini, ngapain diem di luar." Arsha ikut mengkritik.

"Iya Dek, kata jurignya nanti malem mau tidur di kamar kamu," Rasen menjulurkan lidahnya dan segera bergegas ke kamar membiarkan adiknya yang mengadu ke papa nya.

"Liat Pah, Kak Abim mah sompral mulu ih nyebelin," adu Asrha geram. "Papa ga ikut-ikutan ya, Dek, haha" ujar papanya membuat Arsha kesal karena selalu saja diusili oleh kedua pria yang ada di rumah itu.

***

Arsha sedang menggosok giginya sambil berkaca didepan wastafel kamarnya. Ia melihat betapa cantiknya dia. Tiba-tiba salah satu sabun di sebelah kiri milik Arsha terjatuh. Arsha lalu berjongkok untuk mengambilnya, belum sempat terambil tapi pasta gigi dan beberapa barang miliknya ikut terjatuh menimpa kepalanya.

"Awwww," Arsha mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit, dia melihat ke arah atas. Merasa sedikit kesal karena kenapa tiba-tiba barang-barang yang tersimpan dengan baik bisa terjatuh begitu saja. Saat Arsha menengadah, ia terkejut hingga jatuh kebelakang. Dengan sikat gigi yang masih ada di genggamannya dan mulut yang masih berbusa, dia berteriak sangat kencang.

***

Rasen sedang berbaring di kasur empuk miliknya. Ia masih sedikit was-was karena kejadian yang baru saja ia alami tadi. Hantu dari mana lagi? Pikir Rasen.

Sejujurnya Rasen lelah dengan semuanya, lelah dengan kemampuannya yang bisa menarik perhatian para makhluk halus untuk mengikutinya. Rasen lagi-lagi terperanjat mendengar suara teriakan melengking, sepertinya itu berasal dari kamar Arsha adiknya.

Rasen yang mendengar itu pun langsung terbangun dari rebahan nya dan segera melihat kondisi Arsha. Apa Arsha melihat sesuatu? Apa karena tadi sepertinya Rasen berkata sompral kalau makhluk yang ia lihat di pohon tadi akan tidur di kamar Arsha jadi makhluk itu benar-benar pergi ke kamar Arsha?

Dengan panik, Rasen membuka pintu kamar Arsha. Rasen melihat Arsha masih terduduk di lantai, sikat giginya pun masih tergenggam. Dia diam seperti tidak terjadi ada apa-apa. Rasen sedikit aneh. Ada apa? Kenapa Arsha duduk di lantai depan wastafel? Apa Arsha terjatuh? Terpeleset hingga berteriak? Tidak, teriakannya tadi berbeda seperti melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status