Share

5. Teman Baru?

"Dek?" panggil Rasen pelan. Sedikit hati-hati, Rasen mendekati Arsha.

Tidak, itu bukan Arsha. Saat menyadari itu, Arsha tiba-tiba tertawa sangat kencang membuat Rasen menutup kedua telinganya. Papanya datang dan langsung memegangi Arsha. Di usap punggungnya ke atas lalu ke leher dan ke kepalanya sembari melafalkan ayat-ayat suci yang membuat Arsha terus berteriak seperti kepanasan.

Rasen mencoba untuk membantu, ia memegangi Arsha dan menenangkannya. "Dek, dek tahan dek. Istighfar, keluarin dek!" titah Rasen sambil mengusap-usap lengan Arsha.

Arsha mulai tersadar dan langsung terbatuk-batuk karena di mulutnya masih ada busa bekas tadi ia menyikat gigi. Rasen dan Papanya membantu nya berdiri membiarkan Arsha berkumur-kumur dan mencuci muka. Rasen menenangkannya.

"Kaget, masa tadi aku lagi cuci muka tiba-tiba barang-barang aku jatuh. Terus aku ambil 'kan. Pas aku liat ke atas ada Miss K, melototin aku," terang Arsha tanpa ditanya.

Miss K yang dimaksud Arsha adalah Kuntilanak. Sosok yang Arsha lihat tadi. Rambutnya panjang, matanya merah, tidak memiliki hidung, lidahnya menjulur panjang, dagunya yang panjang dan juga lancip. Yang jelas saja bisa membuat Arsha sangat terkejut karena tiba-tiba diperlihatkan wujud yang seperti itu.

Hal seperti ini memang sudah biasa, Rasen sudah bisa mengendalikan agar makhluk seperti itu tidak masuk sembarangan ke tubuhnya. Tapi Arsha, dia masih gadis SMP. Belum terlalu bisa mengendalikan hantu mana saja yang bisa masuk ke tubuhnya dan apa saja yang mau atau tidak mau ia lihat. Jadi tidak aneh bila Arsha sering kecolongan seperti ini.

"Ada-ada aja, kok berani masuk sini ya. Kamu sompral sih tadi, Bim," tegur papanya.

"Iya Pah, maaf. Abim bercanda tadi, ga maksud sompral. Kelepasan hehe," jawab Rasen merasa bersalah.

"Udah sekarang kalian tidur, istirahat. Jangan lupa berdoa. Papa turun dulu," ujar papanya pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kak Abim, aku tidur sama kamu, ya?" pinta Arsha kepada Rasen.

"Iya-iya, aku kebawah dulu ambil minum. Kamu mau minum 'kan? Ga apa-apa aku tinggal ke bawah dulu sebentar? Kamu langsung ke kamar aku aja," jawab Rasen.

"Gak apa-apa, aku berani kok. Asal jangan lama-lama ya. Takut Miss K nya masih ada disini."

"Yaudah tunggu ya di kamar, bawa selimut kamu sama bantal kamu sendiri. Kakak males kalau harus rebutan sama kamu." Arsha mengangguk sembari segera menyiapkan bantal dan selimut yang ia butuhkan. Sementara Rasen beranjak mengambilkan minum untuk Arsha.

Walaupun Rasen terkenal cuek dan agak dingin, tapi ia sangat menyayangi adik perempuannya. Rasen memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada adik kecilnya itu. Karena dulu pernah sekali Rasen dititipi pesan oleh mamanya sebelum mamanya pergi meninggalkan mereka dan Rasen berjanji akan selalu melindungi, menjaga dan menyayangi adik kecilnya tersebut. Walaupun Rasen terkadang suka menjahilinya.

Arsha pun, walaupun dia terkadang kesal kepada Rasen, ia tetap selalu menyayangi Rasen dan selalu merasa bergantung kepada kakaknya itu. Karena saat sedang di kondisi apa pun Rasen lah yang selalu bersamanya dan menjaganya dengan baik.

***

Hari ini, hari pertama Rasen memasuki kelas di kampus barunya. Tentu saja Rasen harus beradaptasi karena ini lingkungan yang benar-benar baru untuknya. Tidak ada orang yang ia kenal di kampus ini. Entahlah, teman-teman SMA-nya begitu banyak tapi sepertinya tidak ada yang masuk ke kampus ini satu orang pun.

Rasen duduk di bangku paling depan dan ujung. Dia datang sangat awal sampai-sampai di kelas itu belum ada yang datang. Sedikit menyesal, tapi Rasen tidak begitu menghiraukan perasaan menyesalnya. Ada sekitar 30 menit lagi kelas baru di mulai.

Rasen tau sebenarnya di bangku paling belakang ada sosok gadis berambut panjang dengan kuku yang panjang pula sedang duduk dan menunduk membuat wajahnya tak terlihat dengan jelas. Rasen cuek, dia tidak mau mempedulikannya.

Rasen mengeluarkan benda pipih di sakunya dan membuka aplikasi game kesukaannya. "Bisa main segame nih dari pada ngelamun," pikir Rasen.

Saat akan mengklik tombol mulai untuk memulai permainannya, Rasen dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahunya sambil berkata, "Eh bro, lo main game itu juga? Mabar lah kita yu."

Rasen melirik ke arah seseorang yang menepuk bahunya itu, dilihatnya seorang pria dengan kacamata sedang tersenyum kepadanya.

"Mmmm, iya nih. Mau mabar?" tanya Rasen sedikit canggung. Belum pernah ada yang berani mengajaknya main bersama walaupun mereka tau game yang mereka mainkan itu sama. Itu karena mereka pikir Rasen itu sangat cuek dan tidak bersahabat.

"Ayo Bro, tunggu gue login. Share id lo sini," ujar laki-laki itu semangat seraya menggeser bangku di sebelah Rasen agar bisa lebih dekat lalu ia duduk di bangku tersebut seraya me-login-kan permainan yang dimaksud.

Mereka bertukar id, lalu saling cek profil. "GG gaming, lu udah pernah Mythical Glory? Gue aja masih romawi, susah banget kalo main solo." Rasen membalas dengan hanya sedikit tersenyum, ia merasa bangga karena ia merasa sedikit unggul dari laki-laki yang belum dia ketahui namanya ini.

"Oh iya, lupa kenalan kita. Nama gue Rafa. Nama lo siapa?" Seperti bisa membaca pikiran Rasen, Rafa mengenalkan dirinya.

"Saya Rasen," balas Rasen dengan singkat, padat dan jelas. Rafa sedikit aneh mendengar kata saya yang Rasen ucapkan. Kaku, kok masih ada orang kaya gini, pikir Rafa.

"Oke, Sen, yok mulai. Main clasikan aja dulu. Sorry banget nih ya kalau gue noob haha. Gue invite ya." Rasen membalas hanya dengan anggukan. Mereka larut dalam permainan tersebut membuat mereka tak menyadari bahwa kelas sudah hampir terisi penuh dan pelajaran akan dimulai 5 menit lagi.

Seorang gadis datang dari arah pintu terlihat panik dan buru-buru. Ia melihat kelasnya ternyata belum dimulai. Ia jalan ke bangku belakang dengan tenang. Sedikit malu karena tadi ia datang dengan terburu-buru membuat beberapa mahasiswa yang sudah duduk tenang melihat ke arahnya.

Rasen? Tentu dia tidak peduli dan masih memainkan permainannya yang sedikit lagi akan menang.

Pelajaran akan segera dimulai, dosen pun terlihat sudah memasuki kelas dengan anggunnya. Untung saja Rasen dan Rafa sudah selesai bermain dengan hasil mereka menang dan Rasen yang mendapatkan MVP-nya membuat Rafa merasa kagum. "Akhirnya punya temen mabar yang bisa gendong," pikir Rafa.

***

Eleena membereskan buku-bukunya dan berdiri dari bangkunya. Kelas pertamanya, sungguh membuat Eleena bersemangat. Walaupun jujur ia tidak mengerti apa yang dosen nya terangkan di depan. Eleena melirik anak-anak kelasnya yang satu persatu keluar dari ruangan tersebut. Tunggu, Eleena melihat seseorang yang familiar. Eleena dan dia daritadi satu kelas, tapi bisa-bisanya Eleena baru sadar sekarang? Pikir Eleena.

Eleena bergegas untuk menjumpai orang yang dimaksud, dia adalah Rasen. Tapi sebelum ia bisa mendatangi Rasen, ada dua gadis yang menghadang Eleena tepat di depannya.

"Hai, gue Laras," ucap salah satu gadis itu tanpa basa-basi seraya mengulurkan tangannya. Eleena bingung, dia lihat lagi ke arah Rasen. Sudah menghilang, ah sayang sekali.

Laras yang merasa tidak enak dan melirik ke arah teman sebelahnya karena uluran tangannya tidak di balas oleh Eleena seakan-akan ia bertanya pada temannya, "Ada yang salah?" Temannya pun menggeleng menandakan tidak tahu.

"Halooo," kata Laras sembari melambaikan tangannya di wajah Eleena dan itu cukup berhasil untuk mendapatkan perhatian Eleena.

"Ah iya sorry, kenapa?" tanya Eleena.

"Gue Laras, nama lo siapa?" Laras memperkenalkan dirinya lagi dengan sedikit kesal karena lawan bicaranya ini tidak mendengarkan ia tadi.

"Oh iya, gue Eleena. Salam kenal," Eleena mengulurkan tangannya untuk bersalaman, dan di balas oleh Laras walaupun ia masih sedikit kesal di hatinya.

"Kalau gue Bintang," ucap gadis di sebelah Laras seraya mengulurkan tangannya juga kepada Eleena yang pastinya ia balas juga dengan senyuman termanisnya. Suasana sedikit canggung sekarang.

"Kalian ada kelas udah ini? Apa jadwal kita samaan?" tanya Eleena sembari berjalan santai keluar dari kelasnya yang diikuti oleh Laras dan Bintang.

"Kayanya samaan sih, kita ada kelasnya nanti siang, iya 'kan?" Laras melirik Bintang, Bintang menganggukkan kepalanya, "Iya nanti siang, masih lama."

"Kalo gitu bagus deh. Gimana kalau kita ke kantin?" tawar Eleena dengan senyuman yang benar-benar manis membuat kedua gadis dihadapannya pun insecure dengan kecantikannya.

"Mmm boleh tuh, kebetulan gue haus," jawab Laras menyetujui dan diikuti anggukan oleh Bintang.

Eleena sedikit heran kenapa tiba-tiba dua gadis ini ingin menjadi temannya walaupun sebenernya tidak ada salahnya juga. Tapi sejujurnya Eleena lebih suka menyendiri dan tidak terlalu dekat dengan orang lain. Tapi entahlah, tidak ada salahnya juga punya satu atau dua teman. Siapa tau ada yang bisa membantu Eleena ketika dia kesusahan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status