"Dek?" panggil Rasen pelan. Sedikit hati-hati, Rasen mendekati Arsha.
Tidak, itu bukan Arsha. Saat menyadari itu, Arsha tiba-tiba tertawa sangat kencang membuat Rasen menutup kedua telinganya. Papanya datang dan langsung memegangi Arsha. Di usap punggungnya ke atas lalu ke leher dan ke kepalanya sembari melafalkan ayat-ayat suci yang membuat Arsha terus berteriak seperti kepanasan.
Rasen mencoba untuk membantu, ia memegangi Arsha dan menenangkannya. "Dek, dek tahan dek. Istighfar, keluarin dek!" titah Rasen sambil mengusap-usap lengan Arsha.
Arsha mulai tersadar dan langsung terbatuk-batuk karena di mulutnya masih ada busa bekas tadi ia menyikat gigi. Rasen dan Papanya membantu nya berdiri membiarkan Arsha berkumur-kumur dan mencuci muka. Rasen menenangkannya.
"Kaget, masa tadi aku lagi cuci muka tiba-tiba barang-barang aku jatuh. Terus aku ambil 'kan. Pas aku liat ke atas ada Miss K, melototin aku," terang Arsha tanpa ditanya.
Miss K yang dimaksud Arsha adalah Kuntilanak. Sosok yang Arsha lihat tadi. Rambutnya panjang, matanya merah, tidak memiliki hidung, lidahnya menjulur panjang, dagunya yang panjang dan juga lancip. Yang jelas saja bisa membuat Arsha sangat terkejut karena tiba-tiba diperlihatkan wujud yang seperti itu.
Hal seperti ini memang sudah biasa, Rasen sudah bisa mengendalikan agar makhluk seperti itu tidak masuk sembarangan ke tubuhnya. Tapi Arsha, dia masih gadis SMP. Belum terlalu bisa mengendalikan hantu mana saja yang bisa masuk ke tubuhnya dan apa saja yang mau atau tidak mau ia lihat. Jadi tidak aneh bila Arsha sering kecolongan seperti ini.
"Ada-ada aja, kok berani masuk sini ya. Kamu sompral sih tadi, Bim," tegur papanya.
"Iya Pah, maaf. Abim bercanda tadi, ga maksud sompral. Kelepasan hehe," jawab Rasen merasa bersalah.
"Udah sekarang kalian tidur, istirahat. Jangan lupa berdoa. Papa turun dulu," ujar papanya pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kak Abim, aku tidur sama kamu, ya?" pinta Arsha kepada Rasen.
"Iya-iya, aku kebawah dulu ambil minum. Kamu mau minum 'kan? Ga apa-apa aku tinggal ke bawah dulu sebentar? Kamu langsung ke kamar aku aja," jawab Rasen.
"Gak apa-apa, aku berani kok. Asal jangan lama-lama ya. Takut Miss K nya masih ada disini."
"Yaudah tunggu ya di kamar, bawa selimut kamu sama bantal kamu sendiri. Kakak males kalau harus rebutan sama kamu." Arsha mengangguk sembari segera menyiapkan bantal dan selimut yang ia butuhkan. Sementara Rasen beranjak mengambilkan minum untuk Arsha.
Walaupun Rasen terkenal cuek dan agak dingin, tapi ia sangat menyayangi adik perempuannya. Rasen memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada adik kecilnya itu. Karena dulu pernah sekali Rasen dititipi pesan oleh mamanya sebelum mamanya pergi meninggalkan mereka dan Rasen berjanji akan selalu melindungi, menjaga dan menyayangi adik kecilnya tersebut. Walaupun Rasen terkadang suka menjahilinya.
Arsha pun, walaupun dia terkadang kesal kepada Rasen, ia tetap selalu menyayangi Rasen dan selalu merasa bergantung kepada kakaknya itu. Karena saat sedang di kondisi apa pun Rasen lah yang selalu bersamanya dan menjaganya dengan baik.
***
Rasen duduk di bangku paling depan dan ujung. Dia datang sangat awal sampai-sampai di kelas itu belum ada yang datang. Sedikit menyesal, tapi Rasen tidak begitu menghiraukan perasaan menyesalnya. Ada sekitar 30 menit lagi kelas baru di mulai.
Rasen tau sebenarnya di bangku paling belakang ada sosok gadis berambut panjang dengan kuku yang panjang pula sedang duduk dan menunduk membuat wajahnya tak terlihat dengan jelas. Rasen cuek, dia tidak mau mempedulikannya.
Rasen mengeluarkan benda pipih di sakunya dan membuka aplikasi game kesukaannya. "Bisa main segame nih dari pada ngelamun," pikir Rasen.
Saat akan mengklik tombol mulai untuk memulai permainannya, Rasen dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahunya sambil berkata, "Eh bro, lo main game itu juga? Mabar lah kita yu."
Rasen melirik ke arah seseorang yang menepuk bahunya itu, dilihatnya seorang pria dengan kacamata sedang tersenyum kepadanya.
"Mmmm, iya nih. Mau mabar?" tanya Rasen sedikit canggung. Belum pernah ada yang berani mengajaknya main bersama walaupun mereka tau game yang mereka mainkan itu sama. Itu karena mereka pikir Rasen itu sangat cuek dan tidak bersahabat.
"Ayo Bro, tunggu gue login. Share id lo sini," ujar laki-laki itu semangat seraya menggeser bangku di sebelah Rasen agar bisa lebih dekat lalu ia duduk di bangku tersebut seraya me-login-kan permainan yang dimaksud.
Mereka bertukar id, lalu saling cek profil. "GG gaming, lu udah pernah Mythical Glory? Gue aja masih romawi, susah banget kalo main solo." Rasen membalas dengan hanya sedikit tersenyum, ia merasa bangga karena ia merasa sedikit unggul dari laki-laki yang belum dia ketahui namanya ini.
"Oh iya, lupa kenalan kita. Nama gue Rafa. Nama lo siapa?" Seperti bisa membaca pikiran Rasen, Rafa mengenalkan dirinya.
"Saya Rasen," balas Rasen dengan singkat, padat dan jelas. Rafa sedikit aneh mendengar kata saya yang Rasen ucapkan. Kaku, kok masih ada orang kaya gini, pikir Rafa.
"Oke, Sen, yok mulai. Main clasikan aja dulu. Sorry banget nih ya kalau gue noob haha. Gue invite ya." Rasen membalas hanya dengan anggukan. Mereka larut dalam permainan tersebut membuat mereka tak menyadari bahwa kelas sudah hampir terisi penuh dan pelajaran akan dimulai 5 menit lagi.
Seorang gadis datang dari arah pintu terlihat panik dan buru-buru. Ia melihat kelasnya ternyata belum dimulai. Ia jalan ke bangku belakang dengan tenang. Sedikit malu karena tadi ia datang dengan terburu-buru membuat beberapa mahasiswa yang sudah duduk tenang melihat ke arahnya.
Rasen? Tentu dia tidak peduli dan masih memainkan permainannya yang sedikit lagi akan menang.
Pelajaran akan segera dimulai, dosen pun terlihat sudah memasuki kelas dengan anggunnya. Untung saja Rasen dan Rafa sudah selesai bermain dengan hasil mereka menang dan Rasen yang mendapatkan MVP-nya membuat Rafa merasa kagum. "Akhirnya punya temen mabar yang bisa gendong," pikir Rafa.
***
Eleena membereskan buku-bukunya dan berdiri dari bangkunya. Kelas pertamanya, sungguh membuat Eleena bersemangat. Walaupun jujur ia tidak mengerti apa yang dosen nya terangkan di depan. Eleena melirik anak-anak kelasnya yang satu persatu keluar dari ruangan tersebut. Tunggu, Eleena melihat seseorang yang familiar. Eleena dan dia daritadi satu kelas, tapi bisa-bisanya Eleena baru sadar sekarang? Pikir Eleena.
Laras yang merasa tidak enak dan melirik ke arah teman sebelahnya karena uluran tangannya tidak di balas oleh Eleena seakan-akan ia bertanya pada temannya, "Ada yang salah?" Temannya pun menggeleng menandakan tidak tahu.
"Ah iya sorry, kenapa?" tanya Eleena.
"Kalian ada kelas udah ini? Apa jadwal kita samaan?" tanya Eleena sembari berjalan santai keluar dari kelasnya yang diikuti oleh Laras dan Bintang.
"Kayanya samaan sih, kita ada kelasnya nanti siang, iya 'kan?" Laras melirik Bintang, Bintang menganggukkan kepalanya, "Iya nanti siang, masih lama."
"Kalo gitu bagus deh. Gimana kalau kita ke kantin?" tawar Eleena dengan senyuman yang benar-benar manis membuat kedua gadis dihadapannya pun insecure dengan kecantikannya.
"Mmm boleh tuh, kebetulan gue haus," jawab Laras menyetujui dan diikuti anggukan oleh Bintang.
Eleena sedikit heran kenapa tiba-tiba dua gadis ini ingin menjadi temannya walaupun sebenernya tidak ada salahnya juga. Tapi sejujurnya Eleena lebih suka menyendiri dan tidak terlalu dekat dengan orang lain. Tapi entahlah, tidak ada salahnya juga punya satu atau dua teman. Siapa tau ada yang bisa membantu Eleena ketika dia kesusahan.***
Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de
Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh
Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj
Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men
Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus
Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be