Share

Aku Tidak Gila

Penulis: Adellin Nazura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-20 15:03:44

Bab 2

Pov Daniella Arnetta Vernandi

'Sebelum kutukan ini datang. Aku seperti bidadari yang dikagumi. Namun, setelah penyakit ini menggerogoti. Mereka menyebutku Kuntilanak pohon jambu'

------------------

"Sudah aku bilang, Papa! Aku nggak gil*! Aku nggak mau ke Rumah Sakit Jiwa!" Aku terus berteriak dan memberang, saat dua orang laki-laki suruhan Papaku mencoba membawaku paksa keluar dari rumah ini. Tega sekali Papa membawa anaknya ke RSJ.

Kepada siapa lagi aku harus percaya. Sedang Papaku sendiri saja sudah tak mau mengerti diriku lagi, dan merasa menyerah dengan penyakitku ini.

Si Mbok terus menangisiku dan mencoba mencegah kedua pria itu, yang hampir mencengkeram paksa tanganku yang terus kuguncangkan.

"Pak! Saya mohon, Pak! Jangan bawa Non ke rumah sakit jiwa! Saya masih sanggup ngerawat Non Daniella! Non Daniella sudah seperti anak saya sendiri!" Si Mbok berlutut di hadapan Papa, dan kedua suruhannya menghentikan penjemputan paksa ini. Air mata tulus itu melukiskan betapa cintanya dia padaku. Kini, hanya dia lah satu-satunya orang yang mau menerima keadaanku yang mengerikan ini.

"Saya mohon, Pak! Non Daniella itu sejak kecil sudah Mbok yang rawat! Mbok disuruh pulang ke kampung sama non siap, Pak! Nanti di sana, Mbok akan ikhtiar nyari pengobatan buat Non!"

Papa memberi isyarat pada kedua suruhannya agar melepas tangannya dariku. Akhirnya aku bisa bernapas lega. Biar pun aku tak lagi tinggal di istana ini, setidaknya aku masih bisa tinggal dengan orang yang masih menyayangiku.

"Mbok, apa Mbok siap dengan segala konsekuensi dan kemungkinan kalau anak saya kambuh, Mbok!? Apa Mbok nggak ngerasa kerepotan? Kalau iya, saya akan urus semuanya, urus semua kenyamanan tempat tinggal mbok di sana, berikut biaya hidup Mbok sama Daniella di sana. Nanti akan saya urus, Mbok."

Si Mbok lantas memelukku dan mengusap lembut kepala ini.

"Non, ndak papa kan, tinggal di desa sama Mbok!"

Aku hanya mengangguk pasrah mengiyai.

"Papa! Aku mau tinggal sama Mbok! Tapi fasilitasnya masih harus terpenuhi seperti di sini! Dan aku nggak mau kekurangan, atau hidup susah di sana!" pekikku saat berada di kamar. Si Mbok mulai mengemasi pakaianku, dan barang yang rencananya akan kubawa ke sana. Entah tempat macam apa yang nantinya akan kutinggali.

"Papa janji, Nak! Tapi, apa kamu janji. Nggak akan nyusahin Mbok di sana."

Kenapa Papa jadi setega ini pada putrinya sendiri?! Ini semua pasti gara-gara Tante Liana yang sudah banyak mempengaruhi pola pikir Papa. Dulu Papa tidak seperti ini!

***

Aku Daniella Arnetta Vernandi, putra tunggal dari Tuan Vernandi, pengusaha restoran ayam siap saji, yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Terlahir hampir sempurna, mungkin demikian orang menyebutku. Gadis yang tak pernah kekurangan apapun sejak kecil. Ibuku mungkin telah tiada karena pendarahan hebat, sesaat setelah aku dilahirkan ke dunia. Sekali saja, aku tak dapat rengkuhan kasihnya.

Namun, cinta kasih papaku, yang tak lekang oleh waktu, membuatnya tak ingin mencari pengganti ibuku. Ayah memilihkan seorang wanita tukang pomong yang sangat mengerti diriku. Memanjakanku, dan tak pernah menolak segala yang kumau. Kasih Papa, meski waktunya tak sepenuhnya ada, tapi Papa selalu ada di saat aku membutuhkannya. Segala fasilitas dalam hidupku terpenuhi tanpa ada halangan berarti. Hidupku selalu dikepung kemewahan, kemudahan, serta kenyamanan.

Sejak kecil, di sekolah, aku selalu jadi primadona. Bahkan hingga di bangku Universitas pun, aku tetap jadi idola kampus karena parasku yang menawan, juga statusku putri seorang hartawan.

Jika ada hal yang tak kucocoki, dan menghalangiku. Kuanggap saja itu batu kerikil kecil yang mudahnya disingkirkan. Kebahagiaanku lengkap sudah, tak pernah kurang satu barang apapun.

Ditambah lagi dengan usiaku yang beranjak dewasa, aku mengenal seorang pemuda rupawan, teman kuliahku yang juga berprofesi sebagai model dan selebgram. Azaska Melvano, kekasihku yang senyumnya mampu membuat semua wanita tertawan hatinya.

Dia hanya milikku. Kami telah ditakdirkan bersama. Kami begitu serasi saat melangkah bersama bagai raja dan ratu. Hidupku sungguh sempurna kala itu.

Sebelum penyakit mengerikan ini menggerogoti tubuhku. Setelah penyakit aneh ini hadir.

Jangankan manusia! Nyamuk saja enggan menyentuh tubuhku yang beraroma busuk ini. Yang lebih mengerikan lagi, di mata orang aku terlihat tiba-tiba berteriak histeris tanpa alasan, padahal tidak. Aku tengah melihat ada bayangan hitam yang seolah mengelilingiku.

Terkadang aku melihat,  hewan melata yang tiba-tiba hinggap di tubuhku.

Saat malam, aku merasa ada seorang berjubah serba hitam dan wajahnya samar hampir mencekik leherku.

Satu-persatu, orang-orang yang semula menyanjung, dan mengagumiku pergi menjauh. Tak terkecuali Azaska yang sebelumnya tiap malam dia tak bisa tidur sebelum mendengar suaraku.

Aku terpaksa berhenti kuliah, dikurung terus di rumah, meminum obat-obatan berjumlah banyak, dan wara-wiri berobat hingga aku lelah. Baru beberapa bulan begini, rasanya aku tak sanggup lagi dan ingin mengakhiri hidup.

Hal paling konyol yang kualami adalah saat ayah membawaku ke orang yang konon katanya 'orang pintar'. Namun, bukan pengobatan yang kudapat. Justru pelecehan seks*al yang kualami, katanya itu metode pengobatan. Menjij*kan sekali. Aku tak akan sudi datang lagi ke sana!

Papa sudah mencoba berusaha meminta maaf pada Bakti, laki-laki yang pernah kusakiti perasaannya. Namun, setelah banyak mengorek info tentang pria itu, ternyata Bakti adalah seorang anak yatim piatu yang sudah cukup lama merantau. Kini, setelah terluka oleh hinaanku, Bakti memilih pergi ke luar negeri, dan menjadi tenaga kerja di sana.

Penyakit ini datang, dan mengubah takdir hidupku menjadi 180 derajat berbalik dari sebelumnya. Kini, Daniella Arnetta bukanlah lagi primadona. Di mata orang-orang, aku hanyalah gadis dengan gangguan kejiwaan dengan segenap penyakit kulit yang menjij*kan, dan patut dijauhi.

Karena penyakit yang menjangkit ini, penampilanku yang modis itu berubah. Demi kenyamananku, sekarang kukenakan daster oblong-oblong longgar berbahan katun tanpa motif. Warnanya pun dipilih gelap, karena saat kugarusk lukaku, akan membercak darah di pakaian yang tentu saja akan mudah mengotori pakaian ini.

Tak hanya tubuhku yang gatal, bahkan rambutku juga, yang selalu acak-acakan karena setiap setelah disisir, akan kugaruk lagi saking gatalnya.

Kapan aku terbebas dari penyakit ini. Saking menggelikan hidupku, hingga Papaku sendiri tak ingin melihatku lagi, dan ingin menyingkirkanku.

Kampung halaman si Mbok, adalah pilihan terbaik. Aku masih dianggap normal olehnya dan bersedia merawatku. Dibanding aku harus berkumpul dengan orang gangguan jiwa. Bisa-bisa aku gila beneran.

****

"Nak! Papa janji, Papa akan tetap jamin fasilitas dan kenyamanan kamu selama di sana! Apapun yang kamu mau, pasti akan Papa turuti. Pasti akan Papa kirimkan!"

"Tapi Papa! Sampai kapan aku bakal tinggal di kampung halaman si Mbok yang pelosok itu?!"

"Setidaknya. Sampai kondisimu benar-benar stabil, Nak!" Papa melepas rengkuhannya.

Dengan berat hati, dia melepas kepergainku. Kami pun masuk ke mobil. Papa dan Tante Liana melambaikan tangan.

Di mata wanita itu, tak ada air mata menitik sedikitpun. Pasti dia bahagia sekali aku pergi dari rumah ini.

Bersambung ... 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Datang Terlambat

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya' Datang Terlambat ---"Aku mau ke ... hmm ... mau ada acara, Pakde!" "Owalah, jadi kamu udah dikabari kalo sekarang lagi ada acara kenduren di rumahnya Pak Lurah, peringatan seribu harinya Mbahnya Yunda." "Kenduren?! Enggak, aku nggak dikabari apa-apa, Pakde! Padahal tadi pagi aku ke sana. Tapi aku belum nerima undangan!""Wong undangannya baru dikasih tadi pas Pakde pulang dari tegalan kok, Shraf. Kamu ya, yang datang! Sekalian nanti kamu kan diminta buat mimpin doa!""Kok aku, Pakde?! Pakde aja yang datang! Aku nggak bisa Pakde! Aku lagi ada janji! Lagi ada acara penting!""Acara penting apa toh, Shraf?! Wong ini loh, hari jum'at. Ngajinya kan libur! Lagi pula, sekalian biar kamu makin akrab sama orang-orang di sini! Masak Pakde terus yang ikut kenduren! Yowes ... mumpung kamu udah siap! Ganti sarung! Berangkat!" Bagaimana ini, kalau aku menolak ... Aku merasa tak enak karena aku yang diminta memimpin do'a? Tapi, bagaimana de

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Rencana yang Tertunda

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'----Aku khawatir jika kuterima langsung, ini akan dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang, dan nepotisme Pemimpin. Sementara di sisi lain, aku juga sedang membutuhkan pekerjaan yang layak, untuk bekalku melamar Daniella. Ya Allah, bagaimana ini?!"Kenapa tiba-tiba sekali, Pak? Jujur, saya benar-benar kaget dan tidak menyangka, Pak. Karena selama ini, saya juga tidak pernah menunjukkan kemampuan saya dalam ranah tersebut, Pak." "Segala sesuatunya bukan terjadi tiba-tiba, Nak Ashraf. Saya sudah banyak mendengar cerita dari Yunda, tentang kemampuan Nak Ashraf. Jadi sayang sekali, kalau ada SDM yang maju, terus dibiarkan. Sedangkan yang ada di lapangan justru tidak terlalu kompeten. Ini jaman serba canggih, Nak. Mau tidak mau, siap tidak siap, semua bidang akan mengalami pembaruan, termasuk Mbaurekso desa. Bukan hanya diisi para pemangku kepentingan, tapi orang yang benar-benar paham di bidangnya. Permohonan dari saya ini, tolong

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Tawaran Perangkat Desa

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPov Ashrafil Ambiya'Tawaran Perangkat Desa ----"Aku di sini cuma sementara, Pak Ustadz! Aku di sini nggak akan lama, seperti apa yang Papa bilang sejak awal. Kalau aku sudah baikan, aku bakal balik. Aku udah kangeeen banget sama rumahku di sana. Aku juga udah berbulan-bulan nggak ketemu sama Papa! Pas awal aku di sini, beraat banget rasanya, dan cepet-cepet pengen pergi! Tapi, setelah ketemu Pak Ustadz, kenapa rasanya lebih berat ... buat ninggalin tempat ini." Aku begitu terngiang, tertegun hingga malam tenangku terganggu oleh kalimat yang diucapkan Daniella tempo hari. Benar, keadaannya lambat laun kian membaik, dan itu adalah kabar membahagiakan. Tentu saja, Papanya nan jauh di sana pasti merindukan putrinya. Jarak dan waktu telah memisahkan mereka, meski aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya rindu serupa Daniella. Namun, melihat wajah cerahnya setelah bercerita hal itu, aku pun ikut merasakan binar harapannya. Hatiku dilema, aku belum pe

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Restu Papa yang Terpenting

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPart 19Pov Daniella Arnetta Vernandi----Restu Papa Terpenting ----Papa menyatakan dengan tegas ketidaksukaannya terhadap Ustadz Ashraf. Bahkan Papa memberiku pilihan yang amat sangat sulit. Aku tetap tinggal di sini, selamanya tanpa fasilitas apapun. Atau aku kembali secepatnya. Kondisiku memang berangsur membaik, dan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Sesuai dengan apa yang dicanang sejak awal, bahwa aku memang tinggal sementara di sini. Kini, kondisiku telah stabil. Saatnya aku kembali. Bukankah dulu aku begitu tak suka tempat ini dan ingin segera kembali. Kenapa sekarang, justru begitu berat meninggalkan tempat ini? Semua karenamu, Ustadz Ashraf! ******"Non, kenapa Non beberapa hari ini ndak doyan makan, makanannya cuma diaduk-aduk tok, nanti Non sakit! Kalau Non sakit, bukan cuma Mbok yang sedih, tapi Ustadz Ashraf juga!" kata si Mbok saat melihatku murung di meja makan. Sejak Papa meminta aku segera kembali ke Jakarta, dilema

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Keputusan Papa

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi---[Papa, kok Papa ngomong kayak gitu sama Pak Ustadz. Pak Ustadz baik, Papa. Aku sayang sama Pak Ustadz. Papa setuju kan, kalau aku nikah sama dia?] tanyaku ke Papa di panggilan WA. [Papa akan siapin akomodasi buat kamu sama Si Mbok, supaya kalian lekas balik ke Jakarta.][Papa kok bilang kayak gitu sih? Apa Papa nggak suka sama Pak Ustadz? Kenapa Papa? Apa cuma gara-gara dia buruh tani, nggak cocok buat anak Papa?][Tentu aja kalian berdua nggak cocok, Daniella! Papa lebih kenal kamu dibanding siapapun. Kalau kamu tetap tinggal di sana. Apa kamu sanggup, hidup jadi istri buruh tani? Apa dia sanggup biayain kamu, bahagiain kamu yang selama ini apa-apa semua fasilitas dari Papa! Apa dia sanggup memberikan kebahagiaan sama kamu selayaknya perlakuan Papa ke kamu, Nak?][Papa, memang selama ini, semuanya dari Papa, aku nggak bisa lepas dari semua fasilitas Papa. Bahkan di kampung si Mbok pun Papa masih sediain segala yang

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Aku Hanya Buruh Tani

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'----Aku Hanya Buruh Tani ----Sejak perjumpaan itu, kian hari membuat hubungan kami kian dekat. Kini, seperti tak ada lagi sekat diantara kami. Daniella lebih sering tersenyum dibanding memanyunkan bibir, dia pun tak segan, mengabariku jika dia berada di dekat pohon jambu. Sebelum aku berangkat ke ladang, dia sering memintaku mampir ke rumahnya untuk membawakanku bekal.Rasanya seperti ini bahagianya ... diperhatikan seorang wanita yang disuka. Dan, andai Papamu dekat, aku pasti langsung mendatanginya ... memohon ijin untuk menghalalkanmu. Ketika sepulang dari surau mengajar pun, kami setiap hari berjumpa. Daniella lebih lepas, dan banyak bercerita ini itu tentang kehidupannya. Begitupun aku, yang ingin berbagi hal menyenangkan dengannya. Aku membelikan salep, seperti yang dia inginkan. Semoga perantara salep itu, dan ikhtiar giatnya selama ini, Allah memberikan kesembuhan padanya. ******* Sepertinya Daniella lebih dulu sa

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Mulai Betah Di Kampung dan Tak Ingin Beranjak

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi---Diperhatikan, dikasihi oleh seorang pria dalam keadaan seperti ini membuatku merasa teristimewa. Di kampung halaman si Mbok yang pelosok ini, tak ada siapapun yang mengenalku. Tak ada yang tahu, bahwa aku anak tunggal dari pengusaha ternama seperti Papa. Di sini, bahkan orang-orang mengenalku sebagai gadis tak waras, juga makhluk halus yang kerap menangis di atas batang pohon jambu. Jauh dari Papa, jauh dari rengkuhan kasihnya, juga jauh dari segenap pujian yang dulu kudapat. Rasanya kini aku haus untuk dikasihi, dan Ustadz Ashraf datang membawakan apa yang kurasa kosong dalam hati. Dia, laki-laki yang tulus, tanpa memandang jij*k sedikitpun terhadapku. Ingin sekali aku ceritakan ini pada Papa. Bahwa putri kecilnya telah jatuh hati, dan menemukan pelabuhan yang tepat. Pasti Papaku akan menyetujuinya. Papa pasti bahagia melihatku bahagia dan tersenyum lagi. Aku pun ingin memperkenalkan Ustadz Ashraf padanya. Semoga

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Dia Akhirnya Berkata Jujur

    RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Sore ini, waktu menunjukkan pukul tiga, aku ingin sekali mengabarkan pada Papa tentang perubahanku yang positif ini. Meski tak mudah dan tak sepenuhnya maksimal, pasti Papa akan tetap bahagia melihatku begini. Di sini pun, sekaligus aku ingin memesan salep itu lagi pada Ustadz Ashraf, karena salep yang menyiksa itu cukup manjur juga bila diaplikasikan dengan benar. Harus kutanggalkan rasa engganku menghubunginya demi obat itu, karena aku membutuhkannya. Kini, aku berjalan sedikit percaya diri, tanpa mengenakan pasmina terlilit ataupun kacamata hitam. Aku hanya mengenakan dress longgar seperti biasanya, namun kupakai jaket hitam dengan hoodie. Karena cuaca memang cukup dingin akhir-akhir ini. [Hallo, Papa! How are you?] Kulambaikan tangan saat melihat Papa berada di taman rumahku yang luas itu. Tampak, ada secangkir kopi, dan aneka kudapan, di meja kecil depan Papa. [Papa baik-baik aja, Sayang! Kamu gimana, Nak?!

  • RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM   Aku Ingin Dia Melihatku Sebagai Seorang Wanita

    PoV Daniella Arnetta Vernandi ----Aku Ingin Dia Melihatku Sebagai Seorang Wanita ----Dia membuatku terluka, dan cemburu manakala dia tersenyum memandang gadis lain yang jauh lebih cantik. Dengan posisiku sekarang, aku mungkin akan sulit merebut hatinya sepenuhnya. Bagaimana mungkin, dia terpikat pada gadis Buruk Rupa. Aku pun paham, aku tak berhak melarang, dan mengendalikan perasaannya. Aku ingin menjadi Daniella seutuhnya, Daniella yang bisa membius para pria agar terpaku memandangku tanpa berkedip. Hanya dia yang kuinginkan saat ini. Bukan yang lain. Daniella ingin dipandang sebagai wanita seutuhnya yang layak dikasihi dan dicintai oleh Ashraf. Bukan seorang gadis malang penghuni Pohon Jambu yang layak dikasihasi, dan disantuni oleh seorang Ustadz sepertinya. Kumohon, lihat aku sebagai seorang wanita, Pak Ustadz! Jangan membuatku tampak begitu kasihan seperti ini! *******Meskipun aku marah padanya dan belum ingin memaafkan, bukan berarti aku tak mau mencoba menggunakan s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status