Share

3. Kemarahan Tuan Frank Madison

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-21 18:49:05

Beberapa saat yang lalu,

Tuan Frank Madison tampak gelisah di pekarangan rumahnya. Dia terus mondar-mandir, menunggu kepulangan Stefany dari sekolah yang tak kunjung pulang. Hari sudah sore, dan matahari hampir terbenam di ufuk barat. Tuan Frank merasa cemas dan khawatir tentang keberadaan putrinya yang belum kembali.

Nyonya Emily, istri Tuan Frank, mencoba menjelaskan kepada suaminya jika Stefany sedang bersama Daniel. Anak lelaki remaja itu telah meminta izin kepada Nyonya Emily untuk mengajak Stefany pergi sampai sore hari. Namun, Tuan Frank tidak mengetahui hal ini dan merasa marah karena tidak ada yang memberitahunya tentang rencana tersebut.

Tuan Frank dengan nada marah, berkata kepada istrinya,

"Darling, kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya jika Stefany bersama Daniel? Kamu tahu, saat ini aku sangat khawatir dan cemas dengan keberadaan putri kita! Bagaimana bisa kamu membiarkannya pergi begitu saja tanpa memberitahuku?"

Nyonya Emily dengan nada tenang, membalas perkataan suaminya,

"Maafkan aku, Darling. Daniel meminta izin padaku untuk mengajak Stefany pergi sampai sore hari. Aku pikir kamu tidak keberatan."

Tuan Frank malah menggerutu kepada istrinya,

"Tentu saja aku keberatan, jika aku tahu lebih awal jika Daniel akan mengajak Stefany sampai sore begini! Aku adalah ayahnya, aku harus tahu apa yang terjadi dengan putriku setiap saat. Bagaimana bisa kamu membuat keputusan semacam ini tanpa memberitahuku?"

Nyonya Emily berusaha menjelaskan kepada suaminya,

"Aku pikir tidak masalah bagimu, Darling. Daniel hanya ingin menghabiskan waktu bersama Stefany dan aku merasa itu adalah kesempatan baik bagi mereka untuk saling mengenal lebih baik. Mereka kan bersahabat dari kecil. Daniel juga adalah anak yang sangat sopan. Dia selalu ada untuk putri kita, Stefany."

Tuan Frank dengan nada kesal, menjawab,

"Tapi itu bukan alasan untuk tidak memberitahuku! Aku ingin terlibat dalam kehidupan putriku. Aku ingin tahu apa yang terjadi dalam kehidupannya. Kamu harus mengerti perasaanku!"

Nyonya Emily mencoba mengerti kemarahan Tuan Frank,

"Aku minta maaf, Darling. Aku akan lebih berkomunikasi denganmu lain kali. Aku hanya ingin Stefany bahagia dan memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya."

Tuan Frank menghela napasnya. Mencoba memaafkan istrinya,

"Baiklah, Darling. Aku memafkanmu kali ini, tapi jangan lakukan hal seperti ini lagi tanpa memberitahuku. Aku ingin terlibat dalam kehidupan putriku. Kamu juga harus ingat mengenai masa depan Stefany telah ditentukan sejak lama. Aku tidak suka jika putri kita sangat dekat dengan anak lelaki bernama Daniel itu. Apalagi dia adalah keturunan keluarga Alexander! Kamu harus ingat perbuatan kakeknya dulu saat merusak ladang gandum kita! Yang hampir saja gagal panen! Dan hal itu terjadi tidak hanya sekali!”

Nyonya Emily mengangguk,

"Aku mengerti, Darling. Aku akan mengingatnya. Maafkan aku."

Padahal yang sebenarnya terjadi, Grandpa Jhon Alexander hanya difitnah oleh orang-orang yang membenci keluarga Alexander yang merupakan salah satu keluarga terpandang di Desa Bibury itu. Nyonya Emily mengetahui semuanya dan telah menjelaskannya kepada suaminya, Tuan Frank. Namun sang suami tetap tak percaya dan masih saja menyalahkan Keluarga Alexander.

Tuan Frank masih marah dan kecewa karena tidak diberitahu tentang keberadaan putrinya. Dia merasa bahwa sebagai ayah, dirinya harus terlibat dalam kehidupan Stefany dan mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupannya. Meskipun Nyonya Emily mencoba menjelaskan dan meminta maaf, Tuan Frank tetap merasa jika komunikasi yang lebih baik harus dilakukan di masa depan agar tidak ada lagi kejadian seperti ini.

Dari kejauhan, Tuan Frank dapat melihat Daniel dan putrinya Stefany sedang mengayuh sepedanya menuju kediaman Madison, rumah Stefany. Tuan Frank terlihat menatap tajam ke arah Daniel karena mengajak Stefany pergi sampai sore hari.

Sepeda keduanya akhirnya berhenti di pekarangan rumah, dan Daniel menyapa lembut ayah Stefany yang sedang menatapnya dengan sangat tajam.

“Selamat sore, Uncle Frank. Saya ke sini untuk mengantar Stefany pulang,” ucap Daniel tak gentar sedikitpun dengan tatapan menusuk dari ayah sahabatnya.

“Sore!” jawabnya dingin.

“Stefany, cepat masuk! Malam hampir tiba tapi kamu baru kembali dari sekolah!” ujar sang ayah marah.

“Tapi, Daddy. Aku dan Daniel sudah pamit sama Mommy,” seru Stefany membela diri.

“Stefany! Masuk Daddy bilang! Kamu jangan keras kepala!” hardik sang ayah.

Tuan Frank segera menyuruh Stefany untuk masuk ke dalam rumah, meninggalkan Tuan Frank dan Daniel berdua di pekarangan rumah.

Stefany pun melihat ke arah ayahnya dengan tatapan terluka. Sambil meneteskan air mata Stefany segera berlalu masuk ke dalam rumahnya, tanpa sedikitpun menoleh ke arah Daniel yang meliriknya dengan perasaan sedih.

Tuan Frank dengan nada marah. Mulai angkat bicara,

"Daniel, apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu mengajak Stefany pergi sampai sore hari tanpa memberitahuku? Kamu tidak tahu bagaimana aku sangat khawatir dan cemas! Bagaimana kamu bisa melakukan hal ini dengan sangat berani?"

"Maafkan saya, Uncle Frank. Saya tidak bermaksud membuat Anda khawatir. Saya hanya ingin menghabiskan waktu bersama Stefany dan tidak bermaksud menyakiti perasaan Anda. Tadi pagi saya juga sudah berpamitan dengan Aunty Emily jika saya akan mengajak Stefany pergi,” ucap Daniel menerangkan semuanya.

Tuan Frank dengan nada tak suka, menjawab,

“Orang tua Stefany ada dua! kamu tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan semacam itu tanpa memberitahuku! Aku adalah ayah Stefany, dan aku harus tahu apa yang terjadi dalam kehidupannya. Jika mengajak Stefany pergi, kamu harus mendapatkan izin dari kedua orang tuanya! Bukan hanya dari ibunya!"

Daniel sepertinya mengerti kemarahan Tuan Frank,

"Saya minta maaf, Uncle Frank. Saya tidak bermaksud melanggar aturan atau membuat Anda marah. Saya hanya ingin menghabiskan waktu bersama Stefany."

“Kalian kan sudah menghabiskan waktu di sekolah sampai siang hari. Saya rasa itu sudah cukup! Untuk apa lagi kamu menambah waktu sampai sore hari untuk bersama Stefany?” cecar Tuan Frank.

“Maafkan saya, Uncle.” Hanya kata-kata itu yang dapat keluar dari bibir Daniel.

Daniel malah sedang menatap kamar Stefany yang ada di lantai dua rumah itu. Dia membayangkan jika Stefany pasti sedang menangis saat ini.

“Sebagai ayahnya, saya harus terlibat dalam kehidupan Stefany. Komunikasi adalah kunci, Daniel. Kamu harus berbicara denganku sebelum mengambil keputusan semacam ini! Mengajak Stefany pergi sampai sore! Itu sebuah tindakan yang sangat berani dengan usiamu yang masih sangat muda! Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan putri saya dalam kurun waktu itu, apakah kamu mau bertanggung jawab?" Tuan Frank masih saja marah.

Danielmengangguk,

"Anda benar, Uncle Frank. Saya akan minta izin kepada Anda lain kali jika ingin mengajak Stefany pergi. Saya minta maaf atas ketidaknyamanan yang telah saya sebabkan."

Tuan Frank mulai sedikit lebih tenang,

"Baiklah, saya harap kamu mengerti tentang pentingnya komunikasi dalam mengambil keputusan tertentu. Stefany adalah putri saya satu-satunya, dan saya sangat peduli dengan keberadaannya. Jangan lakukan hal semacam ini lagi tanpa memberitahuku!"

Daniel mengangguk lagi

"Saya mengerti, Uncle Frank. Saya akan belajar dari kesalahan ini dan berkomunikasi dengan Uncle lain kali. Terima kasih atas pengertiannya."

Tuan Frank masih marah dan kecewa atas tindakan Daniel yang mengajak Stefany pergi tanpa memberitahunya. Pria itu menekankan pentingnya komunikasi dan mengingatkan Daniel untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Meskipun Daniel meminta maaf dan berjanji untuk berkomunikasi lebih baik di masa depan, Tuan Frank tetap mempertahankan sikap tegasnya agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

“Daniel! Jangan harap kedepannya kamu bisa membawa pergi Stefany lagi! Aku tidak akan mengizinkannya!” seru Tuan Frank Madison dari dalam hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    10. Larangan Dari Tuan Frank

    Keesokan harinya, di sekolah, Daniel, Hugo, dan Filbert menunggu dengan cemas kabar dari Marsha dan Caroline. Mereka berharap Stefany merasa lebih baik setelah kunjungan itu.Saat bel istirahat berbunyi, Marsha dan Caroline mendekati mereka di lapangan sekolah. Wajah keduanya terlihat ceria, memberikan harapan kepada Daniel dan yang lain.“Bagaimana keadaan Stefany?” tanya Daniel dengan nada penuh harap.Caroline tersenyum. “Dia sangat senang dengan kunjungan kami dan pesan-pesan dari kalian. Stefany tidak sakit, hanya dilarang keluar rumah oleh ayahnya sebagai hukuman.”Daniel menghela napas lega meski merasa sedikit marah pada Tuan Frank. “Jadi dia baik-baik saja?”Marsha mengangguk. “Ya, Stefany baik-baik saja. Dia hanya merasa kesepian karena tidak bisa bertemu dengan kita. Tapi dia sangat terharu dengan pesanmu, Daniel. Stefany benar-benar merindukanmu.”Daniel merasa hatinya hangat. “Aku juga sangat merindukan Stefany. Aku berharap dia segera bisa kembali ke sekolah.”Hugo m

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    9. Menjenguk Stefany

    Saat bel sekolah berbunyi menandakan telah berakhirnya pelajaran hari ini. Daniel, Hugo, dan Filbert berdiri di bawah pohon besar di sudut halaman sekolah bersama Marsha dan Caroline. Mereka berkumpul untuk membahas rencana menjenguk Stefany di rumahnya. Semua tampak bersemangat untuk melihat keadaan sahabatnya.Namun, sebelum mereka mulai berjalan, Marsha berbicara. “Kalian tahu kan, ada satu masalah yang harus kita perhatikan. Ayah Stefany, Tuan Frank, tidak suka jika Stefany berteman dengan anak laki-laki. Ini bisa jadi masalah kalau kalian ikut.”Daniel terlihat cemas.“Aku ingat itu. Stefany pernah cerita. Aku tidak mau membuat situasi menjadi lebih sulit untuknya.”Hugo mengangguk setuju.“Ya, kita tidak mau menambah masalah. Mungkin memang lebih baik kalau hanya Marsha dan Caroline yang pergi.”Filbert menambahkan,“Kita bisa menunggu di dekat sini, sambil bermain.”Marsha dan Caroline saling pandang, lalu mengangguk. “Baiklah, kami yang akan pergi,” ucap Caroline. “Kami akan

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    8. Ternyata Stefany Bolos Ke Sekolah

    Pagi hari yang cerah menyambut desa Bibury, Cotswolds, Inggris. Matahari terbit dengan gemilang, memancarkan sinar hangat yang memperindah pemandangan sekitar. Hari ini, Daniel begitu penuh semangat untuk pergi ke sekolah, karena dia tak sabar ingin bertemu sahabatnya, Stefany.Daniel begitu terburu-buru sehingga dia bahkan melahap sarapannya, sepotong pie selai kacang, dengan cepat. Ibunya, Nyonya Miriam, lalu menegurnya dengan lembut."Daniel, santai saja. Makanlah dengan tenang, jangan terburu-buru begitu," seru sang ibu."Maaf, Mommy. Aku hanya sangat bersemangat untuk bertemu dengan Stefany hari ini."Akan tetapi Tuan Carlos, ayah Daniel, memberikan nasihat kepada anaknya sebelum pergi ke sekolah."Daniel, ingatlah untuk berhati-hati dan bijak dalam bergaul dengan Stefany. Keluarga Madison memiliki reputasi yang buruk di desa ini," tegur sang ayah. "Tidak perlu khawatir, Daddy. Aku tahu bagaimana menjaga diri sendiri," sahutnya kepada Tuan Carlos.Berbeda jauh dengan sikap ayahn

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    7. Daniel Turut Dimarahi

    Setelah mencoba berbicara dengan Tuan Frank, Nyonya Emily merasa frustasi dan sedih. Dia berharap suaminya akan mendengarkan kekhawatirannya tentang pembatasan yang diberlakukan pada Stefany, akan tetapi sayangnya, usahanya gagal.Setelah memberikan secangkir kopi kepada Tuan Frank, Nyonya Emily mencoba lagi untuk membicarakan masalah tersebut. Dengan suara lembut, dia berkata, "Darling, aku mengerti kekhawatiranmu tentang Stefany. Tapi kita juga harus memberinya kesempatan untuk menjalani kehidupannya di luar rumah. Dia perlu belajar sungguh-sungguh. Apalagi sampai bolos sekolah selama seminggu. Stefany akan ketinggalan mata pelajaran."Tuan Frank menatap sang istri dengan pandangan tajam. "Aku sudah bilang, Emily. Stefany tidak boleh keluar rumah selama seminggu! Aku tidak ingin dia terkena pengaruh Daniel di luar sana."Nyonya Emily merasa putus asa. "Tapi Darling, Stefany perlu mengalami hal-hal di luar rumah. Dia perlu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengh

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    6. Nyonya Emily Mencoba Menghibur Putrinya

    Saat Tuan Frank marah kepada putrinya, Stefany, dan melarangnya keluar rumah selama seminggu. Nyonya Emily, ibu Stefany, ternyata sedang berada di depan pintu kamar anaknya dan mendengar semua perkataan yang diucapkan oleh suaminya. Hatinya terasa hancur karena melihat anaknya yang sedang dimarahi.Dengan hati yang berat, Nyonya Emily menunggu Tuan Frank keluar dari kamar Stefany sebelum memasuki kamar tersebut. Pintu kamar dibanting dengan keras, oleh suaminya yang menggema di seluruh rumah.Setelah tahu sang suami telah pergi dari kamar putri mereka.Nyonya Emily masuk ke dalam kamar Stefany dengan hati yang berat. Dia melihat putrinya duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi oleh air mata yang mengalir deras. Hatinya terasa hancur melihat anaknya seperti itu. Nyonya Emily duduk di samping Stefany dan memeluknya erat. "Stefany, Mommy ada di sini untukmu. Mommy tahu betapa sulitnya situasi ini bagimu," ucap Nyonya Emily dengan lembut, mencoba menghibur anaknya yang sedang bers

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    5. Kesedihan Stefany

    Di dalam kamarnya, Stefany duduk sendiri di tepi tempat tidurnya. Wajahnya basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Suara tangisnya yang tersedu-sedu memenuhi ruangan itu, mencerminkan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam. Dia sangat kasihan melihat sahabatnya, Daniel, yang baru saja dimarahi oleh ayahnya, Tuan Frank.Stefany merasa hatinya hancur melihat bagaimana Tuan Frank memarahi Daniel dengan keras. Dia sangat mengerti jika sahabatnya itu tidak bermaksud membuatnya dalam bahaya atau melanggar aturan. Keduanya hanya ingin menghabiskan waktu bersama dan menikmati momen indah di bukit belakang sekolah, mereka sampai sore menjelang.Namun, Tuan Frank tidak mengerti atau menerima penjelasan itu. Dia terlalu protektif dan khawatir akan keselamatan putrinya. Tapi, Stefany merasa bahwa Tuan Frank tidak melihat sisi lain dari cerita ini, yaitu persahabatan yang kuat antara dirinya dan Daniel.“Daniel, semoga kamu kuat menghadapi amarah ayahku,” harapnya dalam hati.Stef

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status