RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 20. **Adnan tersenyum saat istrinya memberi dia sebuah kotak. Sepertinya ini adalah hadiah istimewa. Padahal dia belum berulang tahun dan ini tidak hari anniversary pernikahan mereka. Tapi istrinya memberikan kejutan untuknya. Adnan membuka kotak itu dengan penasaran yang luar biasa. Apa yang dihadiahkan istri untuknya. Berharap saja hal baik. Adnan yakin istrinya dengan senyuman yang begitu tulis di wajahnya nggak mungkin memberikan hal buruk kepadanya. Adnan tersenyum mengambil hadiah yang ada di kotak itu, sebuah testpack dengan garis 2. Dia tertawa bahagia serta terharu, tidak sangka hadiahnya begitu manis dan sangat indah. "Sayang, ini serius?" tanya Adnan. "Ya, Mas. Aku hamil," kata Nara. Adnan dengan sukacita langsung memeluk istrinya. Meluapkan semua kebahagiaannya kepada Nara saat itu. "Terima kasih, Sayang. Terima kasih sekali, kamu sudah melengkapi kehidupanku. Aku nggak tahu lagi bagaimana perasaanku sekarang. Yang penting aku sangat bahag
Sejujurnya Adnan nggak suka Raka itu sering datang. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah konsekuensi bagi Adnan, ketika menikahi Nara yang seorang janda dengan seorang anak, pasti mantan suami selalu mencampuri dan membayang-bayangi apalagi sekarang sudah tahu bagaimana Nara adalah berlian yang sesungguhnya. Mungkin saja Raka berharap bisa kembali memungut berlian yang pernah dia buang. "Aku sengaja datang kemari untuk bertemu Ervan dan juga Nara, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mereka," kata Raka santai. Sementara Adnan kesal melihat kesantaian dalam diri Raka. Saat ini dia sedang gusar. Untuk apa Raka mencari istrinya. Bahkan Adnan sudah menganggap Ervan sebagai anak kandungnya sendiri. Walaupun memang bukan anak kandungnya, dia sangat mencintai Ervan layaknya ayah kandung mencintai anak kandungnya, selama ini dia yang menafkahi Ervan dan Nara tanpa merasa keberatan melakukannya. "Kenapa kamu berani datang ke rumahku? Kalaupun kamu mau bertemu Ervan dan Nara, Buka
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 21. **PoV Author "Ada hal lain lagi yang penting mau ku sampaikan ke kamu," kata Raka. Nara mengernyitkan dahinya. Apa lagi yang mau Raka katakan. "Apa, Mas?" tanya Nara. Raka menatap manik mata Nara. Jantungnya berdegup tak karuan. Detakan ini sulit sekali disirnakan. Rasa ini bahkan lebih besar saat pertama kali mereka bertemu dan menikah. Rasa ini terlalu besar untuk Raka. Sayang, semuanya terlambat dan sia-sia. Penyesalan selalu datang terlambat. "Apakah ada hubungannya dengan Ervan. Soalnya dia mau sekolah?" tanya Nara. "Ada, Nar. Tapi, Ervan pergi sekolah aja dulu, Sayang. Ayah mau berbicara dengan Bunda masalah pribadi sekaligus masalah kita," kata Raka. "Masalah pribadi apa? Gak ada masalah pribadi lagi antara kalian. Nara istriku!" balas Adnan. Raka mendengkus mendengar ucapan Adnan. Dia mencibir tak suka. Sementara itu Ervan menyalami mereka semua. Raka juga di salaminya. Raka memeluk anaknya. Senang bisa memeluk lagi buah hatinya yang ter
"Bagaimanapun aku masih bisa bertemu keluargaku. Kamu gak ada hak melarang!" "Keluargamu? Hanya Ervan, Nara tidak ada hak. Dia istriku!" kata Adnan sengit. "Mas, udahlah, jangan bertengkar. Mas Raka sebaiknya pergi saja. Tolonglah ... Bukankah kamu udah ketemu Ervan. Gak enak tetangga dengar kita bertengkar!" ucap Nara bingung. "Nar, yang lebih dulu itu Adnan!" balas Raka membela diri. "Iya, aku tahu, tapi aku harus menjaga hati suamiku. Nanti atur lagi waktu kamu bertemu Ervan. Aku yakin bisa diatur waktunya!" kata Nara berharap Raka paham.Nara memegangi tubuh suaminya agar tidak tersulut emosi. Raka sedih melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya. Dia kemarin melihat mereka berdua berpelukan di balkon. Kini, dia melihat sendiri Nara, sang mantan istri memeluk pria lain. Tak pernah Raka melihat Nara semesra ini dengan seorang pria. Rasanya sesak dadanya. Mungkin dia sudah gila berharap lagi bisa memiliki Nara. Tiba-tiba saja Nara pingsan. Dia gak bisa penopang tubuhnya. Lagi
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 22. **PoV Author. Siska heran melihat wajah Raka yang memar. Terlebih dia tahu Raka ke rumah Nara. Siska nggak terima, dia nggak diikutsertakan Raka ke sana. Kenapa Raka harus pergi sendiri? Apakah ada hal yang ditutup-tutupinya atau dia sengaja ke sana untuk melihat Nara?"Kamu harus minta ganti rugi wajah kamu yang memar itu, Mas!" kata Siska. "Udahlah, Sis. Aku nggak mau memperpanjang masalah ini. Lagi pula tadi Nara pingsan, aku dan Adnan bertengkar," kata Raka terduduk. Dia mengambil rokok. Tapi, sudah dua hari Raka tak merokok lagi. Semua dilakukannya untuk Nara yang meminta berhenti. Raka mengacak rambutnya gusar. Tak merokok lagi membuat dia sakit kepala beberapa hari ini. Tapi, untuk seseorang yang di cintai tak mengapalah. "Kamu kayak stress banget. Mas, kamu dengar aku. Kamu harus ngobatin luka kamu. Kalau masalah Nara pingsan ya itu bukan urusan kita. Yang penting kamu dapat ganti rugi!" "Apaan sih kamu Siska! Aku lagi pusing dan kamu sela
"Ya, dia mantan suami aku, asal Ibu tahu ya. Nara itu yang merebut suami ku. Dia rela merebut suami ku hanya untuk mendapatkan harta. Sakit hatiku, Bu. Belum lagi Mas Raka yang selalu menyalahkan ku. Dia berpaling demi Nara. Nara kayaknya gak puas, Bu Jagad. Dia mau memisahkan rumah tanggaku dengan Mas Raka. Supaya aku menderita. Gak tau apa motifnya. Huhuhu ..." dusta Siska memainkan peran.Dalam hati dia tertawa pasti gosip ini akan menyebar dan Nara akan dijadikan bulan-bulanan masyarakat untuk difitnah. "Ya ampun Siska kamu sabar ya. Selama ini kita nggak tahu kalau dia seperti itu. Nara itu mentor kita semua di desa. Belum selesai juga kegiatan desa yang mau dilakukan ternyata dia itu seorang pelakor. Nggak nyangka banget ya. Bagaimana reaksi bu RT dan Bu Kades kalau tahu dia seorang pelakor yang ngerebut suami kamu!" "Iya, Bu. Mohon doanya supaya saya bisa sabar. Makanya saya bertengkar dengan Mas Raka ya gara-gara Nara. Sebenarnya saya udah nggak sanggup lagi. Kadang Mas Raka
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 23. **Nara terkejut mendengar ucapan Bu Kades. Siapa yang menyebarkan gosip itu. "Ibu dengar dari mana, Bu Kades?" tanya Nara lemah. "Dari omongan masyarakat Bu Nara. Suara Ibu kok lemas sekali? Ibu lagi sakit ya?" tanya Bu Kades gak enak hati. "Iya, Kebetulan saya nggak enak badan, Bu. Makanya saya nggak bisa ke balai desa. Cuma kalau memang Ibu mau datang kemari untuk membicarakan masalah kerjaan dan proyek kita di desa dan hanya sekedar sharing maka saya bisa memberi masukan. Tapi, untuk lebih aktif saya belum bisa. Saya juga mau mendengar penjelasan Ibu dari mana gosip itu menyebar," kata Nara. Rasa penasaran itu menguar begitu saja. Nggak mungkin kan gosip begitu datang kalau tidak ada awal mula yang membicarakannya. Pikiran Nara langsung ke Siska. Apalagi masyarakat mengatakan kalau Nara merebut suami Siska. "Apakah gak apa-apa kalau saya datang, Bu Nara?" "Enggak, Bu. Saya tunggu ya," kata Nara. Padahal Nara berniat untuk rebahan. Tapi kenapa
"Pak, Adnan ada yang mencari." kata Edo yang bekerja dengan Adnan sebagai asistennya di kantor. Edo juga ditunjuk untuk melihat bagian produksi dan pemasaran. Dia pekerja kepercayaan Adnan. Sudah lama bekerja di Kantor. "Siapa?" "Gak tahu, Pak. Katanya penting. Dia seorang perempuan tapi gak mau sebut nama. Apakah sudah janji dengan Bapak?" tanya Edo. "Gak ada. Apakah sebelumnya dia pernah ke sini?" tanya Adnan. "Gak pernah, Pak. Katanya dia datang untuk persoalan penting. Hubungan Bapak dekat dengan dia. Kalian pernah menjalin asmara." Adnan mendengkus kesal. Dia menggebrak meja. Sudah pasti Siska yang datang. Adnan berpikir sejenak kalau dia mengusir Siska. Maka perempuan itu nggak akan berhenti sampai di sini. Adnan tahu betul bagaimana watak Siska. Mereka pernah menikah selama dua tahun sebelum bercerai. Siska wanita ular yang pandai bersandiwara. Adnan harus tegas dengan dia. Sudah berani dia datangi Adnan ke Kantor. "Ya udah. Kamu ikut saya temui dia. Dia mantan istri saya