"Mau ke mana kamu, Siska? Kamu sudah rapi, sudah pakai make up. Apakah kamu mau mencari lelaki yang bisa membayarmu untuk kau tiduri dan kamu mendapatkan uang?!" kata Raka sengit. Wajah Raka memerah, marah Ini sudah ditahan Raka dan kali ini Raka akan mengeluarkannya tidak akan dipendamnya lagi."Apa-apaan kamu, Mas. Kamu baru pulang dan udah ngomong yang tidak-tidak. Ucapanmu ini sangat berbahaya.""Seharusnya kamu yang berbahaya. Kamu adalah wanita ular yang sudah aku pelihara di rumahku. Namun kamu mematuk ku begitu saja. Ternyata kamu adalah pelacur yang sesungguhnya. Aku tidak tahu kalau istriku seorang pelacur!" kata Raka tajam."Brengsek kamu, Mas! Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku. Jaga ucapan kamu dan tutup mulut kamu ya!" kata Siska gak terima."Raka apa-apaan Ini? Kenapa kamu datang-datang marah-marah sama Siska dan tuduh dia pelacur?! Siska itu istri kamu dan ini anak kamu! Selama ini ibu selalu menasehati Siska tapi Ibu nggak suka dengan ucapan kamu yang menjelekkan
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 60.**Siska terkejut. Raka begitu saja melemparkan kertas hasil tes DNA ke Siska. Mata Siska membola melihat apa yang dilakukan Raka dengan Adnan. Dia sama sekali nggak menyangka kalau mereka diam-diam melakukan ini untuk menjatuhkannya."Apa yang kamu lakukan kepadaku, Mas? Ini sama sekali nggak benar!"Siska masih mencoba membela diri. Hal itu membuat Raka tersenyum getir, sudah salah tetapi tetap saja mempertahankan kesalahannya. Apa salahnya kalau dia mengakui kalau perbuatannya itu salah."Bukti valid sudah kamu lihat tetapi tetap saja kamu merasa berada di pihak yang benar. Kamu sebagai istri nggak pernah bersyukur dengan apa yang kudapatkan. Apa yang telah kuberikan kepadamu dan kamu selalu merasa kurang. Jadi ini balasan kamu terhadapku? Kamu main serong dengan laki-laki lain! Selamat, Siska kamu sudah berhasil memperdayaku. Tapi selamanya, aku nggak mau menjadi lelaki bodoh yang mudah sekali kamu tipu! Aku minta bawa anak kamu keluar dari rumahku ka
"Raka ..."Adnan terkejut melihat Raka sudah berada di depan pintunya. Lelaki itu sepertinya hendak pergi jauh. Sudah membawa tas besar. Dahi Adnan berkerut. Raka sudah mengambil keputusan besar. Kayaknya dia sedang bertengkar dengan Siska dan mengambil keputusan untuk pergi dari mantan istrinya."Maafkan kedatanganku yang tiba-tiba. Kedatanganku kemari untuk bertemu dengan Nara dan juga anakku. Ada hal penting yang ini ku sampaikan kepada mereka. Bagaimanapun Nara adalah mantan istriku dan Ervan anak kandungku. Semoga kamu tidak keberatan aku bertemu dengan dia, ini adalah keputusan yang tersulit yang harus ku jalani!"Adnan membuka pintu rumahnya secara lebar. Dia mengizinkan Raka masuk. Tak lama berselang Adnan memanggil Ervan dan juga Nara untuk keluar melihat. Sementara bagi mereka sedang tertidur pulas Di box bayi. Bik Narti menjaga anak mereka sebentar."Maaf kalau aku mengganggu kalian. Kedatanganku kemari untuk mengatakan ke Nara dan juga Ervan, bagaimanapun Nara adalah manta
Rumah Baru Mantan Istriku?**"Mas, katanya tetangga baru kita dah sampai." Dahiku berkerut saat Siska mengatakan itu. Kutarik kursi dan duduk di depan meja makan yang berada di dapur. Siska melakukan hal yang sama. Dia juga menarik kursi sepertinya hendak melanjutkan ceritanya. "Emang siapa? Kamu udah ketemu?" tanyaku. "Belum sih. Tapi tadi ada undangan dari Bu RT katanya mereka undang tetangga kanan kiri buat baca doa gitu untuk rumah baru mereka." "Ya udah kamu datang aja," kataku santai sembari mengambil gelas, menuang air putih dan meneguknya. "Mas, kamu iri gak sih lihat rumah tangga yang udah bisa bangun rumah sendiri. Sementara kita kenapa gini-gini aja. Kapan kita bisa punya rumah sendiri?" kata Siska. Aku mendesah perlahan. Rumah tanggaku dengan Siska baru berjalan kurang lebih dua tahun. Selama itu kami belum di karunia anak. Dulu aku bekerja di Perusahaan yang cukup bergengsi. Gaji yang cukup dan kami memiliki rumah sederhana. Tetapi karena gaya hidup Siksa yang bak
Rumah Baru Mantan Istriku bag 2 **PoV Raka**"Mas Raka ...," cicit Nara.Dia terkaget melihatku dan akupun terkaget melihat Nara. Sungguh aku benar melihat mantan istriku dan anakku ada di depan mataku. Ku kucek sekali lagi mataku dan kucubit sedikit tanganku. Rasa sakit langsung kurasakan. Ini benar dan bukan mimpi. Melihat tingkahku Nara menjadi tak nyaman. Inara Anggraini wanita yang tujuh tahun lalu kunikahi. Kami bercerai dua tahun lalu ketika Ervan masih empat tahun. Kini putraku sudah enam tahun dan semakin besar. "Nara ..." Saat aku memanggilnya mantan istriku mencebik. Dia menarik tangan Ervan untuk menjauh dariku. Aku sakit hati ketika mantan istriku menolakku. Aku lalu memegang tangannya. "Nara ...," panggilku sekali lagi. Dia berusaha melepaskan tanganku secara kasar. Tanganku pun terlepas. "Letak saja airnya di sini. Ini uangnya!" katanya ketus. "Siapa, Bu?" tanya Ervan. "Tukang Aer!" lanjut Nara. Mendengar pertanyaan putraku dengan suara pelan dan jawaban Nar
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 3. **POV RAKA. **Mataku melotot melihat seorang pria turun dari mobilnya. Mobil Fortuner keluaran terbaru dan rasa terkejutku semakin bertambah karena dia Adnan. "Adnan ...," cicitku pelan. Dia juga kaget melihat aku yang sedang duduk diatas becak hendak berniat meninggalkan rumah ini. Menelisik penampilannya sepertinya dia pemilik rumah ini. Tampilannya parlente seperti seorang Bos. Apakah Adnan adalah tetanggaku? Mengapa dia yang harus menjadi tetanggaku? Aku sama sekali tak siap kalau harus Adnan tetanggaku. Saat mata kami bertemu satu sama lain. Dia mencebik padaku. Segera di datanginya aku dan di tolaknya kecil tubuhku. "Mau apa kamu ke sini, Ha?! Kamu mau maling di rumahku!" katanya marah. "Sebentar. Enggak kok. Aku ke sini ngantar air yang di pesan Nara. Kamu tinggal di sini?" tanyaku bodoh. "Bukankah tadi udah kubilang kalau ini rumahku. Kamu udah dapat uangnya kan dan pergi dari sini!" katanya murka melihatku. Hubunganku dan Adnan memang
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 4. **PoV Raka"Uhuk ... Uhuk ..." Aku terbatuk saat Siska mengatakan itu. "Kamu kenapa, Mas?" tanyanya. "Gak ada. Eh, kamu udah ketemu sama tetangga baru kita?" tanyaku.Dari ekspresinya, kayaknya Siska belum ketemu Nara dan Adnan. Tapi apa hubungan Nara dan Adnan? Apakah mereka majikan dan pembantu. Aku masih penasaran. Namun, memberi tahu Siska lebih lanjut soal tetangga kami aku malas. Dia pasti ribut dan gak terima.Kalau hanya majikan dan pembantu. Entah kenapa aku merasa masih punya harapan bersama Nara. Kami punya anak. Sedangkan aku bersama Siska sampai sekarang belum juga punya anak. "Belum, Mas. Rencana besok ada perkumpulan di balai desa katanya tetangga baru akan menjelaskan usaha Mikro. Kali aja tetangga mau bantu ibu-ibu kompleks membuka usaha." "Oh, kalau ada acara begituan emang kamu mau ikut?" tanyaku. "Ya maulah," jawab Siska cepat. "Kalau di lihat dari usaha tetangga baru kita ini. Dia buka usaha camilan ringan keripik pisang cokla
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 5. POV Raka**"Nara, apa hubungan kamu dengan Adnan?" tanyaku begitu saja saat dia membuka gerbang nya. "Bukan urusan kamu, Mas Raka. Lagian kamu ngapain di depan rumah orang. Kamu tahu gak kalau kamu menggangu!" katanya marah. "Aku cuma mau tahu aja karena kita tetangga dan kamu mantan istriku. Ingat, Nar, kita punya anak. Apalagi dia dekat sama Adnan dan itu gak baik," kataku lembut padanya. "Gak baik? Kamu tahu apa? Selama dua tahun cerai sama aku. Kamu yang gak baik! Kamu cuma mau buang-buang waktu aja!" katanya. Dia masuk ke dalam rumah dan beranjak pergi dengan sepeda motor. Tanpa menghiraukan ku dia pergi begitu saja. Aku tersentak, Nara bisa naik sepeda motor? Setahu ku dia gak bisa karena dulu memang ku batasi. Dulu aku takut motorku rusak jadi dia tak ku izinkan belajar naik motor. Dulu aku punya dua kendaraan satu mobil dan satu lagi motor. Qadarullah, bercerai dari Nara aku bangkrut yang tersisa hanya motor. Aku bergegas pulang ke rumah ka