Share

Bab 8 (Izin bekerja)

Prang, ting!

Terdengar suara sendok dan panci beradu.

Saat ini aku kesal sekali. Entah mengapa Bang Hasan harus duduk di kursi makan.

Entah apa yang ia lakukan di sana. Awalnya aku tidak peduli, tapi lama-kelamaan aku semakin risih, dari aku masih menanak nasi sampai dengan aku siap memasak lauk dan sayur ia tetap berada di sana, tanpa bergerak.

Pelan kulirik Bang Hasan, dari ekor mataku melihat ia sedang merenung sambil sesekali tersenyum-senyum sendiri.

Mulai gila dia.

Kuletakkan nasi beserta lauk di meja, bukan meja makan asli. Hanya sebuah meja petak biasa dengan triplek atasnya yang sudah rusak. Kuakali menutupinya menggunakan alas plastik bermotif dedaunan.

Jangan tanya di mana meja makan asliku. Tentu saja di rumah Ibu Bang Hasan.

Ah, mengingatnya saja membuat dadaku sesak.

Sudahlah, aku tak ingin mengingatnya, kata orang jika kita terus-menerus mengingat orang yang kita benci, ia bisa tiba-tiba saja hadir di depan wajah kita.

Sungguh aku tak ingin itu terjadi.

"Kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status