Share

Bab 5. DREAM

SATU TAHUN KEMUDIAN

Nick Sebastian sedang dalam perjalanan ke kantor.

Melihat kemacetan di jalan raya tidak mampu mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang dalam semalam telah berhasil mencuri hatinya satu tahun yang lalu.

Dia teringat saat terbangun pagi hari Kania telah lenyap tanpa jejak.

Percintaan mereka bagaikan mimpi.

Awalnya Nick berusaha mengenyahkan bayangan percintaan mereka dan berusaha menganggap itu sama seperti percintaan-percintaannya terdahulu.

Akan tetapi walau Nick berusaha keras, ingatan tentang kenikmatan luar biasa yang dirasakannya enggan untuk pergi.

Nick berusaha menelaah apa yang beda hingga pandangannya tertumbuk pada noda merah di sprei.

PERAWAN(?)

Pantas nikmatnya tak terperi.

Penggalan-penggalan adegan malam panas itu masih begitu nyata terpatri di memori Nick.

Betapa Kania yang dalam keadaan setengah sadar sudah sangat menghibur Nick dengan jawabannya yang lucu dan polos.

Berbanding terbalik dengan saat dia bercinta, begitu LIAR dan BINAL...ternyata masih polos! Tak berpengalaman! Perawan!

Tak terasa Nick telah tiba di kantornya.

Begitu turun dari mobil belasan pasang mata mengikuti gerakan Nick.

Terutama wanita.

Mereka merasa bos mereka sangat luar biasa, bukan sekedar tampan saja tapi begitu maskulin, begitu jantan, pria sejati, dan begitu CUEK!

Nick berjalan lurus dengan setengah heran karena tidak ada seorang pun yang berpapasan dengannya.

'bukankah ini sudah agak siang? Kenapa masih sepi?' batin Nick.

Akhir-akhir ini Nick merasa mereka semua tidak seperti biasa, mereka lebih banyak menghindar.

Pernah Sebastian bertanya pada Vanessa, sekretarisnya dan dijawab "mereka ngeri melihat wajah Bos."

"Memangnya ada apa dengan wajahku?"

tanya Nick lumayan terganggu.

"Wajah Bos ya jelas tampan, tenang, tapi akhir-akhir ini... ada aura menakutkan dan tidak mudah didekati. Bagi sebagian orang..mengerikan."

Hal yang sama juga pernah diutarakan oleh Tommy, wakilnya.

Tommy bilang Nick jadi pribadi yang nggak sabaran seperti sedang memikirkan sesuatu.

Dan Nick menjawab dengan alasan sibuk memikirkan kantor.

"Aku sedang berpikir tentang perluasan perusahaan."

"Hmm...dimengerti!" Kalimat dan nada yang Tommy lontarkan jelas bertentangan.

Terlihat Tommy sama sekali tidak percaya dengan alasan Nick.

"Mau alasan apa saja sih terserah Bos, saran aja kalau bisa jangan terlalu galak Bos, apapun yang terjadi...badai pasti berlalu," celetuk Tommy sok tahu yang langsung mendapat lemparan penghapus dari Nick.

**

Sudah SATU TAHUN berlalu, tapi Nick masih belum juga menemukan KANIA.

Dia memerintahkan Tommy, wakilnya agar membuka lowongan sekretaris.

Tommy heran karena sebenarnya mereka tidak butuh sekretaris.

Tommy berpikir mungkin akan ada perluasan, pembukaan cabang baru.

Lalu Tommy mengiyakan dan akan keluar ruangan ketika Nick kembali memanggilnya.

Nick bilang ada syaratnya, yang dicari khusus lulusan University of Adelaide.

Tommy ternganga.

"Australia?"

"Yap."

"Lulusan mereka punya ilmu khusus, Bos? Seperti melipatgandakan uang mungkin?"

"Shut up, Tom. Ingat bulan depan bonus keluar, jadi tidak ada pilihan. Lakukan saja atau bonusmu ditahan!"

Tommy kembali bertanya apa lagi yang harus dia lakukan? Kata Nick "Fokuslah pada pencarian itu!"

Dalam hati Tommy berkata 'pencarian' bukan 'perekrutan' jadi memang ada sesuatu atau seseorang yang membuat Sang Bos membuka lowongan ini.

"Apa nggak langsung aja kamu bilang ke aku Nick, contohnya gini :

Tom, kamu cari gadis cantik, seksi yang bernama xxx dengan ciri ciri begini begini! See? Itu jauh lebih cepat bagiku untuk menemukannya."

Kata Tommy panjang lebar.

Nick hanya memandang wakilnya yang sudah lama ikut di perusahaan keluarga dan sudah seperti saudara laki-lakinya, bahkan Tommy dekat dengan kedua Abang Nick, PS Jr dan Marc.

"Lakukan saja, Tom!" hardik Nick.

"Ok! Kaulah Bosnya, aku hanya usul untuk mempercepat dan membuat keadaan kembali normal!"

"Apa maksudmu 'normal' Tom?"

"Yah, normal ya normal Nick! Saat ini mereka semua yang harus berurusan denganmu pada berusaha menolak sebisanya, mencari banyak alasan hanya agar tidak usah masuk ke ruangan ini, mereka bilang UJI NYALI, ngeri!"

Nick termenung.

"Mereka bilang senyummu lenyap diambil Demit (setan)...ngomong hanya sepatah sepatah."

"Kau terlalu mendramatisir, sudah cepat lakukan perintahku Tom. Semoga secepatnya kamu berhasil membawa kabar baik."

"Oke. Siap laksanakan tugas negara." Tommy bergegas keluar sambil bersiul.

Nick kembali sendirian, dia tidak sadar bahwa selama ini ternyata dia sudah membuat anak buahnya ngeri.

Nick menelepon detektif yang disuruhnya mencari jejak Kania.

“Halo Bos! Ada perintah baru kah?”

“Bagaimana hasil pencarian Kania?” tanya Nick dengan nada tak sabar..

“Belum ada perkembangan Bos. Aku sudah mengerahkan semua anak buahku, melakukan berbagai macam cara. Tapi belum ada jejak yang bisa ditemui.”

“Sama sekali tak ada jejak yang kau dapat?”

“Benar Bos, akan aku coba mencarinya lebih luas lagi. Dan segera memberi tahu jika ada kabar terbaru atau penemuan yang baru.”

“Baiklah, segera beri kabar jika ada perkembangan.”

“Siap Bos!”

Nick pun mematikan panggilan teleponnya. Ia benar-benar heran bagaimana bisa gadis itu sulit ditemukan.

Padahal dia sudah mencari ke sana kemari, akan tetapi Kania seperti hilang di telan bumi.

Bahkan tak ada jejak apa pun yang ditinggalkannya.

Seolah memang Kania tak ingin ditemui.

Betapa sangat sulit menemukan Kania meski pun sudah menyewa detektif termahal sekali pun.

Sejak malam itu Nick malas bercinta dengan orang lain, dia merindukan seorang gadis yang ternyata masih perawan, yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa walau dalam keadaan setengah sadar.

Dia merindukan gadis perawan yang begitu luar dan nakal di ranjang.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa ... dia menghilang seolah tak pernah ada?”

Ia begitu ingin sekali menemukan Kania, untuk apa? Dia pun masih belum tahu.

Padahal hanya satu malam, tapi SATU MALAM yang bisa mengubah hidupnya.

Nick hampir putus asa, saat ia teringat akan Marc, kakaknya yang memimpin perusahaan mereka yang di Aussie.

'Yah siapa tahu, Marc mengenal Kania,' batin Nick dan langsung menelpon Marc.

“Halo Nick, tumben telepon?” tanya Marc yang sedang rapat namun langsung menghentikannya dan menjawab telepon dari Nick.

“Aku ganggu nggak? Lagi sibuk?” tanya Nick.

“Hmm ... kenapa? Ada hal yang penting yang ingin kau bicarakan?” tanya Marc seolah mengerti akan kecemasan yang sedang dirasakan oleh Nick.

Marc langsung memberikan tanda agar rapat ditunda dan menyuruh pegawainya keluar dari ruangan.

“Tidak kok, bukan hal yang penting. Kalau kau sibuk kita bisa bicara nanti saja.”

“Enggak kok, santai saja. Katakan ... tentang apa ini?”

Nick terdiam sejenak, ia sedikit ragu karena dia pasti sudah gila sampai harus menanyakan tentang Kania pada Marc dengan kemungkinan satu banding sekian juta wanita. Tapi, sedetik kemudian Nick pun memantapkan niatnya karena tak ada pilihan lain menurut Nick untuk mencari tentang keberadaan Kania.

“Begini ... apa kau ingat pernah bertemu wanita yang bernama Kania?” tanya Nick akhirnya.

Ia langsung terdiam berharap mendapatkan jawaban seperti apa yang ia inginkan.

“Kania? Tunggu sebentar, karyawan kita di sini?" Tanya Marc.

"Bukan." Jawab Nick.

"Karyawan di Indonesia?"

"Bukan."

Hening sejenak.

"Lalu maksudmu aku kenal dia dari?"

"Maksudku siapa tahu kamu pernah dengar seorang gadis bernama Kania, karena dia kuliah di University of Adelaide, Aussie."

"Oh, i see, nanti aku akan tanya di grup sebelah."

"Thank you."

“Hmm ... sepertinya aku tidak terlalu tahu banyak tentang orang-orang yang aku temui Nick. Sorry, aku gak bisa banyak membantu,” ucap Marc seolah mengerti niat Nick menelponnya untuk mencari informasi tentang Kania.

Nick mencoba untuk tidak kecewa, ia sempat berharap siapa tahu dalam lingkaran pergaulan Marc di Australia ada jalan untuk menemukan Kania. Tapi sayangnya semua nihil. Nick menghela napas dan mengusap wajahnya. Ia benar-benar pusing dan tak tahu lagi harus bicara apa.

“Nick?” panggil Marc karena Nick sama sekali tak bicara apa-apa.

“Ah iya, nggak apa-apa. Sorry udah ganggu waktumu, kau pasti sedang sibuk bekerja. Tapi aku malah mengganggumu dengan urusan yang tidak penting.”

“Bukan masalah, mungkin ini tidak penting bagiku. Tapi penting bagimu. Jadi jangan sungkan. Apa kau mau aku mencarinya? Mungkin akan ada kabar lain dari kenalanku yang lain,” ucap Marc mencoba membantu sekali lagi.

“Oke, kalau kau tidak keberatan. Tapi, jangan terlalu berusaha. Aku tidak sedang buru-buru,” ucap Nick mencoba agar tidak merepotkan Marc lebih lagi.

“Siaap, kalau begitu aku akan segera beri kabar jika ada penemuan baru.”

“Oke, thanks.”

Nick mematikan ponselnya, ia menghela napas dengan keras. Semua usaha sudah dilakukannya. Namun, masih saja belum menghasilkan apa-apa.

Setiap hari dia mengecek rekeningnya, tapi Kania tak pernah menggunakan kartu yang Nick masukkan ke dalam tasnya.

Nick tahu bahwa Kania sedang dirundung masalah dari percakapan mereka, dan jawaban tanpa sadar yang Kania ucapkan, Nick ingin sekali bisa membantu menyelesaikan masalah Kania.

Nick berharap masalah Kania telah selesai dan tak membuat Kania berlarut-larut dalam kesedihannya.

Pikiran negatif sempat muncul dalam benak Nick. Namun, sebesar apa pun masalah yang dihadapi Kania, Nick berharap Kania masih bertahan.

Nick tak akan pernah memaafkan dirinya, jika sampai semua hal buruk itu terjadi pada Kania. Seandainya Nick bisa cepat menemukan Kania dan membantunya.

Nick berandai-andai bahwa jika dia tak kehilangan Kania malam itu, mungkin saja Kania kini berada di sisinya dengan perasaan yang bahagia karena masalahnya terselesaikan.

Setidaknya, Nick ada untuk membantu Kania untuk menyelesaikan masalahnya.

Nick terus merutuki dirinya yang tak menemukan titik terang dari pencariannya akan Kania.

“Ke mana wanita itu menghilang sebenarnya?” ucap Nick frustasi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Maria Santi
bucinnnnn parah ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status