Share

Bab 3

Penulis: UmiPutri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 16:57:10

“Kata Ibu, Zahra bebas memilih calon suami. Dan, inilah orang yang mau menikah dengan Zahra.”

Zahra sudah menduga jika orang tuanya tidak akan langsung menerima. Toh, dia pun demikian.

Hanya saja, Zahra akan terus bersikeras mempertahankan Nazar si pemulung sebagai calon suaminya sebagai bentuk protes.

Dia tidak ingin ditekan oleh siapa pun. Tidak dengan orang tuanya, pun tidak dengan calon yang dipilihkan orang tuanya.

Zahra berpendapat, akan lebih mudah mengontrol Nazar karena dia bisa membuat kesepakatan usai pertemuan ini usai.

Kedua orang tua Zahra saling tatap, kemudian menatap dengan lamat ke arah Nazar. Mereka berdua berbisik-bisik, meski masih terdengar oleh Zahra maupun Nazar.

“Gimana ini, Yah? Masa calon mantu kita dekil banget, bau lagi!”

“Sudahlah, Bu. Mungkin kalau dia sudah mandi akan terlihat lebih bersih. Nanti Ayah akan kasih baju punya Ayah.” Kening ayah Zahra merengut, masih memperhatikan calon mantunya dengan detail. “Coba Ibu perhatikan, dia terlihat tampan, kok.”

Zahra menunggu dengan tidak sabaran. “Jadi, gimana?” tanyanya lagi.

Ayah Zahra berdeham sebelum berkata, “Duduk dulu. Kita bicara baik-baik.”

Setelah mereka semua duduk di ruang tamu, Zia yang baru bergabung kembali terlihat menyemprotkan pewangi ruangan ke segala arah.

“Jadi, kalian sudah lama kenal?” tanya ayah Zahra langsung.

Wajah Zahra terlihat tenang ketika sesi tanya jawab dimulai. Meski sebenarnya, di dalam hati … dia ketar-ketir. Khawatir lelaki yang dibawanya melontarkan hal tidak terduga.

“Kami baru—sudah kenal lama, Pak.”

Zahra hampir menahan napas saat hampir saja Nazar melakukan kesalahan. Beruntung, lelaki itu cepat sadar dan buru-buru meralat kalimatnya.

Pandangan tidak percaya datang dari ibu Zahra yang terdengar tidak puas. “Jawab yang benar, sudah lama atau baru kenal?” katanya serupa mendumal. “Terus nama kamu siapa, tadi?”

Nazar tersenyum, lalu menjawab. “Nama saya Nazar, Bu. Saya seorang pemulung dan sudah lama kenal dengan Zahra.”

Ayah Zahra menganggukkan kepalanya. Namun, wali Zahra itu kembali melancarkan pertanyaan lain.

“Apa kamu benar-benar mencintainya? Atau kamu melihat karena Zahra sebagai seorang pegawai yang mempunyai kedudukan tinggi di perusahaannya? Atau ada alasan lain?”

Dilirik tajam oleh ayahnya, Zahra semakin ketar-ketir. Dia takut, kebohongannya akan terbongkar.

Berbeda dengan Nazar yang justru semakin terlihat tenang. Lelaki itu menoleh ke arah Zahra, seolah meminta persetujuan, tetapi hanya bahu wanita itu yang terangkat sebagai jawaban.

“Saya tidak punya alasan lain, tapi saya berjanji tidak akan pernah menyakiti hatinya.”

Saat berkata demikian, tatapan mata Nazar terpatri ke arah Zahra. Hati wanita itu jadi kebat-kebit, sebab seolah lelaki itu berkata jujur, bukan untuk menyempurnakan sandiwara mereka saja.

“Apa pertanyaannya masih banyak?” Di antara pertanyaan dari kedua orang tua Zahra, Zia yang sedari tadi menyimak sembari menutup hidung angkat bicara. “Karena aku sudah tidak tahan lagi lama-lama di sini. Bau!”

Di ujung kalimatnya, Zia menatap ke arah Nazar.

Ayah Zahra terdengar menghela napas, sebelum kemudian menyudahi sesi interview sang calon mantu.

“Kami masih perlu berdiskusi dengan Zahra. Untuk itu ….” Ayah Zahra menatap Nazar, kemudian berdeham. “Kamu sebaiknya mandi, dan ganti pakaianmu. ART akan mengantar kamu ke kamar tamu.”

Tanpa tersinggung, dan hanya anggukan disertai senyum tipis, Nazar bangkit dari duduknya dan mengikuti ART yang tadi juga menyambutnya dengan kernyitan.

“Gara-gara bau pemulung itu, perutku mual sekali!” lontar Zia, sudah tidak bisa lagi menahan rasa geramnya. “Lagian, kenapa sih Kak Zahra milih calon suami pemulung? Bikin darah tinggi aja!” lanjutnya lagi.

Zahra menatap adiknya dengan tatapan kesal. “Terus aku harus gimana?” protes Zahra dengan suara meninggi. “Suka tidak suka, kalian harus terima! Atau, lebih baik aku tidak usah menikah saja, biar Zia juga tidak jadi menikah dengan calon suaminya!”

Bukan niat hati Zahra berucap kasar, tetapi apa daya, dia tidak punya pilihan lain.

Di satu sisi dia terjebak janji konyol dengan Nazar. Di sisi lain, dia terpojok oleh waktu. Pernikahan Zia sudah tinggal menghitung bulan, sementara tradisi di keluarga mereka adalah pantang sang kakak dilangkah menikah karena khawatir jodohnya semakin jauh.

Padahal, sudah berulang kali Zahra menegaskan keikhlasannya untuk dilangkah karena dia belum memiliki calon, pun masih ingin fokus pada kariernya. Sayang, tradisi tersebut bikin semua rencana Zahra berantakan.

Sementara perdebatan keluarga kecil itu berlangsung, Nazar yang kini telah berganti pakaian dan sudah terlihat lebih segar tengah sibuk dengan telepon di telinganya.

Ekspresi wajah lelaki itu sangat serius, bahkan ada segurat emosi kemarahan di sana.

“Laporkan setiap detailnya, nanti malam kita bertemu.” Lelaki itu berkata dengan nada tegas yang terdengar jauh lebih berwibawa daripada ketika dia berbicara di hadapan Zahra tadi. “Satu lagi, tolong siapkan cincin pernikahan segera. Aku ingin yang terbaik.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 167

    setelah kejadian itu, Nazar kondisinya semakin membaik. Zia tidak berani lagi menampakan wajahnya di rumah Zahra, barang-barang Zia diantar ke rumah Ahmad sama Pak Karni. "besok ikut sama mas," ucap Nazar setelah makan malam. Zahra mengganggukan kepalanya, karena mulutnya sedang penuh dengan makanan. keesokan harinya Zahra terlihat sangat cantik sekali, Dia memakai gaun dengan perhiasan yang sederhana tapi terlihat Elegan. Nazar berkali-kali mencium pipi istrinya. "ayah sama ibu langsung datang ya mas," ucap Zahra saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. Ahmad dan Hanum diundang ke acara ulang tahun perusahaan di mana tempat Zahra dulu bekerja. ternyata perusahaan itu milik Nazar. Nazar sengaja mengundang kedua orang tua Zahra ke acara ulang tahun perusahaan itu. "ayah, bukannya perusahaan ini tempat dulu Zahra bekerja ya?" tanya Hanum sedikit heran. "iya, kenapa Kita diundang ke perusahaan ini ya?" Ahmad malah balik bertanya. "aduh Ibu juga kurang paha

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 166

    Zia benar-benar kesal sekali, karena selalu gagal menjebak Nazar kakak iparnya. Zia ingin memiliki Nazar dan menyingkirkan kakak sendiri. dirinya sudah bercerai dengan Dilan, karena Dilan saat ini benar-benar bangkrut, dan hidup bersama kedua orang tuanya. malah Nazar semakin terlihat lengket sama Zahra. Nazar sering memamerkan kemesraan dengan Zahra, di depan semua penghuni rumah termasuk Zia.bibir Zia selalu tersenyum sinis, melihat kemesraan antara Nazar dan Zahra. Zia semakin iri hati sama kakaknya sendiri. "mas, bolehkan aku bertemu dengan teman-teman?" tanya Zahra meminta izin sama suaminya untuk bertemu dengan Sinta dan Nita. Nazar mengganggukan kepalanya, jari-jari tangannya masih terlihat lincah dia mengetik huruf yang ada di laptop. cup.... Zahra mengecup pipi Nazar dengan mesra.jam 04.00 sore, Zahra sudah nangkring di depan kantor tempat Shinta dan Nita bekerja. rupanya Zahra sengaja menjemput temannya itu ke kantor. rencananya mereka akan pergi ke sebuah restoran sa

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 165

    Zia langsung berlari naik ke lantai atas, dia masih terisak menangis, Zia benar-benar seorang artis drama Korea. Zahra menghembuskan nafasnya secara kasar, adiknya sudah keterlaluan. sampai-sampai masuk ke dalam kamar pribadinya. "Maafkan Aku," ucap Zahra lalu berjalan dan masuk ke dalam kamar, diikuti Nazar dari belakang. Zahra duduk di atas tempat tidur, air matanya mengalir di pipi, matanya terpejam. hati dia sebenarnya tidak tega memarahi adiknya. tapi harus bagaimana lagi Zia benar-benar keterlaluan. mata Zahra menangkap laci meja riasnya terbuka. Nazar yang baru masuk ke dalam kamar menautkan kedua alisnya melihat Zahra berjalan ke arah meja rias. "yang, ada apa?" tanya Nazar. Zahra tidak menjawab, lalu memeriksa lagi yang sudah terbuka. mata Zahra langsung memeriksa isi laci meja rias itu. tangannya sedang memeriksa barang yang ada di laci meja itu. terdengar suara ketukan pintu kamar. "siapa?" tanya Nazar. "saya tuan," rupanya Mbok Minah yang ada di luar kamar.

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 164

    "saudara Fatih, Anda dinyatakan bersalah, Anda dihukum seumur hidup," hakim langsung mengetuk palu, setelah memberikan keputusan buat Fatih. Fatih terdiam saja sambil menundukkan kepalanya, dia tidak mau naik banding atau apapun. dia akan menjalani hukuman ini dengan ikhlas. percuma saja ada pengacara juga, kalau toh akhirnya dia masih tetap dihukum. Nazar dan Zahra bernapas dengan lega, karena Fatih dihukum sesuai keinginan Nazar. Fatih langsung digiring ke mobil tahanan, tidak berniat sedikitpun untuk mendekati Nazar atau Mirna yang datang bersama Pakde Seno. Lukman datang seorang seorang diri, duduk di samping Nazar, matanya terpejam saat mendengar keputusan dari hakim tadi. rasa perih dan lupa di bisa digambarkan dari ekspresi wajahnya. "ya Allah, tolong kuatkan Fatih jaga selalu anakku ya Allah, hanya itulah yang hamba bisa doakan," gumam Lukman dalam hati. Mirna langsung memeluk k Pakde Seno, hatinya merasa sakit, anak kesayangannya divonis seumur hidup di balik jeruji

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 163

    "dasar pelayan tidak tahu diri! kenapa harus ikut makan bersama di meja makan ini" Zia terus saja ngomel-ngomel di dalam hatinya. Nazar serta yang lainnya terlihat santai menikmati makan malam. bahkan Zahra sesekali bercanda dengan adik iparnya. selesai makan, Naima langsung masuk ke kamarnya. begitu pula dengan Nazar dan Zahra.sedangkan Zia sejak tadi sudah terlebih dahulu naik ke lantai atas, mungkin karena hatinya kesal."besok Mas mau ke kantor polisi, Mas mau lihat keadaan Fatih. katanya persidangan Fatih baru minggu depan digelar," ucap Nazar."baiklah Mas," tapi jawaban Zahra terlihat dingin. Nazar merasa ada yang sedang dipikirkan sama Zahra."Kamu kenapa sih sayang?" tanya Nazar. "mas, aku kan keluar kerja, terus bagaimana dengan hidupku?" tanya Zahra seperti orang kebingungan. Nazar kaget mendengar jawaban istrinya, karena merasa aneh di telinga Nazar. "maksud kamu apa sih sayang? ya tidak apa-apa keluar kerja juga, toh, aku masih bisa menafkahi kamu.""tapi....." waj

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 162

    "kenapa kak? kok malah membentak aku. Aku kan tanya dia itu siapa," tanya Zia sama Zahra. Zahra rasanya tidak punya muka lagi di depan keluarga suaminya, itu semua karena tingkah Zia yang sangat memalukan itu. "Siapa kamu sebenarnya?" tanya Zia sama Naima dengan tatapan mata menyelidiki.Sari datang sambil membawakan pesanan Naima, siomay yang sudah dikasih bumbu. "non Naima, ini siomaynya," ucap Sari sambil meletakkan piring siomay di depan Naima."terima kasih Bik Sari," ucap Naima."Kak Zahra mau?" tanya Naima, yang tidak menghiraukan pertanyaan Zia."terima kasih," jawab Zahra singkat, Karena hati Zahra masih kesal dengan tingkah Zia.Naima langsung memasukkan potongan siomay ikut dalam mulutnya. Zia menatap Naima dengan tatapan tak suka. "hei! kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku!" Zia membentak Naima, karena merasa jengkel, Naima tidak menjawab pertanyaannya. "Zia! jaga sikap kamu! kamu ingin tahu siapa dia!" malah Zahra yang terlihat emosi. "dia adik mas Nazar, pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status