LOGINButuh beberapa detik untuk Alesha kemudian tersadar dari rasa terkejutnya setelah pelukan dari salah satu orang di depannya diterima. "Selamat ya, Sayang!" "Makasih, Mama! Makasih semuanya!" ucap Alesha menatap ke arah orang-orang yang datang bersama sang mama. Rasanya terharu. Memberikan kesempatan pada yang lain, Nyonya Astari mengurai pelukan. Pelukan lain menyambut Alesha secara bergantian. Semuanya memberikan ucapan selamat pada calon ibu tersebut. "Sayang, ada si--ya ampun, tamu yang datang sebanyak ini?" Jonas yang menyusul terkejut melihat banyaknya orang yang berada di depan pintu rumah kontrakannya. "Kok bisa kalian datang bareng-bareng ke sini? Janjian?" tanya Jonas lagi, setelah memeluk para orang tua secara bergantian. "Sebenarnya enggak sengaja. Tadi saat mama sama papanya Alesha buru-buru ke bandara, ketemu papi-mami kamu, Jo... terus mama cerita ke mereka soal kehamilan Alesha. Dan kita sepakat ke sini bareng!" cerita Nyonya Astari pada kejadian beberapa j
Gara-gara testpack tersebut membuat heboh Tuan Arya di ujung panggilan. Pria paruh baya itu berteriak memanggil seseorang, yang berhasil membuat Alesha terkesiap. "Eeh Papa sedang sama mama?" tanya Alesha setelah mengambil alih ponsel dari tangan sang suami. "Iya, papa sedang di kantor mama kamu, Sayang. Sebentar--Tari! Cepat ke sini!" Menghentikan bicara pada Alesha, Tuan Arya kembali berteriak memanggil nama mantan istrinya. "Tar--" "Jangan teriak! Pendengaranku masih normal!" protes Nyonya Astari galak. Garang dan galaknya Alesha sepertinya dari beliau dan ini yang ada dalam pikiran Jonas, makanya pria 30 tahunan tersebut mengulum senyumnya. "Tidak perlu marah-marah, lihat ini anak kita bawa kabar gembira!" Tuan Arya tak mengambil hati, raut wajahnya tetap sumringah. "Ada kabar gembira apa memangnya?" Terdengar datar namun tidak menutupi rasa penasaran Nyonya Astari. "Mama!" Alesha berseru seraya menunjukkan testpack positif tersebut. Ekspresi Nyonya Astari terb
Pertanyaan yang Amelia lontarkan membuat pasangan suami-istri tersebut terlonjak kaget, terlebih Jonas yang sampai bangun dan terduduk. "Apa? Ngidam?" Jonas yang bersuara lebih dahulu, sementara Alesha masih termenung syok. "Em mungkin saja, Pak. Maaf kalau saya salah, tapi dari ciri-ciri yang terjadi sepertinya yang Bapak alami gejala ngidam." Hati-hati sekali Amelia menerangkan. Tatapan Jonas lalu teralih seketika ke arah sang istri. "Sayang, datang bulan kamu harusnya tanggal berapa lagi?" "Ehh kalau menurut tanggal harusnya ini sudah telat satu mingguan--" "Kok enggak bilang kalau sudah telat?" tanya Jonas cepat, memotong kalimat istrinya. "Ish, biasanya memang sering telat, Jonas. Dari waktu sekolah memang enggak teratur. Ya aku pikir hal yang biasa." "Bagaimana kalau dicek saja, Pak. Sepertinya, klinik perusahaan kita menyediakan testpack. Akan saya ambilkan sekarang." "Ah iya-iya, tolong cepat ambilkan!" Beruntung di tengah kebingungan pasangan suami-istri bar
Alesha terbelalak kaget. "H-Hubungan a-pa, Mbak? K-Kan sa--" "Semuanya disuruh berkumpul di aula!" Seruan ini tiba-tiba terdengar yang pada akhirnya menyelamatkan Alesha. Perhatian mereka teralih pada orang yang baru saja menyampaikan informasi tersebut, termasuk Amelia. "Ada apa?" tanya Amelia menghentikan orang yang baru memberikan informasi ketika orang itu akan melangkah pergi. "Ini perintah Pak Alex. Sekarang juga!" tegas pria itu. Alesha tersenyum lega. Ia tak harus menjawab sekarang pertanyaan Amelia beberapa waktu lalu. Masih ada waktu untuk mencari jawaban yang tidak mencurigakan. Perihal orang yang baru saja datang tersebut, ia yakin orang itu suruhan suaminya. Jonas pasti tak akan ceroboh lagi dan pasti menyediakan jasa bodyguard lebih banyak untuknya, mengingat kejadian-kejadian tak mengenakkan yang ia alami. Mengenai orang yang berpakaian serba hitam itu merupakan salah satu pengawal, Alesha tak terlalu hafal wajah-wajahnya. Ia hanya mengandalkan kemampuan a
"Ee k-kita sedang kenalan dengan anak magang ini, Pak!" Rena yang langsung menyahut. Sedangkan Sinta memberi kode pada dua orang yang sedang memegangi Alesha untuk segera melepaskannya. "Iya, Pak Alex... anak baru ini yang tadi menghampiri kami yang akan ke ruangan Bapak." Sinta dengan suara lembutnya menambahi sahutan Rena. Mendengar nada lembut yang ditujukan untuk suaminya, Alesha geram sekaligus muak sekali, padahal baru saja wanita itu kata-katanya tajam dan sinis. Dasar penggoda! Alesha mengarahkan tatapan tajam ke arah Jonas yang sudah berhadapan dengan Sinta. Ia memantau pergerakan juga setiap ekspresi yang ditunjukkan suaminya itu terhadap si penggoda. Akan ia berikan hukuman sampai sedikit saja prianya itu merespon manis wanita itu. "Huh, lihat saja... berani menanggapi kegenitan Sinta, aku beneran suruh kamu tidur di luar!" ucap Alesha dalam hati. Kedua tangannya terkepal kuat. Kesal rasanya melihat langsung Jonas bertatapan dengan Sinta. "Jangan kira saya mud
Usai berbaikan, Jonas enggan melepaskan Alesha dari pelukannya. Inginnya menempel terus pada istrinya. "Ck, Jonas lepasin! Ini di kantor, aku harus kembali ke ruangan aku!" bujuk Alesha untuk kesekian kalinya. "Enggak mau! Takut kalau kamu nanti malam suruh aku tidur di teras!" Masih saja pria dewasa namun kekanakan ini mengungkit-ungkit ancaman yang Alesha lontarkan beberapa saat lalu. "Kan kita sudah baikan, lagipula kamu tadi sudah janji akan menjaga jarak dari wanita-wanita lain. Sudah sekarang lepas!" Susah membujuk suaminya, Alesha inisiatif melepaskan sendiri pelukan posesif Jonas. Namun yang terjadi sebaliknya, pelukan Jonas semakin mengerat dan susah diurai. Terpaksa, Alesha harus baik-baik membujuknya. "Sayangku, lepas ya? Aku harus cepat balik ke ruangan--" "Setengah jam lagi!" putusnya langsung, memotong ucapan Alesha. Tangan kanan Alesha memukul pelan lengan suaminya yang masih memerangkap perut ratanya. "Ngawur! Bisa bikin curiga semua orang tau!" Bahunya m







