Di tengah putus asa karena tak kunjung ada yang datang menolongnya, Alesha menangis sesenggukan.
Ponsel yang tadi ia gunakan untuk meminta pertolongan, jatuh sebelum ia didorong ke dalam toilet. "J-Jonas, kamu di mana? Aku di sini! Tolong!" katanya dengan suara pelan. Sudah habis suara karena berteriak dari tadi. Alesha duduk meringkuk ketakutan. Suasana gelap seperti ini membuat kepalanya pening dan perutnya mual. Secercah harapan datang ketika terdengar suara dari luar, meski samar-samar di tengah kondisi Alesha yang hampir hilang kesadaran, namun Alesha tahu siapa pemilik suara tersebut. "A-ku di sini, Jo-nas!" Tangannya pun sekuat tenaga digerakkan untuk memukul-mukul pintu, agar suaminya tahu keberadaannya. Tak berselang lama pintu terbuka dari luar dan lampu yang mati menyala kembali. "Ya Tuhan, Ale Sayang!" Jonas berteriak panik dan segera menghambur ke arah Alesha. Didekapnya tubuh meringkuk istrinya. "Sayang, maaf... maafkanAlesha mengikuti Kiara yang ia paksa untuk minta maaf pada Jonas. Sengaja, Alesha melarang Dino yang ingin ikut, karena nanti akan memperkeruh keadaan. Mengingat Jonas yang sedang mode kesal sekali pada pria itu. Mengikuti hanya sampai jarak yang masih lumayan jauh. Yang penting masih bisa memantau karena Alesha tak ingin mengganggu proses berdamainya kakak-beradik yang sebenarnya saling menyayangi tersebut. Alesha ikut tersenyum ketika suami dan adik iparnya itu akhirnya saling berpelukan, saling maaf-memaafkan. Alesha turut berbahagia. Ia baru mendekat setelah Kiara meninggalkan Jonas dan suaminya itu sudah memasuki mobil. Alesha bergegas ikut masuk mobil. Kedatangan Alesha tidak mendapat reaksi apapun dari Jonas yang duduk tenang di belakang kemudi. Dahi Alesha mengernyit heran, badannya berubah posisi, jadi menyerong. Guna menatap langsung wajah suaminya. "Kamu masih marah sama aku?" tanya Alesha memastikan. "Enggak." Bibir Jonas bisa enteng memberikan jawaban s
Dengan berjalan cepat, Jonas menuju ke arah pintu. Dimana dua orang sedang berdiri berdekatan dengan muka-muka kebingungan. Iya, bingung karena teriakan keras Jonas. Ditambah sekarang, salah satunya yaitu Kiara ditarik paksa untuk menjauh dari orang yang berdiri di sampingnya. "Kak, kenapa?" tanya Kiara setengah protes. Antara terkejut juga karena bingung ditarik paksa secara tiba-tiba seperti itu. Tak langsung menjawab, Jonas lebih dahulu mengamankan sang adik ke belakang tubuhnya lalu menatap ganas orang yang datang bersama dengan Kiara tadi. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Jonas dengan tajam. Aura mengintimidasinya kuat sekali membuat lawan bicaranya tak berkutik. "Ee--aku k-ke tempat ka-kakku," jawab orang ini tergagap. "Ka--" "Jonas, berhenti kekanakan seperti itu!" protes Alesha memotong kalimat yang akan diucapkan sang suami. Bermaksud untuk menengahi permasalahan yang Jonas ciptakan sendiri tanpa berpindah dari tempatnya berdiri. Alesha baru melangkahkan kaki men
"Beberapa kali kamu mengancam aku untuk menggores tangan dan leher kamu dengan pisau!" sahut Jonas untuk menjawab kebingungan Alesha sebelum ini. "Ehh ya kan waktu itu, aku eemm panik karena kamu tetap memaksa aku untuk jadi istri kamu. Aku--" "Sebegitu tidak pantasnya aku untuk jadi suami kamu?" sela Jonas cepat dengan nada kesalnya. Bibir Alesha berdecak. "Bukan seperti itu, Jonas! Ee waktu itu kan aku masih benci banget sama kamu. Em harusnya kamu kalau mau ajak nikah aku pendekatan dengan baik dong. Gimana aku enggak syok kalau tiba-tiba tanpa aba-aba kamu melamar aku terus maksa aku buat menikah, sampai semua dokumen dan lain-lainnya kamu yang urus semua!" "Huh, beberapa kali aku mendekat, kamu menghindar. Ketemu aku, kamu seperti lihat setan. Kamu enggak kasih kesempatan aku untuk mendekat, jadi jangan salahkan aku kalau aku tiba-tiba nekat maksa kamu!" sahut Jonas membela diri. "Ish tega kamu!" Tangan Alesha menggeplak gemas lengan panjang pria-nya itu. "Lebih tega
Sepanjang perjalanan menuju ruang kerjanya, Alesha tidak bisa jika tak berpikir macam-macam. Ia tak bisa tenang. Langkah demi langkah serasa sangat lama. Padahal ia sudah sangat penasaran mendengar penjelasan suaminya. Maka, ketika tiba di ruangannya, Alesha segera mendesak Jonas. "Cepat cerita, Jonas!" "Duduk dulu, Sayang...." Cepat-cepat Alesha mendudukkan diri. "Cepat!" "Aku ambilkan minum--" "Ccepattt, Jonas!" Alesha menggeram tertahan karena suaminya seolah sedang mengulur-ulur waktu. Sementara rasa penasarannya sudah tidak bisa ditunda lagi. Ia butuh penjelasan secepatnya. Pasrah, Jonas kemudian ikut duduk di sebelah Alesha. "Ale, setelah aku cerita... aku harap kamu jangan berubah, jangan berpikir aneh-aneh, jangan sedih. Oke?" Kepala Alesha mengangguk cepat, meski sebenarnya ia bingung dengan peringatan yang diucapkan suaminya. Yang penting sekarang Jonas segera bercerita. Jonas tak lantas mulai bercerita. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghelanya per
"Memangnya kamu siapanya dia? Kenapa membela dia sampai ingin berbuat kasar ke perempuan?" tanya Ella dengan rasa penasaran yang tinggi. Sama sekali tidak menyadari kesalahan yang dilakukan. Siapapun pasti akan terpancing emosi jika kekasih hatinya difitnah dengan tuduhan keji seperti itu. Termasuk Jeno. Tidak peduli lawannya perempuan. "Huh aku jadi Jeno, tanpa basa-basi langsung aku tampar bolak-balik mukanya si Ella. Sembarangan banget dia fitnah Jihan!" komentar Alesha yang ikut geram yang melihat dan mendengar dari jauh sebagai penonton. Jonas tersenyum geli. "Jeno bukan orang yang gegabah, Sayang. Dia selalu hati-hati dalam bertindak." Bibir Alesha mencibir protes. "Beda sekali sama kamu. Kamu sedikit saja, tanpa ba-bi-bu langsung menghajar orang!" "Hm, itu alasannya kenapa Jeno memilih jadi asisten pribadi aku. Dia tahu betul kalau aku sering kesusahan mengendalikan emosi. Padahal sebenarnya dia sudah ditawari papi untuk mengurus salah satu perusahaan keluarga yang di
Duduk menunggu beberapa waktu, akhirnya Alesha bisa melihat ada yang terjadi yang melibatkan Ella yang sedang dipantaunya. "Ini rencana kamu?" tanya Alesha sangsi. "Ini di luar rencana, Sayang. Enggak ada dalam rencana kalau tiba-tiba Jihan datang." Jonas menjawab apa adanya. Memang ia tidak menghubungi Jihan untuk datang. Percaya sepenuhnya pada Jonas, lalu perhatian Alesha kembali terfokus pada Jihan yang sedang berhadapan langsung dengan Ella. Selama ini hubungan Jihan dengan Ella tak ada masalah sedikitpun. Mereka tidak dekat tetapi tidak juga berselisih. Mereka biasa saja. Mereka saling kenal karena Ella teman baik Alesha dari bangku sekolah dan Jihan teman saat kuliah. Namun sekarang yang tertangkap pandangan Alesha, kedua temannya itu sedang berseteru. Senyum Alesha terbentuk melihat sang sahabat yaitu Jihan sedang memaki teman munafiknya yaitu Ella gara-gara membela dirinya. Semua karena kejadian malam itu yang dengan sengaja Ella bersama teman-temannya ingin men