Setelah sesi telepon itu Arga meletakkan ponselnya di dalam saku, dan untuk setelahnya kini Arga merebahkan punggungnya di sandaran sofa tempat dia duduk, dengan sedikit mengarahkan pandangannya ke atas dan menatap kosong disana.
Arga hanya bisa melamun dan menggerutu dalam pikirannya, “Kenapa aku selalu merasa sakit kepala saat aku berbicara dengannya,” tak cukup begitu, Arga menambahkan dengan sebuah hembusan nafas yang sangat berat, menandakan jika hanya berbicara dengan orang tuanya saja sudah cukup membuat dirinya lelah.
“Bos,” Suara seseorang terdengar dari arah belakang, dan terang saja itu membuat Arga berbalik dan menatap ke arahnya. Terlihat di pintu, tempat orang yang memanggilnya tadi, anak buah Arga sedang berdiri dengan memegang sebuah pistol di tangannya.
Arga menatap kep
Kini arga benar-benar bersemangat, dia berpikir bahwa memang inilah caranya untuk menghilangkan emosinya, terkait urusannya dengan sang ayah dan beban mental yang dia terima.Arga menjadi sosok yang brutal disaat dia benar-benar lelah dengan keadaan.Ibarat seekor singa jika ada yang membuat perkara dengannya akan diterkam olehnya.“Lihatlah wajah ketakutan ini.”Arga tersenyum saat melihat orang yang ditunjukkan oleh bawahannya tadi.Tampak seorang pria sedang tersungkur, dengan tangan terikat ke belakang punggungnya dengan sebuah lampu remang-remang menyorot ke arahnya. Sementara orang itu tidak dapat melihat Arga yang kini sedang berada dalam sebuah kegelapan.
Setelah orang-orang itu keluar, masih sempat ada beberapa orang lagi yang masuk dan mereka juga sama, yaitu meletakkan beberapa koper hitam dan juga tas hitam seperti teman-teman mereka sebelumnya. “Mulus sekali,” ucap salah satu orang yang bertubuh sedikit lebih besar diantara yang lain, dengan ekspresi yang menjijikan. Tanya lebih besar orang itu juga tampak begitu buruk perangainya. “Jaga mulutmu!” Ucap salah satu temannya. “Memangnya apa yang salah dengan perkataanku?” Laki-laki bertubuh besar itu kembali bertanya kepada teman yang sudah memperlihatkan dirinya tadi. Saryn yang mendengar ucapan dari lelaki itu, kini mulai untuk menutupi tubuhnya dengan lebih rapat lagi. “
Dan disaat Arga hendak beranjak dari kamar Saryn,“Tunggu!” Saryn berbicara kepada Arga, dan Arga yang mendengar itu segera berbalik menatap Saryn dengan satu alis yang terangkat sebagai bentuk tanda tanyanya kepada Saryn.“Aku lelah. Aku hanya ingin bilang, aku tidak butuh semua ini!” ucap Saryn dengan mencengkeram kimono tidurnya dengan begitu erat.“Kenapa dengan semua ini? Kenapa kau berbicara seperti itu?” Arga menyilangkan tangannya di depan dada dan bertanya kepada Saryn.“Aku tidak menginginkan apapun darimu, dan bahkan sampai sekarang aku tidak tahu apa yang kau mau dariku!” bentak Saryn kepada Arga, sampai tidak terasa air matanya menetes sebelum akhirnya gadis itu kembali berbicara untuk meluapkan emosinya,
“Pilih apa pun yang Kamu suka di ta-tas ini, dan jika memang kamu mau semuanya juga bukan masalah, asal kau membawa semuanya sendiri.” Tegas Arga kepada Saryn yang masih belum pulih dari keterkejutannya saat melamunkan Arga.“Dan satu lagi, kemasi semua barangmu. Kita akan kembali ke Jan Mayen, ke rumah saya setelah ini” ucap Arga.Tanpa sadar, Saryn mendapati dirinya mengangguk, tetapi kemudian kesadarannya menghantamnya dengan keras dan Saryn dengan ketus menatap ke arah Arga.“Aku tidak akan pergi kemana-mana lagi denganmu!” Ucap Saryn pada Arga.Bahkan kini Saryn, Secara refleks mencoba mencekik Arga dengan cara mencengkram kemeja yang dipakai Arga dengan lebih erat lagi.
“Dasar!, Bajingan yang tak mengerti keindahan!” Saryn menggerutu pada dirinya sendiri saat mematikan pancuran dan mengenakan jubah mandi sambil melemparkan semua rambut basahnya ke samping.Kini selesai mandi, Saryn kembali ke kamarnya. Disaat dia melihat tas-tas hitam yang dibawah masuk oleh orang-orang arga tadi, Saryn seolah tegang. Dia sedikit merasakan sensasi takut entah karena apa.Saat dia berhasil menguasai dirinya. Dia merasa ketenangan saat dirinya selesai mendesah lirih. Hal itu dibarengi dengan dia yang berjalan menuju lemari dengan kaki berjinjit karena takut menginjak tas-tas yang dibawa oleh orang-orang tadi. Dengan sedikit usaha akhirnya dia sampai di lemari dan memilih sebuah rok motif bunga, panjangnya hanya sebatas lutut. sungguh menyegarkan mata kaum adam. Kesegaran terpancar dari rok itu. Bagian atas, Saryn lebih memilih sebuah blus berwarna hitam.Setelah sadar, ada satu hal yang kurang itu adalah celana dalam.Saryn mulai memakainya, dan dengan cepat mengik
Arga dengan begitu mengancam mulai mendekat ke arah Saryn. Wanita itu kini terbaring ditempat tidur hanya karena satu dorongan dari Arga.“Ap- apa yang akan kau lakukan!?” Saryn mulai meracau, dia tampak ketakutan dengan sikap dan apa yang sudah dilakukan oleh Arga kepadanya. Bahkan kini Saryn seolah dia sedang akan mengalami hal buruk.“Ku- kuperingatkan kau! jangan melakukan hal yang aneh-aneh!” Racaru Saryn dengan merangsek ke sandaran tempat tidur.Arga sendiri kini merangkak mendekat ke arah Saryn.Gerakannya perlahan namun seolah penuh keyakinan. Hal itu membuat Saryn merasa jika bulu kuduknya berdiri.“Kenapa?” Lirih Arga seolah penuh dengan gairah.“A– aku.”“Bukankah saat kita berangkat, kau menggodaku di dalam pesawat?” Bisik Arga dengan sedikit tiupan di telinga Saryn.Saryn memejamkan matanya. Dia hanya bisa menahan hasratnya, karena dia tidak ingin termakan dengan jerat yang dipasang oleh Arga. “Aku– Pergi kau dari sini.” ucap Saryn yang mulai sadar dengan keadaan di
“Wah-wah-wah. Apa benar benar kali ini kau melebarkan kaki-mu untukku hanya karena adikmu?” Tanya Arga saat dia mulai memegang kedua lutut Saryn.Arga kini berada di atas tubuh saryn. Rok sebatas lutut yang tadi dipakai oleh Saryn, kini mulai berangsur naik karena tangan Arga yang melakukannya. Sedikit demi sedikit paha putih mulusnya terekspose.“Jaga bicaramu! Aku lebih baik mati daripada disentuh olehmu jika, tidak karena memikirkan Adikku.” Sungut Saryn dengan ketus meskipun kini wajahnya merah padam, khas wajah seseorang yang sedang dalam hasrat sexual.“Hmm ….” Dengan mata memicing, kata itu keluar dari mulut Arga dengan sendirinya menimpali ucapan Saryn barusan.“Apa benar begitu?” Tanya Arga saat dia kini sudah membuka rok saryn sampai ke-pangkal pahanya.“I– iya …” Saryn mendesah saat jari Arga tanpa sengaja menyentuh lipatan pangkal paha milik Saryn.“Segera bersiap, setelah ini kita pulang.” Ucap Arga yang kala itu tiba-tiba saja berdiri beranjak dari atas tubuh Saryn.“Ha
Arga melihat ke arah yang dilihat oleh Saryn.Dia mendapati ada benjolan memanjang di bagian pangkal pahanya. Pembesaran kelelakiannya, itu menandakan jika dia sedang bernafsu karena perlakuannya sendiri tadi kepada Saryn dan juga balasan yang dilakukan oleh Saryn kepadanya.“Urus keperluanmu, sebentar lagi kita berangkat!” Dengan wajah yang cukup dingin Arga berbicara kepada Saryn.Setelah itu dia berjalan menghilang di balik dinding kamar Saryn.“Dasar laki-laki lucu.” Gumam Saryn dengan sedikit tersenyum.Sadar dengan kekeliruannya Saryn segera mengeluh. “Kenapa aku berbicara seperti itu? Bukankah dia adalah target balas dendam ku? Bukankah dia yang kini sedang menawan Adiku?!” Saryn menggerutu.“Sial!” Arga mengumpat sendiri saat dia berjalan jauh dari kamar Saryn.“Kenapa aku bisa tegang hanya karena gadis sepertinya?!” Umpat Arga saat dia memukul dinding dengan punggung tangannya.“Tidak Boleh! Disini harus aku yang mengontrol!” tambahnya saat dia kini kembali berjalan semakin