Share

Rahasia Gadis Mafia
Rahasia Gadis Mafia
Author: Wina Faathimah

Hari Pertama Kerja

Hexel memasuki ruangan yang sangat luas dan penuh dengan berbagai peralatan teknologi informasi, ia mencari seorang pria bernama Jonathan.

"Permisi, bisakah saya bertemu Jonathan?" Mendengar suara wanita, dua orang pria yang sedang sibuk menoleh dan mencari-cari sumber suara, namun yang mereka temukan hanyalah sesosok pria sexy berdiri di tengah pintu.

"Apa lo nggak denger suara cewek tadi, Yog?"

"Iya, gue juga denger."

Mereka lalu menatap ke arah satu-satunya kandidat pemilik suara yang berdiri di tengah pintu.

"Apa itu lo?" suara bariton seorang pria terdengar.

"Saya?" Hexel justru balik bertanya tidak memahami kebingungan dua pria di dalam ruangan itu.

"Iya, lo kan tadi yang nanya Jonathan?"

"Oh, iya, iya, itu saya," Hexel menjawab dengan sopan bahkan ia menundukan kepala.

"Alaah, lo itu cuman mikirin cewek doang, jadi biar cowok lo dengernya juga cewek!" Yoga menjentik telinga temannya.

"Maaf?" Hexel kembali bertanya sebab dua orang itu tidak mempedulikan dirinya yang sejak tadi berdiri di pintu.

"Oya, masuk lah. Jonathan sedang makan siang. Emang lo siapa nyariin dia?"

"Perkenalkan, saya Hexel. Karyawan baru di Garuda Mediatama bagian Tim C Software Developer," sesopan mungkin Hexel alias Mazaya versi cowok berbicara.

"Dia di tim kita, Yog!" Tepuk Gery di pundak Yoga.

"Hai, halo, gue Yoga, ini temen gue Gery. Gue lebih tampan dari dia, lebih cerdas juga," Yoga memeprkenalkan seolah sedang ber-tiktok ria. Hexel hanya tersenyum kecut.

Tidak lama berselang, seorang pria tinggi dan kekar memasuki ruangan. Otot-ototnya menonjol dari lengannya menunjukkan sosok lelaki perkasa. Melihat pria itu, Hexel terperangah.

"Halo, saya Hexel, anggota baru di tim..."

"Iya, gue udah tau! silahkan langsung bekerja sama dengan Yoga dan Gery." Suara lantang Jonathan menginterupsi ucapan Hexel.

"Hei, santai aja, Bro! nggak usah terlalu formal. Asal lo tau, ya, pria tadi itu tidak menerima kesalahan, jadi jangan pandang enteng sama tampang kecenya," Gery langsung akrab dengan Hexel, ia pun langsung memperkenalkan dunia kerja di tim mereka. Hexel bergidik mendengar panggilan 'Bro' untuknya.

"Jadi gitu? trus apa yang musti gue kerjain?"

"Eh, tapi ngomong-ngomong, lu cantik amat jadi cowok, pipi lo mulus gitu. Coba bandingin wajah lo sama Yoga, alamaaak beda jauh banget 360°!" Gery mencubit pipi Hexel sambil tergelak.

"Gery!" suara lantang itu kembali terdengar, Gery beringsut seperti kucing kesiram air.

"Duduk lah di sini, Hex," Yoga menarik sebuah kursi ke sebelahnya.

"Thanks, Yog," Hexel segera duduk di kursi yang disediakan Yoga. Lalu mereka mulai berdiskusi seputar program yang sedang dirilis.

"Ini udah jalan tahun kedua, belum rampung juga, lihat, terlalu banyak yang harus diinput. Dan asal lo tau, menurut berita, software ini bakalan diperebutkan oleh para pengembang."

"Yoga!" kali ini Yoga yang kena semprot. "Di sini bukan tempat menggosip, kalau mau menggosip silahkan keluar!"

"Apa dia sekejam itu?" bisik Hexel.

"Kalo lo mau mati di depan komputer lo, buat dia kesel," Yoga menahan suara tawanya, ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Beberapa saat suasana hening. Hanya suara hentakan jemari di atas keyboard yang terdengar seperti pasukan perang.

"Bawa ini ke gudang!" suara Jonathan kembali menggaung di dalam ruangan tertutup itu. Tumpukan komputer, CPU, dan keyboard rusak sudah menggunung di depan pintu ruangannya.

Yoga dan Gery bersungut mulai mengangkat barang-barang rongsokan itu. Hexel dengan ragu berusaha mengangkat sebuah komputer, belum terangkat sempurna ia sudah jatuh.

"Aduh, lo angkat keyboard-nya aja, Hex, kalo nggak kuat," ucap Yoga yang sigap membantu.

"Nggak apa-apa, kok, tadi gue pikir ringan jadi nggak nyiapin tenaga, kenyataannya berat," Hexel terkekeh. Meskipun berat, ia harus berusaha kuat di hadapan para lelaki itu agar 'kelelakiannya' tidak mencurigakan.

Hexel berjalan tertatih. Berkali-kali ia menurunkan barang bawaannya.

"Duh, kalo tiap hari begini, bisa-bisa encok muda gue. Ini semua gara-gara ide si couple absurd sialan itu," gerutu Hexel seraya mengangkat kembali komputer super berat ke pundaknya.

"Udah, sini gue bawain ntar copot pundak lo. Jadi manusia nggak boleh maksa, kalo emang dari sisi fisik lemah, yang penting otak lo sama 'itu' lo kuat," sindir Yoga yang tiba-tiba muncul di sebelah Hexel.

"Thanks ya, Yog. Gue belum makan soalnya jadi lemah," Hexel membela diri.

"Oya, Yog, emang anggota tim cuman kita bertiga?"

"Nggak lah, banyak, lo nggak liat berapa jumlah kursi dalam ruangan?"

"Laki semua?" Hexel memastikan informasi yang dimilikinya dengan kenyataan.

"Iya, Jonathan nggak nerima anggota tim perempuan, banyak izinnya katanya. Kecuali Meta si juru tulis," Yoga kembali terkekeh.

Hexel menganggukkan kepalanya. Sudah terbayangkan suasana di dalam ruangan itu bersama puluhan pria. Bersyukur di hari pertama penyamarannya itu tidak ketahuan.

"Lo hati-hati aja, Jonathan suka memeriksa anggota tubuh kita hingga ke dalam-dalamnya. Jadi pastikan lo nggak lemah saat diperiksa supaya nggak menimbulkan minat dia."

"Maksud lo? apa dia gay?"

"Ya nggak lah, kali aja liat lo jadi nafsu dia. Kan dia nggak pernah digosipin deket sama cewek mana pun. Anti banget dia sama cewek." Hexel untuk kedua kalinya bergidik ngeri membayang pria berotot itu menggerayangi tubuhnya.

"Hiiiii!" seru Hexel tiba-tiba sambil menutup muka dengan kedua telapak tangan.

"Napa lo? aneh banget sih." Yoga sewot melihat Hexel bertingkah seperti perempuan.

"Nggak, geli aja mbayangin yang lo bilang itu."

Mereka meletakkan barang-barang bawaan bersama tumpukan barang lain.

"Kenapa nggak di angkut ke TPA aja?"

Hexel heran melihat barang-barang rongsokan yang dibiarkan menggunung di dalam gudang.

"Nggak boleh, dong. Masih banyak data yang tersimpan di dalam sebelum rusak. Bisa bahaya kalo ketahuan perusahaan lain. Nanti bakalan diperbaiki satu per satu."

Hexel mengangguk. Satu lagi informasi yang masuk ke otaknya.

****

Di sebuah ruangan yang luas dan rapi, sekumpulan orang-orang terdiam membeku di tempat duduknya. Tampilan layar berbentuk hologram yang menampilkan sebuah gambaran aplikasi masih terpampang di atas meja.

"Sudah dua tahun. Kalau memang tidak sanggup, hentikan sampai di sini. Kalau memang mau lanjutkan, satu bulan dari sekarang sudah harus uji coba yang kedua dan 90% sukses." suara tegas dan berwibawa keluar dari mulut direktur eksekutif alias CEO muda yang duduk di hadapan para programmer andal dari tim C. Namun, tak satu pun dari mereka yang berani angkat bicara, Jonathan sekali pun, si muka es.

"Apa kalian semua batu?!" gertaknya lagi.

"Kami akan lakukan yang terbaik, Pak," Jonathan berbicara sepelan dan sesopan mungkin agar tidak mengundang kemarahan bosnya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, CEO muda itu berlalu dengan langkah cepat. Tidak mempedulikan sekumpulan programmer andal itu sedang berbisik-bisik membicarakannya. Baginya, software yang sedang di rintis harus segera selesai, cukup sudah memakan waktu dua tahun, apa pun yang terjadi harus terealisasi secepatnya.

************************

Terima kasih sudah mampir dear...

Berikan dukungan buat Author biar makin semangat up bab banyak2 yah...

KLIK VOTE dan HADIAH

LIKE dan KOMEN

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chierly Nakßanjar
klo buka gak pke koin ntar kasus vote deh ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status