Share

Pernikahan

"Udah dijemput sama pacarnya aja tuh." Natri, salah satu teman Odelyn di kelas ini dengan wajah yang usil mencoba menggoda Odelyn yang sedang membereskan barang-barang kuliahnya. Hari ini Odelyn punya jadwal kelas sore sehingga dia merasa sangat lelah dan hanya ingin tidur ketika sudah sampai di rumah.

"Hah? Dijemput?" Odelyn tidak tahu apakah Natri hanya bercanda atau bagaimana. Yang jelas setahu Odelyn di kelas ini tidak ada yang tahu kalau Odelyn punya pacar. Jadi bagaimana mungkin Natri bisa mengatakan kalau Odelyn dijemput oleh pacarnya?

"Loh, mas-mas yang mukanya ganteng itu pacar kamu kan? Dia duduk di kursi luar kelas tuh. Aku tuh lihat beberapa kali kalian makan di kantin kampus. Dia dari jurusan mana sih, Ody? Ganteng juga tuh. Kenalin aku sama teman-temannya dong." Natri mulai tertawa genit dan hal itu jelas didengar oleh teman-teman sekelas Odelyn.

"Loh, Odelyn punya pacar ya? Baru tahu aku." Ada lagi teman sekelas Odelyn yang memberikan tatapan tidak menyangka kepada Odelyn.

Odelyn yang mulai dihujani pertanyaan seperti itu menjadi pusing dan mual. Orang-orang ini pasti sangat meremehkan Odelyn karena bisa punya pacar kan. Hah, apalagi Natri yang sudah tahu wajah Michael. Pasti Natri lebih meremehkan Odelyn.

"Guys, pulang dulu ya. Bye-bye!" Odelyn memilih untuk menghiraukan semua pertanyaan itu dan pamit dari kelas dengan wajah yang ceria. Ah, ceria darimana. Yang ada sekarang ini Odelyn merasa insecure dan tidak pantas untuk mempunyai pacar.

"Odelyn, kamu lihat apa sih sampai gak lihat aku duduk disini?" Suara Michael menyapa pendengaran Odelyn yang sudah berjalan agak jauh dari kelas.

Odelyn yang terlalu sibuk dengan pikirannya langsung tersadarkan dengan suara Michael yang memanggil dirinya. Ah, Michael ada disini sungguhan rupanya ya.

"Mas, kenapa jemput aku disini sih? Emang gak kuliah?" Sambil bertanya seperti itu Odelyn juga menarik pelan tangan Michael untuk berdiri dan berjalan menjauh dari kelas. Odelyn tidak ingin teman-teman sekelasnya semakin membicarakan dirinya. Jujur saja hal itu membuat Odelyn merasa tidak nyaman.

"Kuliah? Sekarang aku lagi sibuk sama skripsi kalau aja kamu lupa. Jadi ya secara jadwal aku lebih fleksibel lah. Kamu sendiri gimana semester enam ini? Udah mulai mikirin judul skripsi?" Michael menikmati tangannya yang ditarik pelan oleh Odelyn. Tampaknya Odelyn belum sadar kalau caranya menarik tangan Michael seperti menarik tangan adik yang membandel tidak mau disuruh pulang saat bermain. Jujur saja ini sangat lucu dan menyenangkan.

"Udah mulai mikir sih. Kamu mau nganterin aku pulang atau gimana?" Odelyn kemudian sampai di tempat parkir mobil Michael. Odelyn bisa tahu tempat Michael memarkirkan mobilnya karena ketika Michael pergi ke kampusnya untuk sekedar makan siang, biasanya Michael akan memarkirkan mobilnya disini.

"Kita ketemu ibu dulu yuk. Ibu bilang mau ketemu sama kamu, mau ngobrol sama kamu. Nah, karena itu aku jemput kamu sampai ke depan kelas. Tapi masih nanti malam kok, jadi ada waktu untuk siap-siap ya." Wajah Michael terlihat sumringah.

Berbanding terbalik dengan wajah Michael yang sumringah, wajah Odelyn justru langsung pucat pasi. "Ketemu bu Rieta? Buat apa, mas?" Apakah bu Rieta tidak setuju dengan hubungan ini karena Odelyn tidak setara dengan Michael?

Michael yang menangkap perubahan nada suara Odelyn menjadi cenderung takut dan cemas pun segera menenangkan Odelyn. "Gak perlu cemas ya. Ibu tuh cuma mau ngobrol aja sama kamu. Kamu kan pernah jadi mahasiswa ibu di semester empat, sekarang jadi pacar anaknya, ya jelas dong ibu pengen ngobrol. Gak usah takut, apapun pikirkan negatif kamu gak bakal kejadian kok." Berpacaran selama satu tahun dengan Odelyn membuat Michael sedikit tahu bahwa pacarnya ini bisa dibilang sebagai manusia yang overthinking dalam apapun. Michael hanya perlu memaklumi dan memberikan ucapan-ucapan positif pada Odelyn bukan.

Walaupun sudah ditenangkan seperti itu jelas saja membuat Odelyn tidak tenang. Odelyn tidak tahu kalau berpacaran itu ada kemungkinan mengobrol dengan orang tua dari pacar. Tapi kalau Odelyn menolak permintaan Michael jelas kurang ajar bukan. Michael selama ini sudah baik pada Odelyn. Michael mau memahami insecure dan overthinking yang selalu dimiliki oleh Odelyn. Rasanya Odelyn tidak akan bisa menemukan pria sebaik Michael. Pria lain bisa jadi akan menganggap rasa insecure dan overthinking yang terus dimiliki oleh Odelyn sebagai sesuatu yang merepotkan. Odelyn tidak ingin kehilangan Michael karena Michael adalah partner hidup yang menyenangkan, walaupun tentu saja Odelyn tidak memiliki rasa cinta sedikitpun pada Michael.

"Odelyn, ayo kita masuk ke dalam mobil." Tampaknya Odelyn lagi-lagi berkutat pada overthinking lagi. Tugas Michael adalah mengurangi hal tersebut dan sebaiknya memang mengalihkan Odelyn ke hal-hal lain yang lebih menyenangkan. Tapi apa ya?

"Kita makan dulu di tempat biasa baru nanti ke tempatnya ibu. Tempat makan itu lho yang jual nasi padang, kamu suka banget kan makan disana." Siapa tahu kalau pikiran Odelyn sudah kenyang dengan makanan maka dia akan memikirkan hal-hal baik saja.

"Mas, menurut kamu ibu bakal ngobrol soal apa ya?" Bukannya menjawab obrolan yang dibawa oleh Michael, Odelyn malah terfokus kepada hal lain. Yah, sudahlah, lagi-lagi Michael bisa apa.

"Gak ngomongin hal yang bikin kamu takut pokoknya. Semua yang ibu omongin ke kamu adalah hal yang positif, gak akan menyakiti kamu."

"Kalau misalkan apa yang mas pikir salah gimana? Gimana kalau bu Rieta ternyata gak setuju dengan hubungan ini?" Odelyn sebenarnya ingin menyimpan rasa overthinking ini di dalam pikirannya saja, tidak perlu disuarakan. Namun rasanya sangat menyesakkan apabila hanya didiamkan tanpa disuarakan.

"Percaya atau nggak, aku sudah tahu apa yang mau ibu omongin. Makanya aku bilang bukan hal negatif yang akan ibu obrolin ke kita berdua. Kamu juga udah baik kok di mata ibu, gak perlu cemas."

Baiklah, kalau Michael sudah bicara seperti itu, maka tugas Odelyn hanya tinggal percaya saja bukan.

*

"Menikah?" Apakah Odelyn salah dengar? Menikah? Menikah dengan Michael? Apakah ini adalah prank?

"Iya, sayang. Ibu mau kalian berdua menikah sih. Tapi ini hanya harapan ibu, selebihnya akan ibu serahkan kepada kalian." Bu Rieta dengan wajah teduhnya itu lagi-lagi membuat Odelyn dilanda kegundahan hati yang teramat dalam. Apakah menikah di umur segini hal yang memungkinkan?

"Kalau menikah dengan aku, kita akan berusaha jadi partner hidup yang baik dan menyenangkan. Seingat aku sih kita pernah ngobrolin ini sebelumnya..Dan untuk semua impian kamu, akan aku pastikan pernikahan bukan halangan untuk itu." Michael menambahkan kalimat yang membuat Odelyn tertegun.

"Aku mau menikah."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status