Share

Bab 6

"Selama aku masih hidup, dia lebih aman bersamaku," ujar Irani dengan tegas.

Aditya boleh menganggapnya tidak memiliki apa-apa karena memang itu yang ingin Irani tampakkan di depan Aditya.

Irani pikir lebih baik Aditya tidak mengetahui bahwa dirinya bisa hidup berkecukupan dan memiliki ekonomi yang baik.

Aditya yang merasa Irani sangat ngotot dan tidak mau mengalah merasa geram dengan perempuan itu.

"Mishka itu anakku—"

"YANG BILANG DIA ANAK KUCING SIAPA MAS?"

Aditya heran mendengar kegilaan Irani yang tiba-tiba berkata seperti itu dengan nada tinggi hingga membuatnya emosi.

"Jaga batasanmu Ira! Itulah sebabnya aku ga mau Mishka tinggal sama kamu.  Kamu itu cuma perempuan bad attitude,  ga berakhlak dan miskin. Selama ayahnya masih kaya dan bisa memberikan segalanya buat Mishka dia harus tinggal sama aku."

Mendengar hinaan dari Aditya tidak lantas membuat Irani menampakkan yang sesungguhnya bahwa dia bukanlah seperti yang Aditya kira. Miskin.

Justru Irani membiarkan Aditya berpikir seburuk dan serendah-rendahnya tentang dirinya. Baginya yang terpenting dirinya bukan seperti yang Aditya pikir saat ini.

"Itulah sebabnya aku ga mau juga Mishka tinggal sama ayahnya yang hanya berpikir pendek bahwa uang dan kekayaan adalah segalanya. Memang benar semuanya butuh uang, tapi kasih sayang, cinta dan kesetiaan tidak akan bisa kamu beli dengan uang mas."

Irani memanggil Mishka yang sejak tadi sedang asyik bermain sendiri. Gadis kecil itu pun datang padanya. "Kita tanya saja sama Mishka, dia ingin tinggal bersama siapa."

Aditya langsung mendekati Mishka dan ingin menarik hatinya supaya mau tinggal bersamanya.

"Kenapa ayah sama ibu ga tinggal bareng lagi? Mishka sedih kalau harus memilih," curhatnya dengan sedih.

Aditya memegang tangan Mishka dan menatapnya. "Ga usah sedih sayang, ayah ga bisa lagi tinggal sama ibu kamu karena kita udah ga cocok. Tapi kamu harus tinggal sama ayah ya!" suruh Aditya berharap bisa membuat Mishka luluh padanya.

'Huh, ga cocok apanya Mas? Kalau aja kamu bukan ayah dari Mishka udah aku bilang sama Mishka kalau kita bercerai itu karena pengkhianatanmu. Dasar laki-laki manipulatif,' pikir Irani.

Perempuan itu tidak ingin dirinya menyebutkan Aditya dengan buruk di depan Mishka karena bagaimanapun laki-laki itu tetaplah ayah Mishka.

"Kamu tinggal sama ayah ya. Apapun yang kamu mau pasti akan ayah turutin sayang. Kamu mau apa? Boneka baru? Baju baju? Tas atau buku baru?" tanya Aditya pada Mishka.

Perempuan kecil itu hanya menggeleng, semua benda-benda yang Aditya sebutkan tidak menarik hatinya.

"Terus kamu mau apa sayang? Bilang aja biar ayah beliin buat kamu ya."

Irani membiarkan Aditya membujuk Mishka. Lagipula tidak ada yang lebih paham tentang Mishka kecuali dirinya.

"Mishka mau tinggal sama ibu," ucap Mishka akhirnya memberikan keputusan.

Irani tersenyum senang mendengar itu. Hanya Aditya yang merasa marah dan berpikir bahwa Irani yang telah memengaruhi Mishka untuk menolaknya.

"Kamu dengar sendiri kan mas?" tanya Irani "Kamu bisa bersama perempuan itu tapi Mishka akan tinggal sama aku," ujar Irani pelan tepat di samping telinga Aditya.

Setelah Aditya mendengar sendiri bahwa Mishka memilih Irani. Perempuan itu lalu mengajak Mishka untuk pulang.

Aditya meminta Mishka menunggu di mobil dan memaksa Irani untuk bicara dulu sebentar dengannya.

"Ada apa lagi sih mas? Kamu masih mau apa? Udah denger kan kalau Mishka maunya itu tinggal sama aku?" tanya Irani dengan nada tinggi pada Aditya.

"Kamu pasti udah mencuci otak Mishka buat benci aku. Iya kan?"

Nada tinggi yang dibalas dengan nada tinggi juga oleh Aditya. Irani merasa waktunya hanya akan terbuang sia-sia jika terus melanjutkan perdebatannya dengan Aditya.

"Itu cuma pikiranmu sendiri mas. Kamu ngerasa kotor karena perselingkuhan dan pengkhianatan kamu itu makanya kamu bisa berpikir seburuk itu kalau aku yang mencuci otak Mishka buat benci kamu. Lagian ngapain aku menceritakan perilaku menjijikanmu itu sama Mishka mas? Dia masih anak kecil dan ga akan tahu kejahatan yang kamu lakukan," jelas Irani.

Aditya ingin sekali menampar Irani namun ia melihat Mishka yang sedang menunggu dan memperhatikan dirinya dan Irani di mobil jadi laki-laki itu mengurunkan niatnya.

Irani tidak terima atas tuduhan tidak baik yang Aditya lontarkan padanya. "Lagipula Mishka itu lebih dekat sama aku mas, wajar kalau dia milih tinggal sama aku. Harusnya kamu bawa kaca kamu yang besar itu dan lihat wajah dan perilakumu setelah mengenal perempuan itu. Kamu sudah ga peduli lagi sama Mishka. Kamu khianatin aku, kamu bermain bersama perempuan itu. Sekarang sudah, udah cukup semua itu mas."

Aditya merasa kalah jika sampai hak asuh Mishka benar-benar jatuh di tangan Irani.

Bagaimanapun Mishka harus tinggal bersamanya. Aditya lalu memikirkan cara supaya Mishka mau kembali ke rumahnya.

Laki-laki itu menyuruh Tarina untuk mendekati Mishka dan membujuknya. Namun apa reaksi perempuan itu?

"Apa mas? Aku?" tanya Tarina terkejut dan merasa tidak setuju.

"Iyalah, besok kamu tinggal sama aku kamu istri aku juga jadi kamu harusnya bisa bujuk Mishka," ujar Aditya.

Tarina hanya menganga mendengar itu. Ia merasa tidak suka dengan cara Aditya menyuruhnya. "Tapi mas, kalau anaknya aja ga mau tinggal sama kamu ya udah lah buat apa kamu paksa?"

"Dia itu anakku Rin. Aku ingin dia tinggal di rumah aku dan memiliki kehidupan yang layak."

"Iya itu bagus mas, tapi kalau dia ga bahagia tinggal sama kamu ya sama aja mas. Biar aja lah dia pilih tinggal sama Irani."

Aditya menatap Tarina yang terkesan tidak mau mendukungnya. Dari cara wanita itu bicara, Aditya tahu Tarina tidak suka Mishka tinggal dengannya.

"Dengar kamu Rin! Kamu bisa terima aku jadi kamu juga harus bisa terima Mishka juga," tegas Aditya.

Tarina memutar bola matanya kesal. "Bukannya aku ga mau nerima mas. Aku cuma kasian aja kalau dia kamu paksa ngelakuin hal yang ga dia suka. Dia masih kecil aku cuma kasian aja."

"Makanya itu kamu bujuk dia kamu deketin dia supaya dia mau tinggal sama aku Rin."

Nada bicara Aditya mendadak berubah menjadi lebih kasar saat berkata itu pada Tarina.

Mau tidak mau Tarina harus menurut pada Aditya untuk membujuk Mishka dan berpura-pura baik pada anak kecil itu.

Tarina pikir masalah untuk menyingkirkan Mishka setelah nanti berhasil tinggal di rumah Aditya adalah urusan belakangan.

Daripada saat ini Aditya marah padanya dan tidak mempercayainya, Tarina terpaksa harus menurut padanya.

"Kapan kita bisa mulai ketemu sama dia mas? Apa sekarang dia tinggal dengan neneknya atau ...." Tarina tidak meneruskan bicaranya.

"Aku juga ga tahu dimana dia tinggal sekarang. Yang pasti besok kita temui Mishka saja di sekolahnya, kamu harus bisa mengambil hatinya dan buat dia mau tinggal sama aku!" suruh Aditya tidak mau tahu.

'Anak kecil itu benar-benar masalah sekarang. Apa aku singkirkan saat ini saja supaya tidak menghalangi kehidupanku dengan Aditya?' pikirnya.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status