"Kau siapa, ya? Seenaknya mau nyelonong masuk ke mobil orang!" ketus Alexa.
"Ya ampun, ini aku, Katminah!"Mata Alexa membola sempurna. Dia menatapku dari kepala hingga ujung kaki, sampai kepalanya mendongak keluar jendela. Lalu, mulutnya terbuka lebar karena takjub dan terkejut oleh perubahanku.Alexa membukakan pintu mobil. Dia sama sekali tidak berkedip dan terus mengikuti pergerakanku yang begitu anggun."Kau ... bagaimana bisa berubah sekali?!" seru Alexa seraya menutup mulut menggunakan telapak tangan."Biar tidak ketahuan mas Alex." Aku terkekeh pelan."Suaramu juga ... kau bisa mengubah suaramu? Gila! Hebat!" puji Alexa."Sedikit bisa. Hehehe.""Kau barusan ke salon, ya?""Tidak, kok. Aku cuma melihat tutorial dandan yang ada di n-tub."Alexa menggeleng-geleng masih mengagumi kemampuanku mengubah diri sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya kami sampai di depan gedung kantor Arion Group."Sampai sini saja. Terima kasih, Lexa.""AAku masih sempat melihat Erlina membuka lebar mulutnya tatkala Alex menaikkan daguku. Mungkin Erlina pikir Alex akan menciumku. Kenyataannya tidak seperti itu.Setelah pintu elevator tertutup, Alex memiringkan wajahku ke kanan dan ke kiri. Dia seolah-olah sedang menilai benda antik dalam genggaman tangannya."P-pak?"Alex kemudian mendorong wajahku dengan kasar ketika lamunannya buyar. Dia berdehem dan wajahnya sedikit merona."Namamu Kat?""Iya, Pak. Katerina Orchid. Biasanya saya dipanggil Rina, tapi rekan-rekan saya maunya panggil saya Kat."Alex berbalik memunggungiku setelah mendapat jawaban. Dia tidak menanggapi ucapanku. Tahu begitu, aku tidak akan bicara.Sampai di lantai lima puluh, aku membuntuti Alex. Dia semakin mempercepat langkah kakinya. Aku pun sama, mengekor Alex, seperti anak ayam pada induknya.Saat Alex membuka pintu, dia akhirnya memandangiku lagi. Raut wajahnya tampak begitu kesal."Kenapa kau membuntutiku?!" sentaknya."
"Parfum?"Aku mencium kedua lenganku. Ah ... benar! Aku belum mandi setelah pulang kerja. Hanya sempat membuka topengku di unit sebelah.Parfumku memang tahan lama. Alex juga sempat mendekatiku saat di lift tadi. Dia tidak curiga 'kan?"Tumben pakai parfum." Alex melengos pergi."Tadi barusan beli online, Mas."Alex melempar jasnya sembarangan. Aku lantas mengambilnya dan memasukkan ke tempat pakaian kotor.Sebal rasanya hidup bersama suami serampangan seperti Alex. Mungkin karena dari kecil dilayani banyak orang, dia tidak sadar sekarang hanya hidup denganku.Aku ini istrimu, Mas! Bukan babu!"Sudah masak? Aku lapar.""Belum, Mas. Tadi habis nonton film sampai ketiduran. Mas Alex mandi dulu, biar aku siapkan makanan."Setelah memastikan Alex menyalakan pancuran air, aku langsung berlari ke apartemenku. Gina rupanya telah memasak berbagai menu makanan yang menggugah selera.Selain cantik dan pandai memasak, Gina cukup peka menyiapkan kebut
"Maaf, aku harus menolaknya, Nona. Pekerjaanku masih sangat banyak di kantor.""Mmmh ..." Wanita itu mendesah manja. "baiklah, nanti mau makan malam bersama? Aku hanya dua hari di sini.""Akan aku usahakan. Masuklah."Aku bergegas pergi setelah mendapat cukup informasi yang tidak begitu berguna. Tapi, aku tetap merekam pembicaraan mereka untuk jaga-jaga.Aku bergegas melajukan mobil menuju tempat kerja. Tidak lupa parkir di gedung yang agak jauh dari perusahaan. Tidak mungkin karyawan yang sedang butuh uang punya mobil miliaran, bukan?Saat aku memasuki pintu, Alex juga kebetulan datang bersamaan denganku. Aku menunduk hormat padanya. Beberapa karyawan pun menyapa Alex dan dia mengacuhkan diriku begitu saja.Rasanya aneh diperlakukan acuh tak acuh oleh suamiku sendiri. Tapi, bukankah wajar karena aku adalah Katerina sekarang? Entah mengapa hatiku jadi tidak nyaman.Aku pun bekerja seperti biasa, diperintah para senior seenaknya. Hingga Imelda tiba-ti
"Tri, kau ada di mana sekarang?""Di markas, Kak. Ada apa? Misi Kak Zero sudah selesai?""Belum. Aku ada tugas untukmu.""Asik! Cepat katakan, aku sudah malas mendengar ocehan Bos Ray."Aku tak kuasa menahan tawa. Benar dugaanku. Para adik angkatku pasti kewalahan menghadapi Ray tanpa aku di sana."Pergilah ke Hotel Xavira, kamar 1405. Di sana ada suamiku sedang bersama seorang perempuan. Sebisa mungkin, buat suami keluar dari sana sekarang juga.""Huh? Kau memintaku untuk jadi penguntit?""Tidak. Perempuan yang bersama dengannya mencurigakan. Ini ada hubungannya dengan misiku," kilahku. Tidak mungkin aku mengatakan kalau aku sedikit, hanya sedikit, mengkhawatirkan Alex. Karena kondisi Alex memang tidak biasa.Dari layar monitor yang menampilkan siaran langsung itu, Alex tampak terseok-seok. Violet sepertinya melakukan sesuatu agar Alex bisa masuk ke kamarnya."Siap, laksanakan, Kakakku. Aku akan sampai secepatnya.""Jangan lupa pakai kam
Astaga! Mataku ... tolong ... mataku ternoda!Kulit putih Alex terlihat sangat jelas tertangkap oleh mataku. Terlebih lagi, saat Alex berjalan kian mendekat. Tidak ada satu pun yang lolos dari penglihatan.Aku langsung menutup mata dengan kedua telapak tangan dan mengintip sedikit dari sela jari untuk melihat pergerakan Alex. Bukan karena penasaran melihat hal yang lain. Sebab, Alex telah melucuti seluruh pakaiannya tanpa terkecuali.Alexander Arion, wakil presiden direktur Arion Group yang selalu tampak berwibawa pada semua karyawan itu sekarang mirip sekali dengan orang gila. Melihat orang gila berwajah tampan kian mengikis jarak di antara kami, aku segera menarik gagang pintu dan berlari keluar kamar.Tanpa disangka-sangka, Alex juga berlari mengikutiku. Kami pun berkejar-kejaran mengelilingi seluruh apartemen. Aku hendak keluar, tetapi jika Alex ikut menyusulku, bisa jadi malapetaka besar nantinya.Seluruh media masa akan membicarakan anak dari seorang pria yang aku hormati berlari
Mulai hari ini, aku bekerja di lantai yang sama dengan suami sialanku itu. Aku senang karena aku lebih dekat mendapat informasi. Tetapi, Imelda hanya memberiku pekerjaan biasa.Tahu akan begini, lebih baik aku bekerja di bawah Pak B saja. Setidaknya, mereka hanya menyuruhku ke sana kemari tanpa harus berpikir.Sekarang, aku justru akan disibukkan oleh keuangan kantor. Imelda telah menumpuk banyak berkas di mejaku pagi ini."Selamat pagi, Pak." Imelda berdiri dan menunduk ketika Alex melewati meja kami.Aku mengikuti Imelda menyapa Alex dengan sangat enggan. Apalagi, saat melihat wajah mesumnya tersenyum-senyum sendiri."Pagi, semuanya. Semangat kerjanya." Alex memutar badan dan mengepalkan kedua tangan menyemangati kami."Tumben Pak Bos kelihatan sangat ceria," gumam Imelda."Memang biasanya tidak seperti itu?""Jarang. Akhir-akhir ini dia juga sering marah-marah. Karena itu, aku agak terkejut dia bisa tersenyum lebar."Jika aku amat-amati, raut wajah Alex memang sedikit berubah. Otot
Ini sangat mengecewakan. Untuk apa Alex minta sumpah setia, membuat kontrak baru, dan mengancamku?Tidak ada yang spesial di dalam ruang rahasia ini. Hanya ada perusahaan Alex yang baru dirintis, namun tidak berhubungan dengan Arion Group.Alex membuka usaha sendiri tanpa sepengetahuan papa mertua. Tapi, ini tidak penting untukku karena tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok BDS.Tch, menyebalkan! Padahal, aku sudah mengirim pesan pada Ray jika aku telah diizinkan memasuki ruang rahasia Alex. Apa yang harus aku katakan padanya nanti?"Kat, pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Sinta."Sebentar lagi."Punggungku terasa panas. Rasanya ada seseorang sedang memandangiku. Aku yang penasaran lantas berbalik dan mendapati Alex tengah menatap setajam belati."Kalian ... jangan panggil dia Kat lagi! Bukankah dia bilang mau dipanggil Rina?" Alex tampak jengkel padaku."Baik, Pak," jawab semua orang.Fakta baru yang aku dapatkan, ternyata Alex dan para karyaw
Akhir-akhir ini aku merasa ada sedikit perubahan aneh. Emosiku jadi kurang stabil. Padahal, aku dikenal karena sifat tenang dan pandai mengontrol emosi.Namun, aku jadi sering meledak-ledak hanya karena masalah sepele. Hingga membuat logika tertutup oleh percikan amarah yang seharusnya tidak perlu aku rasakan atau ungkapkan.Seperti saat ini, tiba-tiba aku teringat suamiku yang menggoda Katerina tadi. Biarpun sama-sama diriku sendiri, tetap saja Alex tidak tahu kalau Katerina itu aku.Fakta bahwa Alex tidak pernah memakai cincin pernikahan pun membuatku ingin mematahkan jarinya sekarang juga. Padahal, aku bekerja dan menemui siapa pun juga tetap memakai cincin pernikahan kami. Kecuali saat menjadi Katerina. Aku hanya memasukkan cincin pernikahan kami di kalung. Tetap saja, aku membawanya ke mana-mana."Kenapa kau bisa bilang seperti itu, Kat? Tentu saja, aku selalu memakai cincin pernikahan kita." Alex dengan cepat mengoreksi ucapannya."Tidak usah bohong, Mas. Aku 'kan pernah lihat