Setelah sampai di rumah Aruna, malam telah tiba Frikas segera turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu rumah.Tok Tok TokFrikas mengetuk pintu rumah Aruna tapi tidak ada jawaban dari dalam, ia mengintip di kaca jendela yang terbuka setengah, lampu di dalam rumah tidak menyala"Apa Aruna gak ada di rumah atau sengaja gak di nyalain?" monolog Frikas.Hanya lampu luar saja yang menyala, ia mencoba menarik gagang pintu dan sepertinya terkunci.Frikas celingukan mencari siapa tau ada orang di sekitar yang bisa ia tanyai.Frikas berjalan ke arah mobil sambil melihat ke sekitar, saat ia melihat pria yang memakai seragam satpam ia segera memanggilnya."Pak?" panggil Frikas sambil melambaikan tangannya agar si satpam menghampiri.Satpam berjalan cepat ke arah Frikas."Pemilik rumah ini kemana yah?" tanya Frikas sambil menunjuk rumah Aruna yang berada di belakangnya."Oh non Aruna yah," ucap Satpam tersebut."Kalau gak salah saya liat tadi sore dia pergi pakai taxi,""Bapak tau dia mau kemana
"Gue yang cari dia," ucap Frikas mantap, sebenarnya ia sangat malas berpergian jauh, tapi mau bagaimana lagi dari pada Amar yang pergi dan membuat lukanya berdarah lagi lebih baik dia yang pergi mencari Aruna.Amar menatap Frikas, lalu menghela nafas kecewa, ia menatap Ani melas.Siapa tau setelah melihat muka melas Amar, Ani akan luluh dan mengizinkannya mencari Aruna."Gak," jawab Ani tegas, membuat Amar memanyunkan bibirnya kesal."Mau cari Aruna kemana?" tanya Ani pada Frikas."Sukabumi mungkin," jawab Frikas ragu."Lo yakin dia ke sana?" tanya Frikas pada Amar.Amar menganggukan kepalanya mantap, "Kalau gak ke sana ke mana lagi coba,"Tak ada tempat pelarian lagi buat Aruna selain ke sana, lagian ketika di sini dia selalu merindukan Pelabuhan Ratu dan ingin cepat-cepat pulang, siapa tau memang Aruna di sana tak ada salahnya mencari."Yaudah besok gue cari dia," putus Frikas sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa."Sekarang," teriak Amar kesana yang melihat Frikas malah membaring
Tubuhnya terasa gemeteran, ia sungguh takut dengan pria yang menatapnya tanpa berkedip itu, lagi pula kenapa ia memakai masker serta hodie saat sedang melihatnya membuat Aruna berpikir yang macam-macam."Apa dia penjahat atau jangan-jangan sindikat penculikan organ dalam," gumam Aruna, merasa ngerisi sendiri dengan ucapannya."Ayo Aruna rileks," ucap Aruna menenangkan dirinya sendiri.Aruna menarik nafas, menghembuskannya.Tarik nafas lagi dan buang secara perlahan, begitu terus berulang kali sampai ia merasa tenang."Ini kota Jakarta, gak ada ngenalin aku, gak mungkin juga mereka mencari aku sampai ke sini," ucap Aruna mencoba berpikir positif.Kruuk krukkSuara perut menyadarkan Aruna, dari pada ia berpikir yang tidak-tidak lebih baik Aruna mandi.Aruna berjalan masuk ke dalam toilet bersiap untuk mandi, karena sejak sampai di Jakarta ia belum mandi sama sekali membuat badannya terasa lengket karena berkeringat sejak tadi.setelah mandi ia memakai pakaian yang sudah ia keluarkan dar
Pagi-pagi sekali Frikas sudah terbangun dari tidurnya, ia menatap kesal pada Amar yang mengganggu tidur gantengnya.Sejak subuh Amar tanpa henti terus membangunkan Frikas, agar ia segera bangun dan pergi ke Sukabumi untuk mencari Aruna.Amar kembali menatap Frikas tajam, "Cepatan mandi, lo mau pergi gak mau mandi dulu?" "Ini masih pagi Hen," kesal Frikas dengan muka bantalnya."Gue gak mau tau, mandi sana!" suruh Amar.Frikas dengan kesal bangun dari sofa karena sejak semalam ia memang tidur di sofa.Lalu melangkah masuk ke dalam toilet, tak lama ia keluar tanpa menggunakan atasan.Frikas segera membuka tasnya, mengambil pakaian baru yang sudah ia bawa sejak di Bandung."Lama amat," Omel Amar yang melihat Frikas masih memaki bajunya."Bentar elah, lagian ini masih pagi Hen," kesal Frikas.Pintu terbuka memperlihatkan Ani yang datang sambil membawa dua bungkus bubur ayam di dalam cup."Makasih Bun," ucap Amar, tanganya terulur ke arah bubur ayam yang di bawa Ani."Bukan buat kamu," uc
Aruna tengah fokus pada ponselnya, sejak tadi pagi ia hanya berbaring saja di kamar hotel tanpa melakukan apapun.Karena nanti malam ia akan terbang ke Maldives dan sudah memesan tiket lewat aplikasi di ponselnya.Suara ketukan pintu membuat Aruna merasa terganggu, ia sangat malas bangun kali ini tapi suara yang terus menganggunya tanpa henti membuat Aruna terpaksa berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan wajah kesal.Ternyata itu pria aneh, buat apa dia ke sini pagi-pagi?""Ini," ucap Pria itu sambil menyerahkan paper bag yang entah isinya apa.Aruna menatap pria yang masih memakai maskser itu dengan penuh tanda tanya."Ini sarapan, jadi makanlah," ucap Pria tersebut.Aruna dengan senang hati mengambilnya, kebetulan memang ia belum sarapan."Terimakasih," ucap Aruna."Tunggu," teriak Aruna saat melihat pria itu akan berbalik pergi."Apa?" "Boleh temenin," pinta Aruna ragu, sebanranya Aruna tak mau bilang seperti itu tapi ia hanya ingin tau lebih dalam siapa pria misterius ini, A
"Gue bilang berhenti," teriak Aruna kembali, sambil mengedor-ngedrop pintu mobil dengan tangannya.Al menghentikan mobilnya di tempat yang sepi, ia membalikan badannya dan melihat ke arah Aruna yang duduk di kursi belakang."Lo budek, gue bilang diem," ucap Al datar, matanya menatap Aruna tajam.Al mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, badannya ia angkat agar bisa mendekat ke arah Aruna.Aruna yang melihat Al mendekat ke arahnya, bersingkut mundur ketakutan, apalagi melihat Al mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya membuat ia makin panik.Al menarik tangan Aruna agar mendekat, "Jangan sentuh gue," ucaonya berontak.Al langsung membekap mulut Aruna dengan sapu tangan yang sudah di berikan obat bius, yang sudah ia siapkan sejak tadi, buat jaga-jaga kalau Aruna berontak.Satu detikDua detikTiga detikAruna yang semula berontak, kini mulai melemah dan pingsan seketika, Al yang melihat itu segera membaringkan Aruna dengan kasar, karena posisinya masih di kursi pengemudi, memb
Sesampainya di depan rumah sakit Adrian segera membopong Aruna dalam pelukannya dan masuk ke dalam rumah sakit dengan tergesa-gesa."Dokter, tolong selamatkan istri saya," teriak Adrian panik.Suster dan dokter yang melihat pasien berdarah di area kakinya segera membawakan kepada Adrian."Tiduri di sini pak," ucap Suster.Adrian membaringkan Aruna di atas brangkar dengan hati-hati."Kenapa istrinya pak?" Tanya dokter sambil mendorong brangkar tersebut."Jatuh dari tangga," jawab Adrian cepat sambil tetap melihat ke arah Aruna."Istri bapak lagi hamil?" Tanya dokter kembali yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh Adrian.Aruna memang sedang hamil dan ini kehamilan ketiga kalinya setelah dia keguguran yang kedua kalinya karena kandungannya yang lemah kata dokter dulu Dan sekarang Adrian sangat takut dan cemas pada keadaan calon bayinya, dia takut bayinya tak akan selamat lagi, seperti yang sudah-sudah. Dokter membawa Aruna masuk ke dalam UGD, "Bapak tunggu di luar saja, bia
51Setelah melihat Adrian pergi, Sarah segera menelepon Zia agar cepat-cepat meninggalkan rumah Adrian, karena Sarah tau ancaman Adrian tidak main-main. Lalu ia segera mengambil tasnya dan kunci mobil, "Mau kemana?" tanya Tio. "Rumah sakit, " jawab Sarah. "Kamu bener menjebak Adrian agar tidur sama Dia?" tanya Tio. "Iya, kenapa? ""Gak usah ikut campur urusan aku," ucap Sarah cepat saat Tio akan membuka mulutnya kembali. "Mendingan kamu pergi kerja sekarang, bukannya kamu ada meeting penting pagi ini," ucap Sarah sambil berlalu pergi dari hadapan Tio, lalu masuk ke dalam mobilnya untuk ke rumah sakit segera. ..... Setelah Sarah sampai di depan rumah sakit, tak sengaja ia melihat Adrian yang baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit.Sebelum ke rumah sakit Sarah mengecek keadaan Dia ke kosannya, menanyakan secara detail rencana mereka secara detail apa yang sudah terjadi sebenarnya pada Aruna. Setelah Sarah mendengar langsung dari Zia, bibirnya tersenyum puas, ia t