Home / Romansa / Rahasia Malam Itu / Bab 39 - Teman Lama

Share

Bab 39 - Teman Lama

Author: iskz08
last update Last Updated: 2025-10-11 19:08:02

Langit Jakarta sore itu tampak berat, seolah ikut menahan sesuatu.

Anetta berdiri di depan jendela ruangannya di Skyline Tower, menatap siluet kota yang perlahan tertelan senja. Di belakangnya, terdengar suara langkah yang begitu familiar berjalan pelan, namun punya tekanan yang membuat dada Anetta menegang.

“Sudah lama kita nggak berkeja sama langsung, Netta,” suara itu dalam, tenang, tapi meninggalkan getaran yang dulu sempat ia kenal.

Anetta memejamkan mata sesaat. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa pemilik suara itu.

“Bram…” napasnya nyaris tak terdengar.

Pria itu melangkah mendekat. Setelan jasnya rapi, wajahnya lebih dewasa, tatapannya lembut tapi menyimpan sesuatu yang tak bisa didefinisikan, semacam rindu yang menua bersama waktu.

“Aku nggak datang untuk menuntut apa pun,” ucap Bram akhirnya, suaranya rendah namun jelas. “Aku cuma… pengin tahu kamu baik-baik aja.”

Anetta berbalik. Tatapan mereka bertemu, dua dunia yang dulu pernah bersinggungan, kini bertabrakan lagi.

“Aku
iskz08

Hai semua!! Mana nih team Anthony atau team Bram?? Btw, terima kasih sudah membaca ^^

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahasia Malam Itu   Bab 41 - Terbongkar

    Suara ding dari lift terdengar pelan, memantul di antara dinding marmer putih lobi Skyline Tower yang sepi sore itu. Lampu gantung kristal berpendar lembut, menciptakan bayangan samar di wajah Bram yang baru keluar dari lift.Namun langkah Bram mendadak berhenti.Di depan sana, seseorang sudah berdiri tegap sengaja menunggunya.Anthony.Kemeja hitamnya tergulung sampai siku, rambut sedikit berantakan, tapi sorot matanya menusuk seperti belati yang siap menebas siapa pun yang berani mendekat.Bram menatap balik dengan tenang, tapi matanya menyala dingin.Hening panjang menggantung di udara, hingga suara napas mereka berdua terdengar lebih keras dari langkah sepatu di lantai marmer.“Ini milik lo, kan?” suara Anthony akhirnya pecah, rendah tapi tajam. Tangannya terulur, menunjukkan kalung berliontin huruf B.Bram menatap kalung itu tanpa ekspresi. “Apa maksud lo?” suaranya datar, tenang. “Kita nggak seakrab itu buat gue nebak isi kepala lo.”Anthony tersenyum tipis, tapi matanya tidak i

  • Rahasia Malam Itu   Bab 40 - Kamu Gila, Bram!

    Udara siang di Skyline Tower terasa ganjil hari itu. Bukan karena panas, tapi karena ada sesuatu di antara udara yang menggantung di ruang kerja Anetta — sesuatu yang tak bisa didefinisikan antara masa lalu dan masa kini.Anetta baru saja selesai memeriksa desain fasad lantai 27 ketika suara ketukan pintu terdengar pelan.Tanpa menoleh, ia menjawab, “Masuk.”Dan di sanalah Bram berdiri, dengan kemeja putih yang digulung sampai siku, membawa dua gelas kopi di tangannya.“Sepertinya kamu butuh ini,” kata Bram tenang, menyodorkan satu ke arah Anetta. “Masih sama, tanpa gula.”Anetta mendongak, agak kaget karena ia bahkan tidak ingat pernah bilang preferensi kopinya kepada Bram dalam waktu dekat. Tapi tentu saja Bram tahu. Ia selalu tahu hal-hal kecil yang orang lain abaikan.“Terima kasih,” katanya datar, tapi tangannya sempat bersentuhan dengan jari Bram saat menerima gelas itu. Sentuhan singkat yang membuat napasnya tersendat sepersekian detik.Ia buru-buru menarik tangannya.“Masih s

  • Rahasia Malam Itu   Bab 39 - Teman Lama

    Langit Jakarta sore itu tampak berat, seolah ikut menahan sesuatu.Anetta berdiri di depan jendela ruangannya di Skyline Tower, menatap siluet kota yang perlahan tertelan senja. Di belakangnya, terdengar suara langkah yang begitu familiar berjalan pelan, namun punya tekanan yang membuat dada Anetta menegang.“Sudah lama kita nggak berkeja sama langsung, Netta,” suara itu dalam, tenang, tapi meninggalkan getaran yang dulu sempat ia kenal.Anetta memejamkan mata sesaat. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa pemilik suara itu.“Bram…” napasnya nyaris tak terdengar.Pria itu melangkah mendekat. Setelan jasnya rapi, wajahnya lebih dewasa, tatapannya lembut tapi menyimpan sesuatu yang tak bisa didefinisikan, semacam rindu yang menua bersama waktu.“Aku nggak datang untuk menuntut apa pun,” ucap Bram akhirnya, suaranya rendah namun jelas. “Aku cuma… pengin tahu kamu baik-baik aja.”Anetta berbalik. Tatapan mereka bertemu, dua dunia yang dulu pernah bersinggungan, kini bertabrakan lagi.“Aku

  • Rahasia Malam Itu   Bab 38 - Bertemu Lagi

    Cahaya pagi menembus tirai apartemen, lembut tapi cukup untuk membangunkan sisa keheningan yang menggantung setelah malam yang panjang. Aroma kopi baru diseduh memenuhi ruang tengah, bercampur dengan suara halus sendok yang beradu dengan cangkir.Anetta menatap ke arah sofa, dan di sanalah tampak Anthony masih tertidur dengan posisi setengah tengkurap, satu tangan terjulur, rambut acak-acakan menutupi sebagian wajahnya. Napasnya teratur, tapi ekspresi wajahnya seperti orang yang baru saja melewati badai panjang.Senyum kecil muncul di bibir Anetta. “Tidur kayak anak kecil…” gumamnya pelan. Ia lalu mendekat, meletakkan secangkir kopi di meja. Tapi baru saja hendak berdiri, tiba-tiba tangan Anthony bergerak pelan, tanpa sadar menyentuh pergelangan tangan Anetta hangat, membuat jantung wanita itu berdetak lebih cepat.“Ta…” suaranya serak, mata masih setengah tertutup. “Kopi buat aku?”Anetta mengerjap, wajahnya memanas. “Kamu udah bangun?”Anthony menegakkan tubuh pelan, rambutnya beran

  • Rahasia Malam Itu   Bab 37 - Ingin Ada di Sisi Kalian

    Hujan malam Jakarta menetes pelan di jendela apartemen, membentuk ritme yang hampir seperti detak jantung. Anthony masih berdiri dekat meja, ponsel Anetta di tangannya, sorot mata ambernya tajam menatap perempuan itu."Kenapa kamu diam aja, hm? apa dugaan aku benar? Jawab aku, Ta." Suara Anthony terdengar pelan namun tajam.Anetta duduk di sofa, menunduk, jari-jari gemetar memainkan ujung selimut. “Tony… aku… aku nggak tahu harus bilang apa,” suaranya serak, tapi ia berusaha tetap tenang.Anthony menaruh ponsel, mendekat pelan, lalu duduk di sampingnya. Bahunya hampir menempel, tapi cukup untuk membuat Anetta merasakan kehangatan yang menenangkan sekaligus menegangkan. “Kamu nggak harus langsung menjelaskan semuanya sekarang,” katanya lembut, namun nada itu tetap memaksa, membuat Anetta tak bisa lepas dari tatapan matanya.“Kalau begitu… apa yang harus kulakukan?” Anetta menatap tangan Anthony, berharap bisa meminjam sedikit keberanian dari laki-laki di sampingnya itu.Anthony menghe

  • Rahasia Malam Itu   Bab 36 - Pernah Menikah?

    Malam turun pelan di Jakarta. Langit sudah gelap sepenuhnya ketika mobil Anthony berhenti di depan apartemen Anetta. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah basah dan kaca mobil yang masih berembun.Anetta turun lebih dulu, menggenggam tasnya erat bakkan terlalu erat. Ia tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Anthony tahu, tapi membiarkannya. Napasnya sendiri terasa berat. Kata-kata Bram dan suara misterius di telepon yang ia dengar samar, masih berputar di kepala Anthony seperti gema yang tak mau padam.Begitu pintu apartemen terbuka, aroma vanilla lembut langsung menyambut. Hangat. Aman. Tapi malam ini, bahkan kehangatan itu terasa canggung.“Dion udah tidur,” tanya Anetta pada Karin yang bersiap akan pulang."Udah, Bu. Kalau begitu aku pulang dulu ya." Pamit Karin pada sang atasan.Makasih, Karin. Aku udah selalu ngerepotin kamu," ujar Anetta pelan sambil meletakkan tasnya di meja."Ga apa-apa, Bu. Aku ga keberatan kok." Karin menyahut cepat.Mata hazel milik Karin melirik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status