Anetta menatap layar laptop dengan dahi berkerut. Cahaya pagi menembus tirai tipis ruang kerjanya, menyorot meja penuh kertas sketsa, sampel material, dan catatan kecil. Denah awal Skyline Tower terbentang di hadapannya. Garis-garis hitam tegas, simetris, dingin—namun terlalu kosong. Bangunan setinggi itu tidak boleh hanya jadi menara kaca, pikirnya. Harus ada nyawa, sesuatu yang membuat orang yang memasukinya merasa… hidup.Ia mengetik cepat di catatan proyek: Konsep lobby harus jadi representasi elegan + hangat. Penthouse: sentuhan personal, tidak kaku. Area publik: pencahayaan alami, flow ruangan fleksibel.Tangannya berhenti. Kata “hangat” membuatnya teringat senyum seseorang—Anthony. Lelaki itu memang dingin di luar, namun pernah, bertahun lalu, dialah sumber kehangatan yang Anetta kenal. Hatinya berdebar, namun ia buru-buru menggeleng, menepis bayangan itu.Ponselnya bergetar. Nama di layar membuat jantungnya meloncat. Anthony Reynard.“Ya, Pak Anthony?” suaranya berusaha setena
Last Updated : 2025-09-16 Read more