Share

Pengakuan

“Kau percaya hal itu?” kekeh Presley dengan wajah memerah. “Mereka sepertinya siap mencakarku karena tahu kau memilihku.”

Mata Ariston memicing. “Kau mabuk Presley. Sebaiknya kau tidur.”

Wajah Presley menekuk seperti roti lapis. “Aku tidak mabuk,” bantahnya.

“Yah, itu kalimat yang biasa dikatakan orang saat mereka mabuk. Dan kau belum makan.” Ketidaksetujuan tergambar di wajah masam Ariston. Dia berjalan dan menarik Presley, memaksanya duduk.

“Makan.”

“Kau pasti bercanda,” sungut Presley dengan bibir mengerucut. Tubuhnya hampir mencium lantai marmer yang keras seandainya Ariston tidak sigap menangkapnya.

“Kau baru minum satu gelas dan tubuhmu sudah bereaksi seperti ini?” decak Ariston jengkel. Dia mengangkat Presley yang terus menerus berbicara dengan kedua lengannya.

“Kenapa kau tidak mau melepaskanku Ariston?” bisik Presley. Tangannya sudah mendarat di leher laki-laki itu. “Kau mau membuatku menderita?” Presley cegukan dalam usaha melanjutkan kalimatnya.

“Kau yang memutuskan mendata
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status